“Aku juga baru tahu kalau Abbas memang manusia rendah, dulu memang dia kutu buku tetapi setelah melihat isi file ini membuktikan kalau dua juga mempunyai kelainan jiwa.”“Ternyata semua ini berkaitan satu sama lain dan ... tidak mungkin!” teriak Sulthan dengan emosi meluap. Hampir saja laptopnya menjadi sasaran amukan amarahnya, tetapi sempat dicegah oleh Ida.“Shuut ... Mas, tenangkan dirimu ini masih jam dua malam. Nanti ada yang dengar bagaimana?” Ida berusaha menenangkan suaminya yang sudah tersulut emosi saat melihat bukti-bikti kejahatan Abbas selama ini.“Mas, tetapi aku heran kenapa karyawan Abbas itu berkhianat dan dia dapat dari mana semua bukti-bukti ini?” tanya Ida yang masih penasaran dengan Dirga karyawan Abbas.“Aku juga belum tahu Sayang, tiba-tiba saja dia memberikan flashdisk ini, dan dari matanya dia ingin aku mengusut tuntas masalah ini!”“Dan aku yakin penggelapan yang dilakukan Abbas tidak terjadi hanya satu perusahaan saja tetapi melainkan semua perusahaan la
Setelah Sulthan mandi kini Ummi Syifa yang giliran untuk mandi, lalu Mbok Siti dan di susul oleh Bu Lina. Terakhir adalah dirinya sendiri, walaupun sedikit terlambat karena saling menunggu yang lainnya bersiap dan akhirnya mereka pun salat berjamaah dan yang menjadi imamnya adalah Pak Aryo sendiri.Ini pertama kaIinya buat Ida bisa salat berjamaah dan di imam kan langsung oleh orang tua kandungnya sendiri. Rasa haru bercampur bahagia dan sedih sangat terlihat di wajah Ida dengan mata yang sedikit berembun.Setelah selesai salat mereka duduk santai, Sulthan dan Pak Aryo berada di ruang tengah sambil menonton televisi.Sedangkan Ummi Syifa dan Bu Lina ikut mengobrol dengan mereka. Ida yang sudah menyiapkan bahan makanan dan segera memasak makanan.Bu Lina yang melihat Ida sibuk di dapur mendatanginya ke dapur dengan perlahan-lahan dan sedikit ingin mengobrol dengan Ida.Meskipun masih terasa canggung dengan kehadiran Ida di dalam hidupnya, Bu Lina berusaha mengambil hatinya agar bisa de
“Bagaimana ini Mas, apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Ida penasaran.“Kami akan membantu kalian untuk menangkap Abbas dan Ibunya itu,” ucap Bu Lina dengan lantang.“Kita harus bertindak dengan cepat agar tidak ada korban lagi, tetapi aku bingung kita harus mulai dari mana?”“Tante Mayang pasti sudah curiga dengan kita karena kita tidak pulang ke rumahnya dan dia pasti sudah memberitahukan kepada Fina kalau kita tidak pulang, bahkan ponsel kita tidak ada yang dihubungi,” jelas Ida mulai gugup.“Tenang, Sayang kita akan menemukan solusinya, kalau begitu aku akan menemui Fina besok pagi, lagian dia ikut andil juga di dalam proyek itu.”“Kita akan membuat Fina dan Abbas saling curiga, agar mereka bingung untuk siapa dia bekerja!”“Dan Ummi dan Ida, kalian pulang dulu ke rumah Tante Mayang, jika dia bertanya kenapa kalian tidak pulang semalam bilang saja menginap di rumah teman Ummi.”“Jika dia bertanya kembali tentang orang tua Saskia bilang saja kalau Sulthan yang mencarikan tempat
“Iya, tetapi Ibu mau ke mana sore-sore begini?” tanya Mbok Siti tetapi tidak ditanggapi oleh Ummi Syifa.“Saya tidak bisa diam saja di rumah, jika tidak segera dilakukan mereka akan membuat Mayang terjerumus lebih dalam lagi karena masalah ini, saya nggak mau Mayang menjadi jahat hanya untuk balas dendam yang kita sendiri tidak bisa mengembalikan waktu yang dulu,” jelas Ummi Syifa.“Bu, saya tahu kalian sudah capek dengan masalah ini tetapi alangkah baiknya tidak melakukannya dengan tergesa-gesa. Kasihan Non Ida dan Den Sulthan yang sudah susah payah membuat rencana tetapi Ibu malah merusaknya dalam sekejap,” sahut Mbok Siti menjelaskan kepada Ummi Syifa.“Maaf Mbok, saya tidak bisa, hati saya tidak terima, selalu berontak, Mbok!”“Ini adalah karena saya, karena tidak bisa mengerti maunya Mayang dulu, sehingga masalah ini menjadi melebar ke mana-mana, entah siapa yang salah saya atau Mayang, tetapi jika sudah menyangkut anak-anak, saya harus bertindak, kasihan juga dengan Ridwan kalau
Sulthan ... Ida ... kalian ada di sini juga, ngapain?” tanya Ummi Syifa yang kepergok ke luar dari pintu belakang seperti maling jemuran.“Lah Ummi sendiri ngapain ke sini dan kenapa lewat pintu belakang, untung saja ada kami sehingga kami memantau dari luar siapa tahu ada tetangga yang melihat Ummi lewat seperti maling jemuran,” ledek Sulthan tersenyum.“Aduh kalian ke sini sangat berbahaya, jika mereka melihat kalian di sini, bagaimana?” tanya Ummi Syifa sedikit kesal.“Maksud Ummi, mereka? Memang Tante Mayang lagi ada tamu?” tanya balik Sulthan penasaran.“Kamu benar, Sayang dan tebak siapa tamu istimewanya Tante Mayang?” Ummi Syifa memberikan teka-teki.“Jangan bilang kalau Fina dan Abbas yang ada di dalam sana,” jawab Sulthan dengan kesal.“Tepat sekali, makanya Ummi lewat belakang dan Ummi sudah memasang sebuah rekaman agar kita tahu apa saja yang mereka katakan sebagai bukti nantinya,” jelas Ummi Syifa tersenyum.“Wah hebat Ummi seperti detektif sungguhan,” puji Ida sembari ter
Akhirnya mereka masuk ke dalam rumah. Tante Mayang bersikap seperti biasa bahkan sebagai pemain ulung tidak terlihat khawatir atau pun merasa curiga dengan kedatangan Ummi Syifa.Lalu mereka duduk di sofa panjang bersama Sulthan. Terlihat di meja masih ada tiga cangkir teh yang tergeletak begitu saja entah apakah disengaja atau tidak.“Mbak, ayuk cerita ada apa sebenarnya, mengapa kalian diam saja?” tanyanya lagi dengan penasaran.Ummi Syifa memperhatikan sekeliling rumah, kedua matanya mulai menelisik setiap sudut ruangan membuat Tante Mayang menaruh curiga.“Sepertinya ada tamu ya Mayang sebelum kami datang?” tanya Ummi Syifa sedikit ketus.“Oh iya tadi, ada tetangga mampir ke sini , biasalah ibu-ibu di sini doyan ngerumpi, oh ya Mbak Syifa, kalian belum cerita dari mana saja kalian?” Tante Mayang berusaha mengalihkan pembicaraan ke topik lain.“Aku nggak lihat tuh ada tetangga pulang dari rumahmu?” tanyanya lagi.“Mereka memang seperti itu, pulang lewat belakang, Mbak, malas kali l
“Ummi, apa maksudnya ini kenapa tentang meninggalnya Abi? Bukankah itu memang kecelakaan?” tanya Sulthan yang bingung dengan masalah ini.“Ya, Ummi menyangkut pautkan dengan kematian Abimu, karena memang dia penyebabnya!”“Iya kan Mayang kamu kan yang merekayasa semuanya, sampai terjadi kecelakaan itu?”“Jawab, Mayang!”“Aku sudah tahu semuanya dan kamu yang menjadi penyebabnya!”“Bukan aku Mbak itu tidak benar, bukan aku!” teriak Mayang histeris.“Darimana Mbak tahu kalau aku dalang dari semua ini?” tanyanya emosi.“Ya sudah kuduga kamu akan mengatakannya seperti itu!”Ummi Syifa lalu mengeluarkan sebuah gelang emas berliontinkan sebuah inisial huruf M dari dalam tasnya dan memperlihatkan kepada Mayang.Seketika raut wajahnya terkejut, kedua matanya membylat dan melototi gelang itu. Keringat dingin mulai keluar membasahi keningnya.“Kenan Mayang, kamu pasti tahu apa ini, karena aku yang memberikan gelang ini sama kamu, bukan begitu, Mayang adikku?” tanyanya mengejek.Tante Mayang ter
“Pak, tangkap dia!”“Dia sudah mengakui semua kejahatannya!” pekik Ummi Syifa dengan penuh semangat.“Mbak, kamu tidak bisa melakukan ini semua, kamu tidak sayang sama aku, Mbak?”“Lepaskan aku!”“Aku tidak bersalah, itu bukan aku yang melakukannya, mereka sendiri yang mengantarkan kematiannya sendiri, hahaha ... “ teriaknya bercampur dengan air mata kesedihan.Saat akan di bawa ke kantor polisi, kedua anak Tante Mayang menyaksikan penangkapan ibunya di depan mata mereka.“Delia, Angga, tidak ... Mamah tidak melakukannya!”“Ini hanya kesalahpahaman saja, Sayang!”“Kalian harus percaya dengan Mamah!” “Mamah tidak pernah melakukannya, hanya Tante Syifa saja yang menuduh dan memaksa Mamah untuk mengakuinya!” teriaknya Tante Mayang yang masih berkilah di depan kedua anak mereka.“Mah, Delia nggak menyangka Mamah bisa setega ini dengan Tante Syifa!”“Jujur Delia sangat sayang sama Mamah, bahkan dari Mamahlah Delia bisa belajar banyak tentang kehidupan ini, tetapi sepertinya Delia salah me