“Bu Latifah selalu menjaga Ibumu dengan baik sampai-sampai setiap perkembangan janin di dalam kandungan Ibumu dia tahu juga.”“Benar, Sayang, bu Latifah itu sangat baik, dan kamu tahu setelah masa hamil lima bulan akhirnya Bu Latifah dinyatakan hamil oleh dokter.”“Mereka sangat bahagia, dan gantian Ibu yang merawat masa-masa kehamilan semester pertama, tangis haru tak berbendung lagi di hati mereka.”“Kami melewatinya dengan bahagia, bersama-sama kami salain menjaga kehamilan kami masing-masing.”“Bu Latifah tidak pernah menganggap kami sebagai bawahannya, selalu baik dan tidak merendahkan kami.”“Sampai akhirnya Ibu mau melahirkan, Bu Latifah yang sangat panik, beliau sendiri yang membawa Ibu ke rumah sakit, saat itu Bapakmu dan Pak Rahmad masih ada.di Semarang!”“Benar, itu benar saat utu memang saya yang ikut dalam perjalanan dinas itu, saya dan Sulthan ikut bersama Abinya karena ada keluarga kamu di sana,” ucapnya membenarkan peristiwa itu.“Iya, Bu, dan kami tidak bisa pulang ce
“Baiklah, Pak, Bu, ini sudah malam sebaiknya kita tidur, biar besok pagi lebih fresh, kalian pasti juga sudah capek dari perjalanan jauh,” ucap Ida tersenyum.“Yang dikatakan Ida, betul Pak, Bu, kita istirahat dulu, biar besok pagi kita bisa sambung ceritanya,” sahut Ummi Syifa dengan tersenyum.“Ida sudah mengatur tempat kalian untuk tidur, dan kalian bisa istirahat sekarang!”“Ummi! Ida antar mereka dulu,” ucapnya sembari mengajak kedua orang tuanya masuk ke kamar yang sudah dipersiapkan oleh Ida.“Iya Sayang, antar mereka dulu,” sahutnya dengan mengulas senyumnya.Ummi Syifa memandang mereka saat meninggalkan ruang tamu itu dengan tatapan sendu. Kedua bola matanya mengisyaratkan ada rasa kepedihan yang mendalam. Sulthan yang memperhatikan wanita paruh baya itu langsung datang menghampirinya.Ada yang salah dengan Ummi Syifa, seakan-akan Sulthan tahu apa yang dirasakan oleh wanita yang sudah melahirkannya.“Ada apa, Ummi?”“Apa yang Ummi pikirkan?”“Sulthan tahu apa yang membuat Ummi
“Ada apa Bu, kenapa sekarang Ibu menjadi ragu?”“Biasanya jika sikap kamu berubah seperti ini pasti ada yang kamu lihat atau mendengarkan sesuatu entah dari mana,” celetuk Pak Aryo yang tahu kebiasaan buruk Bu Lina yang bisa cepat plin plan dengan keputusannya sendiri.“Begini, Pak, tadi saat Ibu mau ke luar mau mengambil minum, Ibu mendengarkan mereka bicara, tidak ada yang salah sih, cuma yang Ibu rasa kalau Ida tidak terlalu suka dengan kehadiran kita!”“Kenapa Ibu berpendapat seperti itu?” tanya Pak Aryo penasaran.“Tadi Bu Syifa bilang kalau dia takut kalau Ida akan lebih memilih kita sebagai orang tua kandungnya di banding dengan Bu Syifa.”“Seharusnya kita yang mempunyai hak dong Pak, untuk hidup Ida!”“Kita sudah kehilangan Saskia, dan Ibu tidak mau kalau Ibu kehilangan anak satu-satunya lagi.”“Bapak kan tahu, selama empat tahun Ibu membuang semua kenangan manis bersama Saskia agar Ibu bisa bertahan hidup demi Fatih, tetapi sekarang kita tahu kalau Ida adalah saudara kembar
“Apa pendapatmu Mas?” tanya Ida setelah selesai membaca cerita Fina di dalam novel online itu.“Aku tidak habis pikir kalau Fina akan melakukan hal itu, benar-benar nggak waras itu orang!”“Dia sengaja melenyapkan suaminya dengan mudah karena orang itu mempunyai riwayat penyakit jantung, makanya wanita itu bisa membeli rumah milik Pak Bandi tetangga kita itu dari hasil harta warisan milik suaminya “ jelas Sulthan geram.“Bahkan keluarga suaminya tidak bisa berbuat apa-apa karena Fina sangat licik, sebelum melakukannya dia sudah memindahkan semua harta warisan itu kenama dia sendiri,” lanjutnya dengan penuh emosi.“Dia sangat mencintaimu, Mas, sampai-sampai dia sengaja melakukan itu dan kembali untuk mengambil cintanya yang dia tinggalkan,” argumen Ida.“Sekarang sudah pasti dia sengaja membeli rumah itu agar kita bisa di pantau dari sana melalui Abbas.”“Tunggu dulu deh! Bukannya Abbas baru menempatinya dua bulan di sana ya, sedangkan Fina itu membeli rumah Pak Bandi itu setahun yang
“Aku juga baru tahu kalau Abbas memang manusia rendah, dulu memang dia kutu buku tetapi setelah melihat isi file ini membuktikan kalau dua juga mempunyai kelainan jiwa.”“Ternyata semua ini berkaitan satu sama lain dan ... tidak mungkin!” teriak Sulthan dengan emosi meluap. Hampir saja laptopnya menjadi sasaran amukan amarahnya, tetapi sempat dicegah oleh Ida.“Shuut ... Mas, tenangkan dirimu ini masih jam dua malam. Nanti ada yang dengar bagaimana?” Ida berusaha menenangkan suaminya yang sudah tersulut emosi saat melihat bukti-bikti kejahatan Abbas selama ini.“Mas, tetapi aku heran kenapa karyawan Abbas itu berkhianat dan dia dapat dari mana semua bukti-bukti ini?” tanya Ida yang masih penasaran dengan Dirga karyawan Abbas.“Aku juga belum tahu Sayang, tiba-tiba saja dia memberikan flashdisk ini, dan dari matanya dia ingin aku mengusut tuntas masalah ini!”“Dan aku yakin penggelapan yang dilakukan Abbas tidak terjadi hanya satu perusahaan saja tetapi melainkan semua perusahaan la
Setelah Sulthan mandi kini Ummi Syifa yang giliran untuk mandi, lalu Mbok Siti dan di susul oleh Bu Lina. Terakhir adalah dirinya sendiri, walaupun sedikit terlambat karena saling menunggu yang lainnya bersiap dan akhirnya mereka pun salat berjamaah dan yang menjadi imamnya adalah Pak Aryo sendiri.Ini pertama kaIinya buat Ida bisa salat berjamaah dan di imam kan langsung oleh orang tua kandungnya sendiri. Rasa haru bercampur bahagia dan sedih sangat terlihat di wajah Ida dengan mata yang sedikit berembun.Setelah selesai salat mereka duduk santai, Sulthan dan Pak Aryo berada di ruang tengah sambil menonton televisi.Sedangkan Ummi Syifa dan Bu Lina ikut mengobrol dengan mereka. Ida yang sudah menyiapkan bahan makanan dan segera memasak makanan.Bu Lina yang melihat Ida sibuk di dapur mendatanginya ke dapur dengan perlahan-lahan dan sedikit ingin mengobrol dengan Ida.Meskipun masih terasa canggung dengan kehadiran Ida di dalam hidupnya, Bu Lina berusaha mengambil hatinya agar bisa de
“Bagaimana ini Mas, apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Ida penasaran.“Kami akan membantu kalian untuk menangkap Abbas dan Ibunya itu,” ucap Bu Lina dengan lantang.“Kita harus bertindak dengan cepat agar tidak ada korban lagi, tetapi aku bingung kita harus mulai dari mana?”“Tante Mayang pasti sudah curiga dengan kita karena kita tidak pulang ke rumahnya dan dia pasti sudah memberitahukan kepada Fina kalau kita tidak pulang, bahkan ponsel kita tidak ada yang dihubungi,” jelas Ida mulai gugup.“Tenang, Sayang kita akan menemukan solusinya, kalau begitu aku akan menemui Fina besok pagi, lagian dia ikut andil juga di dalam proyek itu.”“Kita akan membuat Fina dan Abbas saling curiga, agar mereka bingung untuk siapa dia bekerja!”“Dan Ummi dan Ida, kalian pulang dulu ke rumah Tante Mayang, jika dia bertanya kenapa kalian tidak pulang semalam bilang saja menginap di rumah teman Ummi.”“Jika dia bertanya kembali tentang orang tua Saskia bilang saja kalau Sulthan yang mencarikan tempat
“Iya, tetapi Ibu mau ke mana sore-sore begini?” tanya Mbok Siti tetapi tidak ditanggapi oleh Ummi Syifa.“Saya tidak bisa diam saja di rumah, jika tidak segera dilakukan mereka akan membuat Mayang terjerumus lebih dalam lagi karena masalah ini, saya nggak mau Mayang menjadi jahat hanya untuk balas dendam yang kita sendiri tidak bisa mengembalikan waktu yang dulu,” jelas Ummi Syifa.“Bu, saya tahu kalian sudah capek dengan masalah ini tetapi alangkah baiknya tidak melakukannya dengan tergesa-gesa. Kasihan Non Ida dan Den Sulthan yang sudah susah payah membuat rencana tetapi Ibu malah merusaknya dalam sekejap,” sahut Mbok Siti menjelaskan kepada Ummi Syifa.“Maaf Mbok, saya tidak bisa, hati saya tidak terima, selalu berontak, Mbok!”“Ini adalah karena saya, karena tidak bisa mengerti maunya Mayang dulu, sehingga masalah ini menjadi melebar ke mana-mana, entah siapa yang salah saya atau Mayang, tetapi jika sudah menyangkut anak-anak, saya harus bertindak, kasihan juga dengan Ridwan kalau
Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi
Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se
“Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb
“Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj
“Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada
“Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma
Bu Romlah datang di akhir pertemuan mereka, dan membuat Fina bertambah bingung, siapa yang harus dipercaya toh pada kenyataannya adalah semua memang sudah direncanakan.“Apa maksud kalian semua?”“Aku tidak mengerti!” Fina hanya bisa melihat mereka yang tertawa puas atas semua tindakan yang dilakukannya berhasil membuat keluarga Sulthan berantakan.“Kamu ingin tahu bagimana dan kenapa semua ini harus dilakukan, bahkan kamu saja tidak mampu menganalisis siapa lawan dan kawanmu, Fina!”“Kamu hanya terobsesi oleh satu tujuan saja yaitu Sulthan!”“Sedangkan kami begitu banyak tujuan tetapi mengarah kepada Sulthan!”“Bahkan Oh ya adiknya juga yang bernama ... siapa namanya ...”“Papah Ridwan, Mah,” sahut Angga spontan.Seketika Fina semakin bingung saat Angga memanggil Bu Romlah dengan sebutan Mah.“Mah ... maksudmu Mamah?” tanyanya untuk meyakinkan.“Hahaha ... Fina ... Fina kamu ternyata lebih polos dari Ida.”“Ya ... kamu benar sekali, Angga Bramana Danendra adalah anak kandungku, pu
Agnes mencoba menghubungi di antara mereka tetapi tidak ada yang menjawab, membuat dirinya juga ikutan khawatir.“Berkali-kali menghubunginya sampai setengah jam kemudian tiba-tiba layar ponsel Agnes berdering.“Kringg ... Kringg ...“Siapa Nes, Ida, atau Sulthan yang telepon kamu?” tanya Ummi Syifa semringah.“Ida, Ummi!” teriaknya bahagia.“Cepat kamu angkat!”perintahnya yang tak sabar ingin mendengar suara mereka.“Baik, Ummi!”“Tunggu di speaker saja, biar Ummi bisa langsung mendengarkan suara mereka!”“Iya, Ummi!Agnes dengan segera melaksanakan perintah Ummi Syifa.[Halo, Assalamu’alaikum, Da?][Kamu di mana sih, susah sekali dihubungi, aku dan Ummi sangat khawatir dengan kalian?][Tetus ponsel Sulthan juga nggak bisa dihubungi, memang kalian itu ada di mana, kenapa nggak kabar ke kita?][Maaf, sebelumnya saya menemukan ponsel ini tidak jauh dari mobil si korban yang terbakar, Bu][Maaf, korban? Korban apa Pak, dan siapa Anda?][Kami tidak melihat seseorang di sini Bu, hanya mo
Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...