Beranda / Romansa / Nama Putriku Nama Mantannya / 83. Hampir Terbongkar

Share

83. Hampir Terbongkar

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Apa pendapatmu Mas?” tanya Ida setelah selesai membaca cerita Fina di dalam novel online itu.

“Aku tidak habis pikir kalau Fina akan melakukan hal itu, benar-benar nggak waras itu orang!”

“Dia sengaja melenyapkan suaminya dengan mudah karena orang itu mempunyai riwayat penyakit jantung, makanya wanita itu bisa membeli rumah milik Pak Bandi tetangga kita itu dari hasil harta warisan milik suaminya “ jelas Sulthan geram.

“Bahkan keluarga suaminya tidak bisa berbuat apa-apa karena Fina sangat licik, sebelum melakukannya dia sudah memindahkan semua harta warisan itu kenama dia sendiri,” lanjutnya dengan penuh emosi.

“Dia sangat mencintaimu, Mas, sampai-sampai dia sengaja melakukan itu dan kembali untuk mengambil cintanya yang dia tinggalkan,” argumen Ida.

“Sekarang sudah pasti dia sengaja membeli rumah itu agar kita bisa di pantau dari sana melalui Abbas.”

“Tunggu dulu deh! Bukannya Abbas baru menempatinya dua bulan di sana ya, sedangkan Fina itu membeli rumah Pak Bandi itu setahun yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nama Putriku Nama Mantannya    84. Membahas Masalah Bersama

    “Aku juga baru tahu kalau Abbas memang manusia rendah, dulu memang dia kutu buku tetapi setelah melihat isi file ini membuktikan kalau dua juga mempunyai kelainan jiwa.”“Ternyata semua ini berkaitan satu sama lain dan ... tidak mungkin!” teriak Sulthan dengan emosi meluap. Hampir saja laptopnya menjadi sasaran amukan amarahnya, tetapi sempat dicegah oleh Ida.“Shuut ... Mas, tenangkan dirimu ini masih jam dua malam. Nanti ada yang dengar bagaimana?” Ida berusaha menenangkan suaminya yang sudah tersulut emosi saat melihat bukti-bikti kejahatan Abbas selama ini.“Mas, tetapi aku heran kenapa karyawan Abbas itu berkhianat dan dia dapat dari mana semua bukti-bukti ini?” tanya Ida yang masih penasaran dengan Dirga karyawan Abbas.“Aku juga belum tahu Sayang, tiba-tiba saja dia memberikan flashdisk ini, dan dari matanya dia ingin aku mengusut tuntas masalah ini!”“Dan aku yakin penggelapan yang dilakukan Abbas tidak terjadi hanya satu perusahaan saja tetapi melainkan semua perusahaan la

  • Nama Putriku Nama Mantannya    85. Sikap Bu Lina

    Setelah Sulthan mandi kini Ummi Syifa yang giliran untuk mandi, lalu Mbok Siti dan di susul oleh Bu Lina. Terakhir adalah dirinya sendiri, walaupun sedikit terlambat karena saling menunggu yang lainnya bersiap dan akhirnya mereka pun salat berjamaah dan yang menjadi imamnya adalah Pak Aryo sendiri.Ini pertama kaIinya buat Ida bisa salat berjamaah dan di imam kan langsung oleh orang tua kandungnya sendiri. Rasa haru bercampur bahagia dan sedih sangat terlihat di wajah Ida dengan mata yang sedikit berembun.Setelah selesai salat mereka duduk santai, Sulthan dan Pak Aryo berada di ruang tengah sambil menonton televisi.Sedangkan Ummi Syifa dan Bu Lina ikut mengobrol dengan mereka. Ida yang sudah menyiapkan bahan makanan dan segera memasak makanan.Bu Lina yang melihat Ida sibuk di dapur mendatanginya ke dapur dengan perlahan-lahan dan sedikit ingin mengobrol dengan Ida.Meskipun masih terasa canggung dengan kehadiran Ida di dalam hidupnya, Bu Lina berusaha mengambil hatinya agar bisa de

  • Nama Putriku Nama Mantannya    86. Masa Lalu Tante Mayang

    “Bagaimana ini Mas, apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Ida penasaran.“Kami akan membantu kalian untuk menangkap Abbas dan Ibunya itu,” ucap Bu Lina dengan lantang.“Kita harus bertindak dengan cepat agar tidak ada korban lagi, tetapi aku bingung kita harus mulai dari mana?”“Tante Mayang pasti sudah curiga dengan kita karena kita tidak pulang ke rumahnya dan dia pasti sudah memberitahukan kepada Fina kalau kita tidak pulang, bahkan ponsel kita tidak ada yang dihubungi,” jelas Ida mulai gugup.“Tenang, Sayang kita akan menemukan solusinya, kalau begitu aku akan menemui Fina besok pagi, lagian dia ikut andil juga di dalam proyek itu.”“Kita akan membuat Fina dan Abbas saling curiga, agar mereka bingung untuk siapa dia bekerja!”“Dan Ummi dan Ida, kalian pulang dulu ke rumah Tante Mayang, jika dia bertanya kenapa kalian tidak pulang semalam bilang saja menginap di rumah teman Ummi.”“Jika dia bertanya kembali tentang orang tua Saskia bilang saja kalau Sulthan yang mencarikan tempat

  • Nama Putriku Nama Mantannya    87. Mengejar Ummi Syifa

    “Iya, tetapi Ibu mau ke mana sore-sore begini?” tanya Mbok Siti tetapi tidak ditanggapi oleh Ummi Syifa.“Saya tidak bisa diam saja di rumah, jika tidak segera dilakukan mereka akan membuat Mayang terjerumus lebih dalam lagi karena masalah ini, saya nggak mau Mayang menjadi jahat hanya untuk balas dendam yang kita sendiri tidak bisa mengembalikan waktu yang dulu,” jelas Ummi Syifa.“Bu, saya tahu kalian sudah capek dengan masalah ini tetapi alangkah baiknya tidak melakukannya dengan tergesa-gesa. Kasihan Non Ida dan Den Sulthan yang sudah susah payah membuat rencana tetapi Ibu malah merusaknya dalam sekejap,” sahut Mbok Siti menjelaskan kepada Ummi Syifa.“Maaf Mbok, saya tidak bisa, hati saya tidak terima, selalu berontak, Mbok!”“Ini adalah karena saya, karena tidak bisa mengerti maunya Mayang dulu, sehingga masalah ini menjadi melebar ke mana-mana, entah siapa yang salah saya atau Mayang, tetapi jika sudah menyangkut anak-anak, saya harus bertindak, kasihan juga dengan Ridwan kalau

  • Nama Putriku Nama Mantannya    88. Kedatangan Agnes

    Sulthan ... Ida ... kalian ada di sini juga, ngapain?” tanya Ummi Syifa yang kepergok ke luar dari pintu belakang seperti maling jemuran.“Lah Ummi sendiri ngapain ke sini dan kenapa lewat pintu belakang, untung saja ada kami sehingga kami memantau dari luar siapa tahu ada tetangga yang melihat Ummi lewat seperti maling jemuran,” ledek Sulthan tersenyum.“Aduh kalian ke sini sangat berbahaya, jika mereka melihat kalian di sini, bagaimana?” tanya Ummi Syifa sedikit kesal.“Maksud Ummi, mereka? Memang Tante Mayang lagi ada tamu?” tanya balik Sulthan penasaran.“Kamu benar, Sayang dan tebak siapa tamu istimewanya Tante Mayang?” Ummi Syifa memberikan teka-teki.“Jangan bilang kalau Fina dan Abbas yang ada di dalam sana,” jawab Sulthan dengan kesal.“Tepat sekali, makanya Ummi lewat belakang dan Ummi sudah memasang sebuah rekaman agar kita tahu apa saja yang mereka katakan sebagai bukti nantinya,” jelas Ummi Syifa tersenyum.“Wah hebat Ummi seperti detektif sungguhan,” puji Ida sembari ter

  • Nama Putriku Nama Mantannya    89. Misteri Mayang

    Akhirnya mereka masuk ke dalam rumah. Tante Mayang bersikap seperti biasa bahkan sebagai pemain ulung tidak terlihat khawatir atau pun merasa curiga dengan kedatangan Ummi Syifa.Lalu mereka duduk di sofa panjang bersama Sulthan. Terlihat di meja masih ada tiga cangkir teh yang tergeletak begitu saja entah apakah disengaja atau tidak.“Mbak, ayuk cerita ada apa sebenarnya, mengapa kalian diam saja?” tanyanya lagi dengan penasaran.Ummi Syifa memperhatikan sekeliling rumah, kedua matanya mulai menelisik setiap sudut ruangan membuat Tante Mayang menaruh curiga.“Sepertinya ada tamu ya Mayang sebelum kami datang?” tanya Ummi Syifa sedikit ketus.“Oh iya tadi, ada tetangga mampir ke sini , biasalah ibu-ibu di sini doyan ngerumpi, oh ya Mbak Syifa, kalian belum cerita dari mana saja kalian?” Tante Mayang berusaha mengalihkan pembicaraan ke topik lain.“Aku nggak lihat tuh ada tetangga pulang dari rumahmu?” tanyanya lagi.“Mereka memang seperti itu, pulang lewat belakang, Mbak, malas kali l

  • Nama Putriku Nama Mantannya    90. Bukti Kejahatan Mayang

    “Ummi, apa maksudnya ini kenapa tentang meninggalnya Abi? Bukankah itu memang kecelakaan?” tanya Sulthan yang bingung dengan masalah ini.“Ya, Ummi menyangkut pautkan dengan kematian Abimu, karena memang dia penyebabnya!”“Iya kan Mayang kamu kan yang merekayasa semuanya, sampai terjadi kecelakaan itu?”“Jawab, Mayang!”“Aku sudah tahu semuanya dan kamu yang menjadi penyebabnya!”“Bukan aku Mbak itu tidak benar, bukan aku!” teriak Mayang histeris.“Darimana Mbak tahu kalau aku dalang dari semua ini?” tanyanya emosi.“Ya sudah kuduga kamu akan mengatakannya seperti itu!”Ummi Syifa lalu mengeluarkan sebuah gelang emas berliontinkan sebuah inisial huruf M dari dalam tasnya dan memperlihatkan kepada Mayang.Seketika raut wajahnya terkejut, kedua matanya membylat dan melototi gelang itu. Keringat dingin mulai keluar membasahi keningnya.“Kenan Mayang, kamu pasti tahu apa ini, karena aku yang memberikan gelang ini sama kamu, bukan begitu, Mayang adikku?” tanyanya mengejek.Tante Mayang ter

  • Nama Putriku Nama Mantannya    91. Penangkapan Tante Mayang

    “Pak, tangkap dia!”“Dia sudah mengakui semua kejahatannya!” pekik Ummi Syifa dengan penuh semangat.“Mbak, kamu tidak bisa melakukan ini semua, kamu tidak sayang sama aku, Mbak?”“Lepaskan aku!”“Aku tidak bersalah, itu bukan aku yang melakukannya, mereka sendiri yang mengantarkan kematiannya sendiri, hahaha ... “ teriaknya bercampur dengan air mata kesedihan.Saat akan di bawa ke kantor polisi, kedua anak Tante Mayang menyaksikan penangkapan ibunya di depan mata mereka.“Delia, Angga, tidak ... Mamah tidak melakukannya!”“Ini hanya kesalahpahaman saja, Sayang!”“Kalian harus percaya dengan Mamah!” “Mamah tidak pernah melakukannya, hanya Tante Syifa saja yang menuduh dan memaksa Mamah untuk mengakuinya!” teriaknya Tante Mayang yang masih berkilah di depan kedua anak mereka.“Mah, Delia nggak menyangka Mamah bisa setega ini dengan Tante Syifa!”“Jujur Delia sangat sayang sama Mamah, bahkan dari Mamahlah Delia bisa belajar banyak tentang kehidupan ini, tetapi sepertinya Delia salah me

Bab terbaru

  • Nama Putriku Nama Mantannya    104. Kisah Terakhir (TAMAT)

    Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi

  • Nama Putriku Nama Mantannya    103. Pengorbanan Fina

    Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se

  • Nama Putriku Nama Mantannya    102. Perkelahian

    “Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb

  • Nama Putriku Nama Mantannya    101. Kenyataan Yang Pahit

    “Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj

  • Nama Putriku Nama Mantannya    100. Pengakuan Abbas

    “Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada

  • Nama Putriku Nama Mantannya    99. Balas Dendam

    “Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma

  • Nama Putriku Nama Mantannya    98. Siksaan

    Bu Romlah datang di akhir pertemuan mereka, dan membuat Fina bertambah bingung, siapa yang harus dipercaya toh pada kenyataannya adalah semua memang sudah direncanakan.“Apa maksud kalian semua?”“Aku tidak mengerti!” Fina hanya bisa melihat mereka yang tertawa puas atas semua tindakan yang dilakukannya berhasil membuat keluarga Sulthan berantakan.“Kamu ingin tahu bagimana dan kenapa semua ini harus dilakukan, bahkan kamu saja tidak mampu menganalisis siapa lawan dan kawanmu, Fina!”“Kamu hanya terobsesi oleh satu tujuan saja yaitu Sulthan!”“Sedangkan kami begitu banyak tujuan tetapi mengarah kepada Sulthan!”“Bahkan Oh ya adiknya juga yang bernama ... siapa namanya ...”“Papah Ridwan, Mah,” sahut Angga spontan.Seketika Fina semakin bingung saat Angga memanggil Bu Romlah dengan sebutan Mah.“Mah ... maksudmu Mamah?” tanyanya untuk meyakinkan.“Hahaha ... Fina ... Fina kamu ternyata lebih polos dari Ida.”“Ya ... kamu benar sekali, Angga Bramana Danendra adalah anak kandungku, pu

  • Nama Putriku Nama Mantannya    97. Kebenaran Yang Hampir Terkuak

    Agnes mencoba menghubungi di antara mereka tetapi tidak ada yang menjawab, membuat dirinya juga ikutan khawatir.“Berkali-kali menghubunginya sampai setengah jam kemudian tiba-tiba layar ponsel Agnes berdering.“Kringg ... Kringg ...“Siapa Nes, Ida, atau Sulthan yang telepon kamu?” tanya Ummi Syifa semringah.“Ida, Ummi!” teriaknya bahagia.“Cepat kamu angkat!”perintahnya yang tak sabar ingin mendengar suara mereka.“Baik, Ummi!”“Tunggu di speaker saja, biar Ummi bisa langsung mendengarkan suara mereka!”“Iya, Ummi!Agnes dengan segera melaksanakan perintah Ummi Syifa.[Halo, Assalamu’alaikum, Da?][Kamu di mana sih, susah sekali dihubungi, aku dan Ummi sangat khawatir dengan kalian?][Tetus ponsel Sulthan juga nggak bisa dihubungi, memang kalian itu ada di mana, kenapa nggak kabar ke kita?][Maaf, sebelumnya saya menemukan ponsel ini tidak jauh dari mobil si korban yang terbakar, Bu][Maaf, korban? Korban apa Pak, dan siapa Anda?][Kami tidak melihat seseorang di sini Bu, hanya mo

  • Nama Putriku Nama Mantannya    96. Kecelakaan

    Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...

DMCA.com Protection Status