“Mungkin nggak sih kamu mempunyai saudara kembar, kalian terpisah gitu, atau Ibumu dulu memberikan saudara kembarmu itu ke keluarga Juragan Aryo?” argumen Sulthan sembari menikmati hidangan teh hangat dan beberapa camilan.“Kenapa Mas, bicara seperti itu?” tanya balik Ida dengan bingung.“Nggak tahu juga Sayang, cuma ingin bilang saja, entahlah ... sudahlah kita tunggu saja mereka, mungkin sebentar lagi nyampe!” “Aku rasa nggak pernah cerita atau pernah mendengarkan kalau aku punya saudara kembar, bahkan selama aku bersama kedua orang tuaku sampai meninggal pun baik pihak keluargaku juga nggak ada menyinggung masalah ini, aku juga jadi ragu, apa mungkin ya Mas?” tanyanya balik.Ida lalu memikirkan perkataan suaminya dan termenung seketika. Wajah yang tadi merona kini menjadi sendu. Melihat istrinya diam, buru-buru Sulthan menghampiri dan memegang kedua tangan istrinya dengan lembut.Sofa panjang yang empuk itu menjadi saksi bisu ketika melihat seorang wanita yang bersedih dalam hati
“Maaf Pak, kok Bapak tahu nama lengkap istri saya, dan juga nama kedua orang tuanya, maksudnya apa ini, Pak?” tanya Sulthan yang menanti penjelasan dari pria tua itu.Bu Lina yang sibuk mencari sesuatu di dalam koper itu akhirnya dia menemukannya. Sebuah kotak kecil segi empat berwarna merah sudah ada di tangan Bu Lina.“Alhamdulillah, Ibu ternyata bawa, Pak!” teriaknya dalam keadaan bahagia.Bu Lina lalu membuka kotak kecil itu dan memperlihatkannya kepada semua orang apa yang ada di tangannya. Ida terkejut begitu juga dengan lainnya saat Bu Lina mengangkat sebuah kalung emas dan berliontinkan berbentuk love yang sama dengan punya Ida.“Kalung itu sama dengan punyaku,” ucap Ida seketika saat melihat kalung yang ada di tangan Bu Lina.Ida menghampiri Bu Lina dan mengambil kalung itu lalu Ida pun memegang kalung yang ada di lehernyà sendiri.Dengan perlahan-lahan dia membuka kalungnya sendiri dan membandingkan dengan punya Bu Lina.“Apa artinya semua ini, mengapa kalung Ida sama denga
“Bu Latifah selalu menjaga Ibumu dengan baik sampai-sampai setiap perkembangan janin di dalam kandungan Ibumu dia tahu juga.”“Benar, Sayang, bu Latifah itu sangat baik, dan kamu tahu setelah masa hamil lima bulan akhirnya Bu Latifah dinyatakan hamil oleh dokter.”“Mereka sangat bahagia, dan gantian Ibu yang merawat masa-masa kehamilan semester pertama, tangis haru tak berbendung lagi di hati mereka.”“Kami melewatinya dengan bahagia, bersama-sama kami salain menjaga kehamilan kami masing-masing.”“Bu Latifah tidak pernah menganggap kami sebagai bawahannya, selalu baik dan tidak merendahkan kami.”“Sampai akhirnya Ibu mau melahirkan, Bu Latifah yang sangat panik, beliau sendiri yang membawa Ibu ke rumah sakit, saat itu Bapakmu dan Pak Rahmad masih ada.di Semarang!”“Benar, itu benar saat utu memang saya yang ikut dalam perjalanan dinas itu, saya dan Sulthan ikut bersama Abinya karena ada keluarga kamu di sana,” ucapnya membenarkan peristiwa itu.“Iya, Bu, dan kami tidak bisa pulang ce
“Baiklah, Pak, Bu, ini sudah malam sebaiknya kita tidur, biar besok pagi lebih fresh, kalian pasti juga sudah capek dari perjalanan jauh,” ucap Ida tersenyum.“Yang dikatakan Ida, betul Pak, Bu, kita istirahat dulu, biar besok pagi kita bisa sambung ceritanya,” sahut Ummi Syifa dengan tersenyum.“Ida sudah mengatur tempat kalian untuk tidur, dan kalian bisa istirahat sekarang!”“Ummi! Ida antar mereka dulu,” ucapnya sembari mengajak kedua orang tuanya masuk ke kamar yang sudah dipersiapkan oleh Ida.“Iya Sayang, antar mereka dulu,” sahutnya dengan mengulas senyumnya.Ummi Syifa memandang mereka saat meninggalkan ruang tamu itu dengan tatapan sendu. Kedua bola matanya mengisyaratkan ada rasa kepedihan yang mendalam. Sulthan yang memperhatikan wanita paruh baya itu langsung datang menghampirinya.Ada yang salah dengan Ummi Syifa, seakan-akan Sulthan tahu apa yang dirasakan oleh wanita yang sudah melahirkannya.“Ada apa, Ummi?”“Apa yang Ummi pikirkan?”“Sulthan tahu apa yang membuat Ummi
“Ada apa Bu, kenapa sekarang Ibu menjadi ragu?”“Biasanya jika sikap kamu berubah seperti ini pasti ada yang kamu lihat atau mendengarkan sesuatu entah dari mana,” celetuk Pak Aryo yang tahu kebiasaan buruk Bu Lina yang bisa cepat plin plan dengan keputusannya sendiri.“Begini, Pak, tadi saat Ibu mau ke luar mau mengambil minum, Ibu mendengarkan mereka bicara, tidak ada yang salah sih, cuma yang Ibu rasa kalau Ida tidak terlalu suka dengan kehadiran kita!”“Kenapa Ibu berpendapat seperti itu?” tanya Pak Aryo penasaran.“Tadi Bu Syifa bilang kalau dia takut kalau Ida akan lebih memilih kita sebagai orang tua kandungnya di banding dengan Bu Syifa.”“Seharusnya kita yang mempunyai hak dong Pak, untuk hidup Ida!”“Kita sudah kehilangan Saskia, dan Ibu tidak mau kalau Ibu kehilangan anak satu-satunya lagi.”“Bapak kan tahu, selama empat tahun Ibu membuang semua kenangan manis bersama Saskia agar Ibu bisa bertahan hidup demi Fatih, tetapi sekarang kita tahu kalau Ida adalah saudara kembar
“Apa pendapatmu Mas?” tanya Ida setelah selesai membaca cerita Fina di dalam novel online itu.“Aku tidak habis pikir kalau Fina akan melakukan hal itu, benar-benar nggak waras itu orang!”“Dia sengaja melenyapkan suaminya dengan mudah karena orang itu mempunyai riwayat penyakit jantung, makanya wanita itu bisa membeli rumah milik Pak Bandi tetangga kita itu dari hasil harta warisan milik suaminya “ jelas Sulthan geram.“Bahkan keluarga suaminya tidak bisa berbuat apa-apa karena Fina sangat licik, sebelum melakukannya dia sudah memindahkan semua harta warisan itu kenama dia sendiri,” lanjutnya dengan penuh emosi.“Dia sangat mencintaimu, Mas, sampai-sampai dia sengaja melakukan itu dan kembali untuk mengambil cintanya yang dia tinggalkan,” argumen Ida.“Sekarang sudah pasti dia sengaja membeli rumah itu agar kita bisa di pantau dari sana melalui Abbas.”“Tunggu dulu deh! Bukannya Abbas baru menempatinya dua bulan di sana ya, sedangkan Fina itu membeli rumah Pak Bandi itu setahun yang
“Aku juga baru tahu kalau Abbas memang manusia rendah, dulu memang dia kutu buku tetapi setelah melihat isi file ini membuktikan kalau dua juga mempunyai kelainan jiwa.”“Ternyata semua ini berkaitan satu sama lain dan ... tidak mungkin!” teriak Sulthan dengan emosi meluap. Hampir saja laptopnya menjadi sasaran amukan amarahnya, tetapi sempat dicegah oleh Ida.“Shuut ... Mas, tenangkan dirimu ini masih jam dua malam. Nanti ada yang dengar bagaimana?” Ida berusaha menenangkan suaminya yang sudah tersulut emosi saat melihat bukti-bikti kejahatan Abbas selama ini.“Mas, tetapi aku heran kenapa karyawan Abbas itu berkhianat dan dia dapat dari mana semua bukti-bukti ini?” tanya Ida yang masih penasaran dengan Dirga karyawan Abbas.“Aku juga belum tahu Sayang, tiba-tiba saja dia memberikan flashdisk ini, dan dari matanya dia ingin aku mengusut tuntas masalah ini!”“Dan aku yakin penggelapan yang dilakukan Abbas tidak terjadi hanya satu perusahaan saja tetapi melainkan semua perusahaan la
Setelah Sulthan mandi kini Ummi Syifa yang giliran untuk mandi, lalu Mbok Siti dan di susul oleh Bu Lina. Terakhir adalah dirinya sendiri, walaupun sedikit terlambat karena saling menunggu yang lainnya bersiap dan akhirnya mereka pun salat berjamaah dan yang menjadi imamnya adalah Pak Aryo sendiri.Ini pertama kaIinya buat Ida bisa salat berjamaah dan di imam kan langsung oleh orang tua kandungnya sendiri. Rasa haru bercampur bahagia dan sedih sangat terlihat di wajah Ida dengan mata yang sedikit berembun.Setelah selesai salat mereka duduk santai, Sulthan dan Pak Aryo berada di ruang tengah sambil menonton televisi.Sedangkan Ummi Syifa dan Bu Lina ikut mengobrol dengan mereka. Ida yang sudah menyiapkan bahan makanan dan segera memasak makanan.Bu Lina yang melihat Ida sibuk di dapur mendatanginya ke dapur dengan perlahan-lahan dan sedikit ingin mengobrol dengan Ida.Meskipun masih terasa canggung dengan kehadiran Ida di dalam hidupnya, Bu Lina berusaha mengambil hatinya agar bisa de