Share

Chapter 109

Penulis: Black Eagle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

*

Martin yang berjalan ke arah pintu dengan tubuh lemas dsn berusaha untuk tetap kuat. Ini semua adalah kesalahannya. Dia menyadarinya itu. Cinta yang dia inginkan adalah cinta yang akan menjatuhkannya ke dalam api.

Dia membuka pintu yang sudah rusak itu, karena melihat pintunya yang rusak sesegera dia menelpon seorang tukang untuk memperbaikinya. Lalau dia masuk ke dalam rumah. Dia mengarah ke kamar Andira yang hanya tertutup setengah. Raisi sudah ada di sana, dia bercakap dengan Andira. "Raisi menunggunya di dalam kamar?" tanya Martin sendiri dengan suara kecil.

Dia membukanya lebar, pintu itu dan melihat Andira dan Raisi menoleh ke arahnya. "Apa yang kau lakukan di kamar seorang pembantu?" tanya Martin, tatapannya langsung mengarah pada Raisi.

"Kenapa Papa menguping di depan pintu kamar seorang pembantu?" Raisi bertanya balik, dan berdiri dari duduknya.

"Saya ingin bertemu dengan Andira. Saya lapar, saya ingin dimasakkan sesuatu," jawab Martin dengan santai namun terdengar teg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 110

    Ibrahim sudah mendapat kabar bahwa tidak akan ada makan malam di rumah Tuan Besar Dailuna, karena terjadi kecalakaan di sana. Ibrahim masih sangat penasaran kenapa Martin mengajaknya untuk makan malam. Karena rasa penasarannya dia menghubungi seseorang di rumah itu. Tentu saja mantan anak didiknya di kampus. Raisi.Namun Raisi sama sekali tidak mengangkat panggilannya, membuat Ibrahim merasa kesal."Apa kau tahu dimana anak Tuan Dialuna dirawat?" Ibrahim bertanya pada Fainah, sekretaris pribadi Martin."Seperti biasa, di rumah sakit adiknya. Hatice Hospital Dailuna," jawabnya dengan santai.Dia mengangguk-angguk, dan berkata lagi, "Aku ingin meminta izin, apa boleh? Aku ingin menjenguk anak Pak Martin…"Belum sempat mengatakan semuanya, Fainah terlihat memandang Ibrahim dengan kesal. Sudah sering kali dia meminta izin dan menggantinya dengan kerja lembur."Tenang saja, aku akan lembur lagi, aku akan kembali kemari sebentar okey," ucap Ibrahim saat dia menyadari tatapan tajam Fainah."

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 111

    Martin dan Raisi saat ini tengah sarapan. Dan Martin sendiri terlihat dengan wajah kesalnya. Andira meninggalkan mereka setelah menyiapkan makanan, dia malah berkirim pesan dengan seseorang."Dia tega sekali," sahut Raisi, namun tidak dihiraukan oleh Martin. Martin Dailuna sendiri asik dengan makanan yang yang dikunyahnya."Apa yang Papa akan lakukan? Jika Mama berselingkuh?"Pertanyaan yang membuat Martin berhenti mengunyah dan langsung menelan makanannya dengan dua tegukan air. Dia menghela nafas dan berkata, "Dua sudah lakukan," jawabnya dan melanjutkan kembali sarapannya.Jawaban ayahnya membuat Raisi berpikir sejanak dan memandang ke arah ayahnya."Mama selingkuh?" Matanya menatap tajam sang ayah."Dia lebih cepat dariku." Martin menjawab diiringi dengan menolehnya dia ke arah Raisi.Raisi tidak percaya dan hanya terkekeh kecil."Tidak mungkin Mama seperti itu," ucapnya, tangannya meraih gelas berisikan air dan langsung meneguknya."Tidak usah percaya. Perceraian kami sebentar la

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 112

    Pak Mamat melangkah ke arah pintu rumah Martin Dailuna, dan pintu itu sama sekali tidak terkunci. Raisi keluar dengan buru-buru dan hanya membanting pintu tanpa menguncinya. Karena itulah Pak Mamat dengan mudah langsung membuka pintu rumah itu.Dia sesekali menatap ke arah belakang, dimana Pak Rustam dan Pak Kader melihat ke arahnya, tangan Pak Rustam terlihat melambai dan memberi isyarat untuk masuk.Pak Mamat melangkah masuk dengan pelan tanpa menutup pintu rumah itu, dia membiarkan pintunya agar tetap terbuka. Kini dia berjalan dengan cepat. Dia mendengar suara di area dalam ruang makan. Untungnya rumah besar ini memiliki beberapa tiang yang berukuran besar dan tinggi, sehingga bisa membuat siapapun bersembunyi dan tak terlihat jika berada di balik tiang dinding itu.Pak Mamat kini menempel pada tiang dinding yang berdekatan dengan ruang makan. Dia mengintip ke arah Martin yang sedang lahap memakan makanannya. Lalu mata Pak Mamat mulai membulat saat dia melihat Andira keluar dari r

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 113

    Beberapa saat kemudian, saat Andira keluar dari dapur dan Martin masih duduk di tempatnya dimana meja masih terlihat beberapa sisa makanan, Andira kembali melap dan membersihkan mejanya dengan alat lap.Martin terlihat memijat-mijat keningnya, perasaannya sangat bimbang, sangat-sangat bimbang.Saat selesai melap Andira kembali duduk di kursi dan ikut larut dalam kebimbangan."Apa yang akan Tuan lakukan jika aku pergi?" tanya Andira tiba-tiba."Kau tidak akan pergi."Andira kembali diam, dia melihat Martin yang masih terlihat sangat-sangat lelah. Tentu saja, dia baru saja melihat putranya terjatuh dari tangga. Atau mungkin putranya akan melalui hari-hari dengan kebencian terhadap ayah dan juga Andira."Aku akan ke kamarku." Andira dan berdiri dari duduknya. Martin tidak berniat menahannya dan akan membiarkan Andira berlalu. Namun nyatanya tangannya menahan pergelangan tangan Andira."Duduk."Andira pun kembali duduk."Tetaplah bersamaku."Sudah jelas apa yang dilihat Pak Mamat, sangat-

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 114

    Sebuah pesan didapatkan oleh Ibrahim, begini pesannya, "Dia ingin mengumumkan perceraian dengan Sarah." Setelah membacanya Ibrahim langsung menyadari bahwa selain mengumumkan perceraian, Martin juga ingin memberitahu tentang perselingkuhan dirinya dengan Hatice. Dia menelan ludah saat menyadari hal itu. Saat ini, dia tengah duduk di hadapan Hatice, mereka menunggu makanan yang mereka pesan untuk tiba. Dia mematikan daya ponselnya dan menaruhnya di atas meja. Dia memandang ke arah Hatice yang menatapnya dengan senyum. Dia membalas senyum itu begitu tulus. Ibrahim menopang dagunya dan menatap ke arah Hatice lalu berkata, "Aku ingin bertanya sesuatu padamu.""Silakan." Hatice yang ikut menopang dagunya menatap Ibrahim. "Bagaimana jika kita kabur bersama." Hatice tercengang sejenak lalu terkekeh. Dia menjawab, "Kau becanda bukan?""Tidak. Aku betul-betul tidak bercanda. Aku pikir Martin tidak suka denganku. Kau tidak berniat untuk cerai?" Hatice menganga tipis mendengar Ibrahim yang s

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 115

    Masih berada di meja makan Dailuna. Andira dan Martin masih sedang bercakap dan memandang. "Anda belum mandi bukan? Sebaiknya mandi dulu." Andira yang sudah berniat untuk pergi. "Kau ingin mandi bersamaku?" Martin yang menyeringai menatap Andira. "Aku sudah mandi.""Kau bisa mandi lagi. Mandilah bersamaku."Martin mengajak sekali lagi. Andira berpikir lagi, dia bimbang, ingin menolak, untuk hari ini dia sudah sangat lelah, walau dia juga begitu menikmati momen pertamnya. "Tuan Martin, pinggangku masih sakit."Martin tersenyum dan menyentuh lembut pipi Andira. "Hanya mandi, temani aku." Andira berpikir sejenak lalu berkata, "Baiklah."Martin dan Andira kini berdiri dari duduknya, Martin berjalan di depan. Martin berniat untuk mandi di kamarnya namun Andira berkata, "Di kamarku saja," ucapnya sambil menahan lengan Martin. Martin pun menoleh dan tersenyum, dia mengangguk dan melanjutkan jalannya. Saat Martin berjalan jauh ke depan, Andira lalu meraih ponselnya dan mengetikkan pesa

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 116

    "Aku akan datang," ucap Hatice dari balik telpon. "Untuk apa?" Martin bertanya, sesekali matanya menatap Andira yang sedang memasak. "Aku ingin bertanya sesuatu, aku ingin bicara.""Kau bisa bicara sekarang, Hati. Tidak usah datang ke sini." "Aku datang. Apa Raisi ada di sana?" "Aku tidak lihat sejak siang." "Hanya Kakak dengan gadis pembantu itu?""Iya.""Aku akan datang, aku akan menginap di sana. Aku akan membawa Nadira pulang, Randy masih diharuskan untuk menginap di sini. Bye."Mendengarnya, Martin menghela nafas dan merasa kesal. Setelah bicara dengan adiknya melalui telpon, dia berjalan ke arah Andira dan menyandarkan tubuhnya di meja dapur. "Masak lebih banyak, Hati dan juga Nadira akan kemari," ucap Martin matanya memandang Andira yang terlihat sibuk. "Syukurlah.""Syukurlah?" "Iya. Itu tandanya Anda tidak akan memintaku lagi." Martin menganga namun diiringi dengan kekehan. Dia diam dan tak membalas apa yang dikatakan Andira. Namun Martin menanyakan hal lain, agar su

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 117

    Dia berjalan dengan kaki panjangnya yang cukup lincah ke arah pos satpam, untuk kali ini, karena rasa bosannya dia ingin berbicara dan berbaur sejenak dengan pekerja rumah. Dia memberi senyum pada setiap pekerja rumahnya, Pak Rustam dan Pak Kader memberikan senyum ramah sementara Pak Mamat memberi senyum kecut. "Malam," sapa Martin, dia berhenti tepat di hadapan pos satpam. "Malam Tuan." "Kok Anda belum pulang Pak Rus?" tanya Martin, dia memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Menatap dengan ramah pekerjanya. "Masih ingin di sini Tuan. Lagi pula kalau pulang tidak melakukan apa-apa. Di sini bisa bicara dengan Pak Kader dan Pak Mamat." Mendengar penjelasan Pak Rustam, Martin mengangguk-angguk dan memberi senyum. "Kalau boleh tahu, kondisi Nak Randy bagaimana, Tuan?" Pak Kader mulai bertanya. "Syukurlah, dia sudah terbangun, mungkin beberapa hari dia akan pulang dan sembuh." Pak Kader dan Pak Rustam tersenyum menyeringai dan mengangguk. "Nyonya Sarah dan Dek Nadira tidak

Bab terbaru

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 317

    "Kau sudah mendapatkan, dia kan?" tanya Ibrahim yang sekarang berada di hadapan Nigel. "Cepatlah akhiri ini, Nigel. Kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" Ibrahim yang saat ini duduk di hadapan meja Nigel dan Nigel tampak berpikir tetapi tidak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibrahim. "Jangan terlalu tergesa-gesa, Ibrahim. Aku tahu kau sangat ingin membunuhnya sama seperti aku ingin sekali melenyapkan dia. Tapi kita tunggu, ya tunggu." Ibrahim tidak senang dengan aoa yang dikatakan Nigel, dia berdiri dan menghentakkan kursi, "Menunggu? Astaga aku sudah sangat lama menunggu dan menantikan momen ini, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Nigel tersenyum dan ikut berdiri, "Aku sudah katakan padamu. Kau cukup menjaga Andira dan biarkan dia merasa nyaman di sini, karena sebentar lagi dia akan berguna," kaga Nigel yang sekarang berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Ibrah

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 316

    "Nigel berhasil menangkap ayahmu, Raisi." Suara Litzia tenang. Sedangkan Raisi yang tampak tak berdaya itu hanya bisa menundukkan kepala. Dia lemas dan tidak tahu bagaimana dia akan merespon. "Akhirnya, dendam Nigel akan terselesaikan. Dia bisa menghabisi ayahku kapan saja. Tapi kenapa dia hanya menangkapnya?" Tatapan Raisi kini mengarah kepada Litzia yang terlihat tidak menemukan jawaban apa pun dari pertanyaan Raisi. Dia bahkan tidak tahu kenapa Nigel tidak menghabisi Martin saat ini juga. Kenapa dia harus menunggu waktu yang lama. "Entahlah, tapi untuk saat ini aku hanya mau kondisi mu lebih baik Raisi, kau harus makan sesuatu," kata Litzia yang masih menawarkan makanan untuk Raisi, "Jika tidak maka kau akan berada dalam kondisi yang buruk." "Saat ini aku bahkan jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, Litzia. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya makanan." Litzia lalu meraih piring itu dan berusaha untuk membuat Raisi memakan sesuatu, dia menyuapi Raisi dan tidak akan pe

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 315

    Martin terjatuh dan tidak bisa merasakan tubuhnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Nigel adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Martin sudah kehilangan Nadira dan dia tidak bisa kehilangan anak lagi. Tubuhnya yang sudah mulai kurus itu terus dihentakkan lelah Nigel yang penuh dengan kebencian dan dendam. Yang pada akhirnya Nigel mendapatkan Martin hidup-hidup. Ini adalah sebuah kesempatan baginya. Bagi Nigel untuk memberikan penderitaan mutlak pada Martin Dailuna. Martin yang tidak berdaya diseret menuju bangunan tua yang cukup terlihat besar, dan tubuh itu langsung dijatuhkan di atas lantai yang lembab. "Bawa dia ke tempat yang seharusnya." Nigel yang terlihat berjalan pergi dan meninggalkan tubuh Martin yang setengah sadar dan tak berdaya. Dan kemudian dibawalah tubuh itu menuju ke tempat yang seharusnya, dan kemenangan Nigel sudah di depan mata. Andira, Raisi dan Martin, adalah pion untuk balas dendam Nigel. Di sisi lain ada Ibrahim yang sama sekali tidak terima Dnegan sikap

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 314

    Lalu ketika itu, Martin yang tidak berdaya dan diseret paksa oleh Nigel membuat pria ini, yang sangat tak berdaya dan seolah tak bisa apa-apa dijatuhkan ke atas rerumputan yang lembab. Dia tentu tak bisa melakukan apa pun karena tak bersenjata dan tak ada yang bisa menyelamatkan Martin sekarang, dalam benak Martin mungkin inilah saatnya dia akan tiada. Tetapi apakah Martin akan menyerah bahkan sebelum dia bertemu dengan Andira dan juga Raisi, bagaimana jika kondisi Raisi dan Andira saat ini tidak lagi naik-naik saja dan dalam masalah yang besar? Martin tentu tidak ingin semua itu terjadi apa lagi untuk kehilangan seorang anak lagi, dia tidak mau dan tidak akan membiarkan hal yang tidak senonoh itu terjadi pada keluarganya. "Lihat sekarang diri mu, Martin, kau bukan siapa-siapa lagi dan kau tidak punya apa-apa, kau bahkan tidak tahu caranya melawanku, seakan kau bukan lagi Martin Dailuna." Tawa terdengar dari bibir Nigel, dia kemudian terbahak-bahak dan tak punya belas kasihan kep

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 313

    Martin menendang senapan yang berada di tangan Nigel dan akhirnya senapan itu terjatuh di atas rerumputan basah di malam hari, dia berlari sekuat mungkin dan Nigel hanya tertawa, berpikir bahwa Martin tidak akan lolos. Senyum jahat tampak di bibirnya yang di mana saat ini, Martin berusaha keras untuk menghindari moncong senjata panas dari Nigel. Sementara itu, langkah kaki Nigel semakin cepat, dan mengikut dengan langkah kaki Martin yang berlari. Nigel menganggap bahwa pantang dilakukan oleh Martin adalah sesuatu yang sia-sia yang membuat Nigel tertawa terbahak-bahak. "Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kau, ha, bukanlah yang telah memenjarakan aku selama ini! Martin. Aku selama ini menjadi pelindung kau, tapi apa balasan mu, ha!" Nigel membentak dan ketika Martin terjatuh, dia seolah terjatuh ke dalam sebuah memori yang pernah dialami olehnya sebelumnya, dia dikejar oleh Nigel ketika itu, saat Nigel diperintahkan oleh Mark untuk memata-matai Martin. "Aku tidak mungkin t

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 112

    Masa lalu adalah yang paling menyakitkan dan yang paling ingin dilupakan oleh Martin Tapi sayangnya orang-orang yang berada di sekitar Martin selalu mengingatkan Martin terhadap Apa yang membuat pria setengah baya ini selalu terluka. Tak ada yang bisa dilakukan Martin sekarang di hadapan moncong senapan yang dihadapkan ke arah kepala Martin dan hanya satu gerakan saja ketika jari Nigel menarik pelatuk itu maka meledak lah kepala Martin. Sementara pria ini hanya menunggu kapan Nigel akan meledakkan kepalanya dan dia akan terbebas dengan apa yang selama ini terjadi tetapi sayangnya hal yang paling diinginkan Martin saat ini adalah untuk membebaskan Raisi dan Andira. Tetapi di mana Andira saat ini? Tentu Hal itu membuat Martin merasa bingung luar biasa dan ingin segera menemukan di mana mereka berdua karena jika Martin tiada sebelum menemukan Andira dan Raisi, maka kehidupan Martin akan berakhir dalam ketidaktenangan. "Sebelum kau menarik pelatuk itu, sebaiknya kau katakan apa yang s

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 311

    "Aku tidak percaya aku bisa menemukan kau di sini, Martin Dailuna." Suara yang begitu mengagetkan, Martin yang berada di tengah hutan saat ini, di malam hari dan masih dalam perjalanan di mana dia harus menemukan bangunan tua di mana Nigel menyembunyikan Andira. Ketika Martin berbalik kemudian Martin melihat siapa yang berada di belakang Martin, yang di mana saat itu dan yang berada di belakang Martin ternyata adalah Nigel. Dengan senapan di tangan Nigel dan ditodongkan tepat ke arah kepala Martin membuat pria setengah bahaya ini langsung mengangkat kedua tangannya dan saling berhadapan dengan Nigel Dailuna. Beberapa kali Martin menelan saliva dan tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja dilihat oleh Martin dan siapa yang berada di hadapan pria setengah baya ini. "Sangat mengejutkan bahwa aku bisa menemukan engkau di malam hari tepat di tengah hutan ketika aku sedang ingin berburu, yang pada akhirnya buruhan ku pun aku temukan." Nigel membuat Martin merasa bahwa Martin haru

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 310

    Terjadi kekacauan antara Sarah dan Randy, di mana mereka berdua tidak ada satu pun yang bisa saling meredakan, kini hanya ada Ray yang melihat aksi Sarah dan Randy yang sekarang berlutut di lantai sambil meraih pecahan demi pecahan yang ada di atas lantai. Pecahan biola yang kini remuk dan tidak utuh lagi serta tali biola dan tak akan bisa utuh secara instan, atau mungkin dia harus membuang biola itu, Sarah langsung tersadar bahwa dia sedang melakukan sebuah kesalahan yang membuat hati Randy patah. Tentu hal ini membuat Sarah menyesal luar biasa, dia lalu dengan perlahan ikut berlutut di hadapan Randy sementara Ray hanya diam sambil menggelengkan kepala melihat aksi kakaknya itu. "Keluar." Randy bergumam dan Sarah mengabaikan ucapan Randy, dia tetap membantu Randy memungut serpihan biola itu, yang hanya membuat Randy merasa kesal dan berkata, "Aku bilang keluar dari sini!" Sebuah suara yang kini membentak dan membuat Saran terhentak. "Ibu minta maaf, sayang," kata Sarah tapi Randy

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 309

    "Ibu hanya ingin memastikan, Randy bahwa sama sekali tidak ada masalah di sekolah lagi, agar kau bisa belajar dengan tenang, atau Ibu mungkin akan membawa kau ke sekolah lain," kata Sarah yang mengelus lembut rambut Randy tapi Randy memalingkan wajah dan tidak senang dengan jawaban sang ibu. "Itu hanya akan memperburuk masalah Ibu, jika Ibu datang ke sekolah dan memarahi anak nakal itu, maka mereka tidak akan berhenti mengganggu aku," kaya Randy dengan nada suara yang kesal. "Tapi sayang ibu hanya berusaha melakukan sesuatu yang terbaik untukmu," ucap Sarah sekali lagi tapi Randy tidak peduli, dia memalingkan wajah dan tidak senang dengan sang ibu, membuat Sarah merasa tersindir, dia sudah melakukan hal yang luar biasa untuk Randy tapi bahkan untuk saat ini Randy masih saja tidak melihat kepedulian ibunya sendiri. "Kenapa Ibu tidak bisa diam, seharusnya ibu duam saja dan tidak usah melakukan apa pun," kata Randy sambil menghentakkan tangan Sarah yang mengelus lembut rambut Randy, k

DMCA.com Protection Status