Share

Chapter 109

Penulis: Black Eagle
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-30 17:21:26

*

Martin yang berjalan ke arah pintu dengan tubuh lemas dsn berusaha untuk tetap kuat. Ini semua adalah kesalahannya. Dia menyadarinya itu. Cinta yang dia inginkan adalah cinta yang akan menjatuhkannya ke dalam api.

Dia membuka pintu yang sudah rusak itu, karena melihat pintunya yang rusak sesegera dia menelpon seorang tukang untuk memperbaikinya. Lalau dia masuk ke dalam rumah. Dia mengarah ke kamar Andira yang hanya tertutup setengah. Raisi sudah ada di sana, dia bercakap dengan Andira. "Raisi menunggunya di dalam kamar?" tanya Martin sendiri dengan suara kecil.

Dia membukanya lebar, pintu itu dan melihat Andira dan Raisi menoleh ke arahnya. "Apa yang kau lakukan di kamar seorang pembantu?" tanya Martin, tatapannya langsung mengarah pada Raisi.

"Kenapa Papa menguping di depan pintu kamar seorang pembantu?" Raisi bertanya balik, dan berdiri dari duduknya.

"Saya ingin bertemu dengan Andira. Saya lapar, saya ingin dimasakkan sesuatu," jawab Martin dengan santai namun terdengar teg
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 110

    Ibrahim sudah mendapat kabar bahwa tidak akan ada makan malam di rumah Tuan Besar Dailuna, karena terjadi kecalakaan di sana. Ibrahim masih sangat penasaran kenapa Martin mengajaknya untuk makan malam. Karena rasa penasarannya dia menghubungi seseorang di rumah itu. Tentu saja mantan anak didiknya di kampus. Raisi.Namun Raisi sama sekali tidak mengangkat panggilannya, membuat Ibrahim merasa kesal."Apa kau tahu dimana anak Tuan Dialuna dirawat?" Ibrahim bertanya pada Fainah, sekretaris pribadi Martin."Seperti biasa, di rumah sakit adiknya. Hatice Hospital Dailuna," jawabnya dengan santai.Dia mengangguk-angguk, dan berkata lagi, "Aku ingin meminta izin, apa boleh? Aku ingin menjenguk anak Pak Martin…"Belum sempat mengatakan semuanya, Fainah terlihat memandang Ibrahim dengan kesal. Sudah sering kali dia meminta izin dan menggantinya dengan kerja lembur."Tenang saja, aku akan lembur lagi, aku akan kembali kemari sebentar okey," ucap Ibrahim saat dia menyadari tatapan tajam Fainah."

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 111

    Martin dan Raisi saat ini tengah sarapan. Dan Martin sendiri terlihat dengan wajah kesalnya. Andira meninggalkan mereka setelah menyiapkan makanan, dia malah berkirim pesan dengan seseorang."Dia tega sekali," sahut Raisi, namun tidak dihiraukan oleh Martin. Martin Dailuna sendiri asik dengan makanan yang yang dikunyahnya."Apa yang Papa akan lakukan? Jika Mama berselingkuh?"Pertanyaan yang membuat Martin berhenti mengunyah dan langsung menelan makanannya dengan dua tegukan air. Dia menghela nafas dan berkata, "Dua sudah lakukan," jawabnya dan melanjutkan kembali sarapannya.Jawaban ayahnya membuat Raisi berpikir sejanak dan memandang ke arah ayahnya."Mama selingkuh?" Matanya menatap tajam sang ayah."Dia lebih cepat dariku." Martin menjawab diiringi dengan menolehnya dia ke arah Raisi.Raisi tidak percaya dan hanya terkekeh kecil."Tidak mungkin Mama seperti itu," ucapnya, tangannya meraih gelas berisikan air dan langsung meneguknya."Tidak usah percaya. Perceraian kami sebentar la

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 112

    Pak Mamat melangkah ke arah pintu rumah Martin Dailuna, dan pintu itu sama sekali tidak terkunci. Raisi keluar dengan buru-buru dan hanya membanting pintu tanpa menguncinya. Karena itulah Pak Mamat dengan mudah langsung membuka pintu rumah itu.Dia sesekali menatap ke arah belakang, dimana Pak Rustam dan Pak Kader melihat ke arahnya, tangan Pak Rustam terlihat melambai dan memberi isyarat untuk masuk.Pak Mamat melangkah masuk dengan pelan tanpa menutup pintu rumah itu, dia membiarkan pintunya agar tetap terbuka. Kini dia berjalan dengan cepat. Dia mendengar suara di area dalam ruang makan. Untungnya rumah besar ini memiliki beberapa tiang yang berukuran besar dan tinggi, sehingga bisa membuat siapapun bersembunyi dan tak terlihat jika berada di balik tiang dinding itu.Pak Mamat kini menempel pada tiang dinding yang berdekatan dengan ruang makan. Dia mengintip ke arah Martin yang sedang lahap memakan makanannya. Lalu mata Pak Mamat mulai membulat saat dia melihat Andira keluar dari r

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 113

    Beberapa saat kemudian, saat Andira keluar dari dapur dan Martin masih duduk di tempatnya dimana meja masih terlihat beberapa sisa makanan, Andira kembali melap dan membersihkan mejanya dengan alat lap.Martin terlihat memijat-mijat keningnya, perasaannya sangat bimbang, sangat-sangat bimbang.Saat selesai melap Andira kembali duduk di kursi dan ikut larut dalam kebimbangan."Apa yang akan Tuan lakukan jika aku pergi?" tanya Andira tiba-tiba."Kau tidak akan pergi."Andira kembali diam, dia melihat Martin yang masih terlihat sangat-sangat lelah. Tentu saja, dia baru saja melihat putranya terjatuh dari tangga. Atau mungkin putranya akan melalui hari-hari dengan kebencian terhadap ayah dan juga Andira."Aku akan ke kamarku." Andira dan berdiri dari duduknya. Martin tidak berniat menahannya dan akan membiarkan Andira berlalu. Namun nyatanya tangannya menahan pergelangan tangan Andira."Duduk."Andira pun kembali duduk."Tetaplah bersamaku."Sudah jelas apa yang dilihat Pak Mamat, sangat-

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 114

    Sebuah pesan didapatkan oleh Ibrahim, begini pesannya, "Dia ingin mengumumkan perceraian dengan Sarah." Setelah membacanya Ibrahim langsung menyadari bahwa selain mengumumkan perceraian, Martin juga ingin memberitahu tentang perselingkuhan dirinya dengan Hatice. Dia menelan ludah saat menyadari hal itu. Saat ini, dia tengah duduk di hadapan Hatice, mereka menunggu makanan yang mereka pesan untuk tiba. Dia mematikan daya ponselnya dan menaruhnya di atas meja. Dia memandang ke arah Hatice yang menatapnya dengan senyum. Dia membalas senyum itu begitu tulus. Ibrahim menopang dagunya dan menatap ke arah Hatice lalu berkata, "Aku ingin bertanya sesuatu padamu.""Silakan." Hatice yang ikut menopang dagunya menatap Ibrahim. "Bagaimana jika kita kabur bersama." Hatice tercengang sejenak lalu terkekeh. Dia menjawab, "Kau becanda bukan?""Tidak. Aku betul-betul tidak bercanda. Aku pikir Martin tidak suka denganku. Kau tidak berniat untuk cerai?" Hatice menganga tipis mendengar Ibrahim yang s

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 115

    Masih berada di meja makan Dailuna. Andira dan Martin masih sedang bercakap dan memandang. "Anda belum mandi bukan? Sebaiknya mandi dulu." Andira yang sudah berniat untuk pergi. "Kau ingin mandi bersamaku?" Martin yang menyeringai menatap Andira. "Aku sudah mandi.""Kau bisa mandi lagi. Mandilah bersamaku."Martin mengajak sekali lagi. Andira berpikir lagi, dia bimbang, ingin menolak, untuk hari ini dia sudah sangat lelah, walau dia juga begitu menikmati momen pertamnya. "Tuan Martin, pinggangku masih sakit."Martin tersenyum dan menyentuh lembut pipi Andira. "Hanya mandi, temani aku." Andira berpikir sejenak lalu berkata, "Baiklah."Martin dan Andira kini berdiri dari duduknya, Martin berjalan di depan. Martin berniat untuk mandi di kamarnya namun Andira berkata, "Di kamarku saja," ucapnya sambil menahan lengan Martin. Martin pun menoleh dan tersenyum, dia mengangguk dan melanjutkan jalannya. Saat Martin berjalan jauh ke depan, Andira lalu meraih ponselnya dan mengetikkan pesa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 116

    "Aku akan datang," ucap Hatice dari balik telpon. "Untuk apa?" Martin bertanya, sesekali matanya menatap Andira yang sedang memasak. "Aku ingin bertanya sesuatu, aku ingin bicara.""Kau bisa bicara sekarang, Hati. Tidak usah datang ke sini." "Aku datang. Apa Raisi ada di sana?" "Aku tidak lihat sejak siang." "Hanya Kakak dengan gadis pembantu itu?""Iya.""Aku akan datang, aku akan menginap di sana. Aku akan membawa Nadira pulang, Randy masih diharuskan untuk menginap di sini. Bye."Mendengarnya, Martin menghela nafas dan merasa kesal. Setelah bicara dengan adiknya melalui telpon, dia berjalan ke arah Andira dan menyandarkan tubuhnya di meja dapur. "Masak lebih banyak, Hati dan juga Nadira akan kemari," ucap Martin matanya memandang Andira yang terlihat sibuk. "Syukurlah.""Syukurlah?" "Iya. Itu tandanya Anda tidak akan memintaku lagi." Martin menganga namun diiringi dengan kekehan. Dia diam dan tak membalas apa yang dikatakan Andira. Namun Martin menanyakan hal lain, agar su

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 117

    Dia berjalan dengan kaki panjangnya yang cukup lincah ke arah pos satpam, untuk kali ini, karena rasa bosannya dia ingin berbicara dan berbaur sejenak dengan pekerja rumah. Dia memberi senyum pada setiap pekerja rumahnya, Pak Rustam dan Pak Kader memberikan senyum ramah sementara Pak Mamat memberi senyum kecut. "Malam," sapa Martin, dia berhenti tepat di hadapan pos satpam. "Malam Tuan." "Kok Anda belum pulang Pak Rus?" tanya Martin, dia memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Menatap dengan ramah pekerjanya. "Masih ingin di sini Tuan. Lagi pula kalau pulang tidak melakukan apa-apa. Di sini bisa bicara dengan Pak Kader dan Pak Mamat." Mendengar penjelasan Pak Rustam, Martin mengangguk-angguk dan memberi senyum. "Kalau boleh tahu, kondisi Nak Randy bagaimana, Tuan?" Pak Kader mulai bertanya. "Syukurlah, dia sudah terbangun, mungkin beberapa hari dia akan pulang dan sembuh." Pak Kader dan Pak Rustam tersenyum menyeringai dan mengangguk. "Nyonya Sarah dan Dek Nadira tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20

Bab terbaru

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 322

    Ya dia tahu siapa yang membawa Andira, dan anehnya sesuatu menjadi lebih muda baginya, tak ada pengawal sementara Martin memegangi senjata api di tangannya walau dia terlihat terluka di kepala, dan beberapa darah yang mengalir di tangannya, ya sebelum Ibrahim berhasil dijatuhkan oleh Martin, Ibrahim berhasil menyerang Martin dengan irisan balok yang membuatnya terluka. Di sisi yang lain, Martin membuka satu-persatu pintu ruangan yang ada di labirin, sampai akhirnya dia tidak menemukan pintu apa pun, hanya dinding kasar di sekelilingnya, dan yang membuatnya merasa bingung adalah di mana semua orang? Martin tak menemukan siapa pun, tapi dia bisa melihat tanda ayang dia tahu bahwa yang melakukannya pasti Nigel, untuk menjebak Martin, walau Martin paham akan jebakan itu, dia tetap mengikuti pola petunjuk yang dia tidak tahu akan membawa dia ke mana, hanya saja tak ada pilihan lain. "Martin." Langkah kaki Martin terhenti, dia mendengar sesuatu, di belakang, di depan, di samping, lalu s

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 321

    Rasa lemas menjalar di sekujur tubuh Martin, dia tidak menyangka bahwa Nigel akan sejauh ini, gadis yang selalu bersamanya yang Martin pikir Litzia telah menjadi gadis yang penting bagi Nigel ternyata saat mencoba membalas dendam dan ambisi gadis itu tidak lain hanyalah sekedar hiburan bagi Nigel. Mata Martin redup, dia kebingungan bagaimana harus merespon apalagi rasa panas dikarenakan cahaya lampu yang langsung mengarah kepadanya membuatnya merasa terganggu. Dia meremukkan rambut-rambut nya yang kusut, dan saat mencoba untuk fokus, dia menemukan sesuatu berada di tangan Litzia, gadis itu menggenggam sesuatu, Martin yang merasa apa yang digenggam Litzia penting langsung meraih tangan gadis itu dan membuka telapaknya, di sana terletak kertas yang mungkin berisikan informasi. Tulisan yang Martin tahu bukanlah milik Litzia melainkan milik Nigel, ya jelas kertas dengan tinta yang ditulis Martin dan berisikan, "Putramu dan Andira selanjutnya, oh ya astaga kau tidak akan menemukan putra

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 320

    Bibir Martin terbuka, dia merasa heran siapa yang mungkin yang telah membukakan pintu untuknya, dan kenapa pintu ini bisa terbuka sendiri. Sia menelan saliva berkali-kali tapi dia tidak bisa diam, ya dia tidak seharusnya seperti ini, dia mengepalkan tangan dengan kemarahan yang luar biasa, pada Nigel, Ibrahim dan sedikit rasa kecewa dan kebencian terhadap Andira, atau dia sedang berusaha untuk membenci gadis itu. Tapi sebelum semua itu harus diselesaikan olehnya, dia berusaha untuk menemukan putranya terlebih dahulu, di mana Raisi, dan kenapa semuanya terlihat kacau, kenapa Tidka ada penjaga dan pintu ruangannya sendiri, sel yang dia miliki sendiri yang seharusnya menjadi tempat dia tertahan kini terbuka. Tapi semua itu tidak penting, Martin dia mencoba untuk melangkah pergi, tetapi dia tidak dengan tangan kosong, di dalam saku-saku celananya dia menyimpan pecahan beling yang dia hancurkan sebelumnya dan akan menjadikannya sebagai pertahanan atau cara untuk melawan. Sayangnya dia

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 320

    Litzia mencoba menyelematkan siapa pun yang bisa dia selamatkan setelah dia berhasil membantu Raisi, yang entah apakah Raisi berhasil keluar dari labirin rumit yang telah dibangun oleh Nigel selama ini atau usaha mereka hanya akan menjadi boomerang. Dia memastikan bahwa Ibrahim mengetahui rencana Nigel untuk menghabisi mereka semua di tempat itu, sehingga mungkin dalam sesaat dia ingin menyelamatkan semuanya, termasuk Andira, tetapi sebelum itu, dia harus memastikan bahwa Martin tiada di tangannya. Di sisi yang lain Litzia, dia membuka pintu demi pintu, labirin yang begitu membingungkan, dia tidak bisa menemukan di mana kamar Martin, atau di mana sel Martin disembunyikan, langkah demi langkah dia berusaha untuk dapatkan hingga akhirnya dia menemukan satu ruangan yang tak terjaga, cukup jauh dan firasatnya berkata, mungkin itu adalah Martin. Langkahnya menuju sel itu cepat, dan menemukan seseorang yang bersandar tanpa semangat hidup duduk di lantai. Litzia hanya dapat melihat pria i

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 319

    Beberapa Saat Sebelumnya "Pergilah, kau tidak punya waktu, kau harus meninggalkan tempat ini atau Nigel akan menghabisi mu di hadapan ayahmu. Dia akan mempermainkan Malian berdua sebelum akhirnya mengakhiri semuanya." Dia mencoba membuka gelangan borgol di tangan Raisi sementara Raisi yang terlihat dengan wajah berantakan, darah di sisi wajahnya, dan rambut yang terlihat tak terawat itu memandang bingung. "Bagaimana kau mendapatkan kunci itu ... Astaga kau membahayakan dirimu sendiri Litzia." Raisi menghentakkan tangannya seolah menolak bantuan Litzia tapi gadis ini mencoba untuk tetap membantu Raisi. "Kau tidak tahu bahwa Nigel adalah monster dan dia akan menghabisi kalian, kau, Martin, Andira, semuanya, bahkan Ibrahim tangan kanannya sendiri akan mati di sini jika tidak pergi." "Andira?" Raisi menelan saliva, dia gemetar. "Ya." "Tidak." Raisi yang kedua tangannya sudah terbebas dari borgol itu menggelengkan kepala, "Aku tidak mau meninggalkan Andira. Bawa aku padanya dan akan

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 318

    Semua tampak jelas, Martin melihat segalanya dalam kesunyian yang tak terhentikan, dia merasa bahwa hidupnya akan selalu seperti ini, menderita. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan, Andira, tapi dengan biaya sebesar apa? Dan kini, di mana gadis itu? Di mana putranya? Dan demi keinginan yang ia hasratkan semuanya berakhir kacau, dia terjebak di dalam neraka yang abadi. Nigel menghentakkan kepala Martin dan membiarkan dia tergelatak di dalam sana, kini adalah rencana selanjutnya tapi kapan dia akan melakukan rencana selanjutnya? Oh ya dia akan mempermainkan Martin lebih lama, lebih parah, San jauh lebih menyakitkan sebelum pada akhirnya mengakhiri hidup Martin Dailuna. Di sisi yang lain, Ibrahim tak sanggup menahan amarah dendam yang ingin segera mengakhiri hidup Martin, menghancurkan dinasti Dailuna selamanya. Tetapi semua itu berada di tangan Nigel yang memiliki lebih banyak anak buah. "Apa lagi yang kau tunggu?" Ibrahim bertanya, dia tak sanggup menahan diri untuk segera mengakh

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 317

    "Kau sudah mendapatkan, dia kan?" tanya Ibrahim yang sekarang berada di hadapan Nigel. "Cepatlah akhiri ini, Nigel. Kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" Ibrahim yang saat ini duduk di hadapan meja Nigel dan Nigel tampak berpikir tetapi tidak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibrahim. "Jangan terlalu tergesa-gesa, Ibrahim. Aku tahu kau sangat ingin membunuhnya sama seperti aku ingin sekali melenyapkan dia. Tapi kita tunggu, ya tunggu." Ibrahim tidak senang dengan aoa yang dikatakan Nigel, dia berdiri dan menghentakkan kursi, "Menunggu? Astaga aku sudah sangat lama menunggu dan menantikan momen ini, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Nigel tersenyum dan ikut berdiri, "Aku sudah katakan padamu. Kau cukup menjaga Andira dan biarkan dia merasa nyaman di sini, karena sebentar lagi dia akan berguna," kaga Nigel yang sekarang berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Ibrah

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 316

    "Nigel berhasil menangkap ayahmu, Raisi." Suara Litzia tenang. Sedangkan Raisi yang tampak tak berdaya itu hanya bisa menundukkan kepala. Dia lemas dan tidak tahu bagaimana dia akan merespon. "Akhirnya, dendam Nigel akan terselesaikan. Dia bisa menghabisi ayahku kapan saja. Tapi kenapa dia hanya menangkapnya?" Tatapan Raisi kini mengarah kepada Litzia yang terlihat tidak menemukan jawaban apa pun dari pertanyaan Raisi. Dia bahkan tidak tahu kenapa Nigel tidak menghabisi Martin saat ini juga. Kenapa dia harus menunggu waktu yang lama. "Entahlah, tapi untuk saat ini aku hanya mau kondisi mu lebih baik Raisi, kau harus makan sesuatu," kata Litzia yang masih menawarkan makanan untuk Raisi, "Jika tidak maka kau akan berada dalam kondisi yang buruk." "Saat ini aku bahkan jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, Litzia. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya makanan." Litzia lalu meraih piring itu dan berusaha untuk membuat Raisi memakan sesuatu, dia menyuapi Raisi dan tidak akan pe

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 315

    Martin terjatuh dan tidak bisa merasakan tubuhnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Nigel adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Martin sudah kehilangan Nadira dan dia tidak bisa kehilangan anak lagi. Tubuhnya yang sudah mulai kurus itu terus dihentakkan lelah Nigel yang penuh dengan kebencian dan dendam. Yang pada akhirnya Nigel mendapatkan Martin hidup-hidup. Ini adalah sebuah kesempatan baginya. Bagi Nigel untuk memberikan penderitaan mutlak pada Martin Dailuna. Martin yang tidak berdaya diseret menuju bangunan tua yang cukup terlihat besar, dan tubuh itu langsung dijatuhkan di atas lantai yang lembab. "Bawa dia ke tempat yang seharusnya." Nigel yang terlihat berjalan pergi dan meninggalkan tubuh Martin yang setengah sadar dan tak berdaya. Dan kemudian dibawalah tubuh itu menuju ke tempat yang seharusnya, dan kemenangan Nigel sudah di depan mata. Andira, Raisi dan Martin, adalah pion untuk balas dendam Nigel. Di sisi lain ada Ibrahim yang sama sekali tidak terima Dnegan sikap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status