Mata Carles tidak bisa berkedip melihat wanita hamil yang sedang bergandeng tangan dengan sahabatnya itu. Perut buncit Zeira membuat wanita bermata biru itu semakin cantik dan mempesona, bahkan semua tamu yang ada di kafe itu, ikut kagum melihat Zeira. begitu juga dengan Vivi yang ikut bengong melihat pesona sahabatnya itu.
"Selama datang Bro" sapa Carles sambil memeluk punggung Reyhan dengan akrab.
"Wts...jangan" Reyhan melentangkan tangannya untuk menghalangi Carles yang ingin memeluk istrinya "cukup berjabat tangan saja, enggak usah pakai peluk-peluk" lanjut Reyhan setelah Carles memundurkan dadanya.
"Ini kan pelukan tanda sahabat Bro" bantah Carles.
"Kamu peluk aku saja, sini kamu peluk aku" Reyhan membentangkan kedua tangannya.
"Enggak usah. Tadi kan kita uda pelukan" tolak Carles.
Zeira dan Vivi kompak tertawa, melihat tingkah kekanak-kanakan kedua pria tampan yang ada di hadapan mereka.
"Ini acara apa sih Bro?" Tanya Reyh
Pagi ini Reyhan dan Zeira sengaja bangun lebih awal di bandingkan hari sebelumnya.mereka sudah berencana untuk mengantar Carles ke bandara.Tepat pukul 6 pagi Reyhan dan Zeira sudah tiba di apartemen Carles. Mata Reyhan sempat melirik ke arah pintu apartemen milik almarhum Chintia yang berada di samping apartemen Carles. Seketika wajahnya berubah menjadi sedih. Walaupun ia tidak cinta kepada Chintia tetapi hatinya sedih mengingat kenangan sewaktu mereka masih kecil saat masih tinggal di Prancis. Chintia juga memiliki peran berharga selama ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan milik Reyhan. Hal itu tidak akan pernah Reyhan lupakan.Zeira yang melihat perubahan wajah Reyhan, akhirnya membuka mulut "mas sedih ya?" Tanya Zeira sambil mengelus pundak Reyhan."Enggak sayang, cuma teringat aja sewaktu kami masih anak-anak, dia itu wanita yang ceriah, aku tidak menyangka kalau ia akan pergi secepat ini""Sabar ya mas" sahut Zeira, dan hanya di balas senyum
Zeira membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Ia merasa lelah karena satu hari ini menemani Reyhan di kantor. Perutnya yang semakin membesar membuat ia merasa lebih muda untuk lelah. Perbincangannya dengan Vivi saat makan siang di kantin, membuat banyak tanda tanya di dalam hatinya. Ia kembali bangkit dari ranjang dan melangkah keluar dari kamar menuju ruang kerja Reyhan di lantai tiga."Tok....tok...tok...apa aku bisa masuk mas?" Tanya Zeira dari pintu. Zeira sangat jarang menemui Reyhan ke ruang kerjanya, bisa di katakan dalam satu tahun ini, Zeira hanya 2 kali menginjakkan kaki di ruang kerja Reyhan."Hm...masuk saja sayang" sahut Reyhan tanpa melihat Zeira."Mas sibuk?" Ucap Zeira setelah masuk dan duduk di atas sofa di dekat jendela ruang kerja Reyhan."Sedikit" sahut Reyhan dengan singkat."Hm..." Jawab Zeira dengan singkat. Sebenarnya ia ingin mengatakan apa yang ada di dalam hati dan otaknya, namun karena Reyhan terlihat sibuk dengan berkas-
Reyhan berlari masuk ke dalam rumah tanpa mematikan mesin mobilnya. "Sayang" jerit Reyhan sambil menaiki anak tangga menuju kamarnya dan Zeira.Para pelayan menoleh ke arah suara Reyhan, tidak biasanya Reyhan mengeluarkan nada tinggi, pria itu paling tidak suka dengan keributan. "Ada apa dengan tuan" tanya satu pelayan ke pada pelayan Siti"Aku tidak tahu, coba saya tanya pak bara" Siti keluar dan menemui bara yang sedang bercerita dengan security di pos yang di dekat gerbang."Pak bara apa kita bicara sebentar" ajak Siti."Iya ada apa buk" sahut bara setelah mereka menjauh dari pos security."Pak, kenapa tuan tiba-tiba pulang dan berteriak-teriak memanggil nyonya" tanya Siti dengan setengah berbisik."Aku juga tidak tahu buk. Tadi nyonya pas baru sampai di kantor tuan, tiba-tiba sudah turun lagi dan meminta pulang, di perjalanan juga beliau menangis" jawab bara yang juga ikut bingung."Pasti tuan melakukan kesalahan. Maklum lah
Di saat makan malam, tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponsel Reyhan. Tetapi Reyhan hanya mengabaikannya saja dan fokus dengan makan malamnya sambil bercanda dengan Zeira.Makan malam kali ini sangat berbeda dari yang biasanya, Reyhan benar-benar memanjakan Zeira, Ia menyuapi Zeira layaknya seorang anak kecil. Yang membuat hati wanita hamil itu menjadi berbunga-bunga."Mas Kenapa jadi berlebihan seperti ini ya?" Ucap Zeira kepada Reyhan."Ini bukan berlebihan sayang, aku lagi belajar aja, nanti di saat Anak kita sudah lahir aku sudah terbiasa untuk memberinya makan" sahut Reyhan sambil tersenyum."Hm..." Jawab singkat Zeira sambil tersenyum. Hatinya semakin luluh karena Reyhan adalah calon Ayah yang siaga. Pria tampan itu sudah memikirkan calon baby-nya. Sedangkan Zeira belum berpikir sejauh itu."Mas, Aku boleh bertanya sesuatu enggak?" Tanya Zeira setelah ia menyelesaikan makanya."Mau tanya apa sayang?""Mas kemarin kan aku sempat ce
Saat tiba di kantor, Reyhan merasa ragu menerima undangan yang di titipkan Sarah kepada Vivi. Namun baru saja hal itu terlintas di pikirannya, tiba-tiba Vivi sudah muncul di pintu ruangan Reyhan yang saat ini tidak tertutup."Permisi pak" ucap Vivi yang berdiri di bibir pintu, dengan membawa sesuatu di kedua tangannya."Iya Vivi, masuklah" sahut Reyhan yang duduk di bangku kerajaannya. Sedangkan Zeira duduk di sofa yang ada di ruangan Reyhan."Ini ada titipan undangan dari artis Sarah Bellareah, pak, beliau datang tadi dan baru saja pergi" ucap Vivi dengan hormat sambil meletakkan kartu undangan yang ada di genggamannya di atas meja Reyhan. Walaupun pria tampan yang ada di hadapannya saat ini adalah suami dari Sahabatnya. Tetapi ia harus tetap sopan dan hormat karena pria itu juga adalah Bosnya."Baiklah. Terima kasih" sahut Reyhan dengan santai. Namun ia hanya melihat kertas itu sekilas tanpa menyentuhnya."Permisi pak, ibu" pamit Vivi yang membua
Zeira mondar mandir di dalam kamar, hatinya tidak tenang karena Reyhan belum kembali sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 4 subuh, rasa penyesalan muncul di dalam hatinya karena sudah memaksa Reyhan pergi menghadiri pesta ulang tahun Sarah. Yang berujung membuat dirinya tidak bisa tenang.Ia berulang kali menghubungi nomor ponsel Reyhan namun yang menjawab suara wanita cantik *nomor yang anda tujuh sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi" ia bingung harus menghubungi siapa lagi. Akhirnya ia mencoba menenangkan pikirannya yang sudah kacau balau seperti benang yang kusut. Di saat itu juga ia teringat dengan Bara sang sopir pribadi Reyhan. Dengan sigap ia mengusap layar ponselnya dan mencari nama bara di dalam kontaknya."Iya Nyonya" suara serak Bara. Sepertinya pria itu terbangun saat mendengar panggilan dari Zeira."Apa paman sedang bersama mas Reyhan" tanya Zeira pada intinya."Tidak Nyonya. Tadi malam aku han
Mengikuti perintah Zeira untuk pergi menghadiri acara ulang tahun Sarah, sungguh kesalahan terbesar yang ia lakukan, kini hidupnya menjadi berantakan. Wanita yang sudah membuat hatinya tergila-gila, saat ini sudah meninggalkan kediaman Nicolas. Ia hanya bisa menghancurkan pas bunga yang ada di dalam mansion itu, untuk melampiaskan kekesalannya. Seluruh pelayan dan pengawal, hanya bisa diam dan tertunduk, tidak ada satupun di antara mereka yang berani membuka mulut.Mereka bisa sedikit bernapas di saat Reyhan masuk ke dalam kamarnya. Sungguh ini kejadian yang mengerikan, selama ini Reyhan tidak pernah menghancurkan barang-barang yang ada di dalam rumah itu, pria tampan itu selalu bisa menahan dan menutupi masalah yang menimpah dirinya.Reyhan menghubungi Bara. Ia meminta agar bara dan semua para pengawal yang ada di mansion itu, segera mencari Zeira dan membawanya kembali ke kediaman Nicolas.Namun ia juga tidak tinggal diam. Ia segera meraih kunci mobil dan perg
Ini hari kedua di mana Zeira meninggalkan kediaman Nicolas. Reyhan sama sekali tidak memiliki semangat untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Tetapi hari ini ia harus masuk kantor, karena ada meeting penting dengan perusahaan CW GROUP. Mau tidak mau, ia harus tetap mau, karena pemilik perusahaan itu adalah Sahabatnya sendiri yaitu Carles. Ia tidak ingin mengecewakan Sahabat dekatnya itu, yang saat ini berada di Prancis.Namun baru saja ia masuk kedalam ruangan dan duduk di atas kursi kerajaannya. Tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar dan satu pukulan langsung mendarat di pipinya yang mulus."Aku tidak akan pernah memaafkan orang yang berani menyakiti Zeira" ucap Roy dengan lantang, yang mengundang semua mata karyawan mengarah ke ruangan Reyhan. Begitu banyak karyawan yang ada di bangunan yang berlantai 50 itu, hanya satu wanita yang berani masuk ke dalam ruangan itu, siapa lagi kalau bukan Vivi.Saat mendengar suara keributan, Vivi langsung berlari menuju ru