Share

Bab 6 [DM]

Author: ERIA YURIKA
last update Last Updated: 2023-06-04 12:00:24

“Bendera kuning, Mus!” ucap Tobi.

“Udah terlanjur ke sini. Lanjut aja!”

Sungguh aku benar-benar takut jika yang meninggal adalah Dera.

“Tanya dulu! ‘kan belum tentu Dera yang meninggal.”

Akhirnya kami berusaha mendekat dan mulai mencari informasi pada tetangga yang kala itu juga ikut bertakziah.

“Bu maaf, yang meninggal siapanya Dera ya?”

“Oh, itu ayahnya Dera. Semalam katanya kena serangan jantung.”

“Tapi, Deranya ada?”

“Aduh saya enggak tahu, katanya Dera langsung diusir dari rumah. Setelah kematian ayahnya. Mas ini siapa? Kok saya baru lihat kalian berdua? Mesti bukan orang kampung sini, ya?”

“Oh, iya Bu. Kami temannya Dera di—“

“Kamus. Kami satu kamus sama Dera.”

Tobi tiba-tiba saja mendadak memotong ucapanku.

“Oh, Masnya dari Bogor ya? Pacarnya Dera?”

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Nafkah yang Keliru   Bab 7 [DM]

    Sungguh kenapa kejutan demi kejutan terus saja terjadi. 20 mobil bukanlah main-main.“Mobilnya juga mewah-mewah. Sepertinya mereka memang dari orang berada.”“Tujuannya apa mereka datang ramai-ramai begitu, Bun?”“Mau melamar Sofia.”Aku shock bukan main. Sampai-sampai aku yang saat itu sedang menyeruput minuman pun terbatuk dibuatnya.“Ya Allah Musa, makanya kalau diajak ngobrol jangan sambil minum.”Saat itu sebenarnya, meski kami berseberangan aku bisa melihat Sofia tengah melirik ke arahku tepat ketika aku tersedak. Aku yakin dia tahu kalau sedang diperhatikan. Kau tahu, saat itu rasanya waktu seperti berhenti sejenak, mana kala pandangan kami saling beradu. Cukup lama sampai kami hanyut dalam perasaan yang entah.Kenapa wanita penuh teka-teki, sungguh membingungkan. Jika masih cinta kenapa tidak berjuang bersama. Bahkan, tanpa peduli apa yang terjadi denganmu malam itu sama

    Last Updated : 2023-06-04
  • Nafkah yang Keliru   Bab 8 [DM]

    Aku yang semula hanya bisa menundukkan kepala pun seketika menjadi membusungkan dada karenanya. Meski aku tidak ada apa-apanya dibandingkan pria itu, kenyataannya lamarannya juga sudah pasti ditolak.“Loh, Bapak serius mau nikahin anak Bapak sama pria ini? Anak saya jelas lebih bisa membahagiakan Sofia.”“Sofia sepertinya belum mengenal putra Bapak. Saya saja baru mendengar namanya. Mohon maaf sepertinya sudah terjadi kesalahpahaman. Sofia juga tidak pernah cerita kalau hari ini akan ada keluarga Pak Erik yang akan datang melamar.”“Saya enggak terima loh Pak, dipermainkan seperti ini.”“Loh, saya sendiri saja tidak tahu kalau Bapak dan keluarga akan berkunjung kemari. Bagaimana mungkin saya berniat mempermainkan. Seharusnya yang Bapak pertanyakan itu putra Bapak, Salim. Bagaimana bisa datang meminang perempuan yang sudah jelas-jelas memiliki pasangan? Nak Musa, ke sini dulu sebentar!”“Oh, iya

    Last Updated : 2023-06-05
  • Nafkah yang Keliru   Bab 9 [DM]

    “Oke kalau itu mau kamu. Aku enggak akan pernah mampir ke rumah lagi.”“Bagus, kalau begitu mulai sekarang aku juga enggak akan mengajar mengaji anak-anak lagi.”“Kamu boleh marah sama aku, tetapi seharusnya kamu cukup bijak. Jangan sampai mengorbankan anak-anak yang masih butuh kamu!”“Mereka bukan anakku. Jadi, bukan tanggung jawabku mendidik mereka. Banyak kok sekolah yang jauh lebih bagus dan tentunya punya tenaga pengajar yang lebih kompeten dibandingkan aku.”“Kok kamu mendadak jadi enggak punya empati begini sih, Sofia?""Aku memang begini kok dari dulu. Kamunya aja yang enggak tahu.”“Kamu tuh berubah banget tahu, kamu bukan lagi Sofi yang aku kenal.”“Terserah kamu mau ngomong apa. Keputusan aku sudah bulat.”“Setidaknya kamu pamitan dulu sama mereka. Apa karena ada aku kamu memutuskan untuk berhenti?”“Enggak k

    Last Updated : 2023-06-05
  • Nafkah yang Keliru   Bab 10 [DM]

    “Nah gitu atuh bro, jangan mikirin cewek mulu! Nanti kalau kita udah punya segalanya mau cari model bagaimana juga dapet. Timbang cewek yang udah nolak mentah-mentah. Ngapain sih, kayak di dunia ini enggak ada cewek lain aja?” tanya Arya.Dia juga temanku di pabrik. Arya sudah menjalani kuliah sambil bekerja 3 tahun, sedangkan Tobi baru semester awal. Arya berencana untuk keluar dari pabrik setelah ia lulus kuliah dan menemukan pekerjaan yang lebih baik. Sejujurnya nasibnya juga tak kalah tragis denganku.Pacarnya dijodohkan dengan anak Tuan Tanah di kampung, padahal ia sudah menjalani hubungan dengan wanita itu bertahun-tahun lalu. Sehingga, lihatlah sekarang! Arya menjadi orang yang ambisius. Tak hanya giat bekerja, ia juga giat menempuh pendidikan yang lebih tinggi.Aku menyukai semangat dan ambisinya.~Kami tinggal di satu kos yang sama. Setelah melakukan pendaftaran, kami menyempatkan diri makan di sekitar kampus. Namun, karena Arya

    Last Updated : 2023-06-05
  • Nafkah yang Keliru   Bab 11 [DM]

    Aku berlari sekencang yangakubisa. Mencoba membangunkan Sofia, sayangnya gagal. Meski aku sudah memanggilnya berkali-kali, juga sedikit menepuk wajahnya ia masih saja tak sadarkan diri.“Bunda buka gerbangnya!” teriakku.Tak lama Bunda lantas membuka gerbangnya dengan panik, hampir saja ia memarahiku. Namun, ketika melihat Sofia yang tak sadarkan diri di pangkuanku. Wanita itu tak banyak bertanya.“Aku bawa ke dalam dulu, ya! Boleh ‘kan?”“Ya, bolehlah! Ayo bawa!”Syukurlah Bunda tak banyak bertanya, karena sejujurnya aku masih bingung kenapa Sofia bisa tidak sadarkan diri. Aku meletakkan Sofia di kamarku.“Atuh kenapa dibawa ke kamar kamu? Kenapa engga di kamar Bunda aja yang deket?”Sebenarnya kamar Bunda yang paling dekat dengan ruang tamu.“Aku panik Bun, maaf.”“Aku cuma nyenggol Bun, beneran! Enggak bohong.”&ldqu

    Last Updated : 2023-06-06
  • Nafkah yang Keliru   Bab 12 [DM]

    Bunda yang panik bercampur bingung pun lantas hanya bisa memeluk gadis itu. Sejenak ia biarkan Sofia“Kamu kenapa Sofia, kalau ada apa-apa itu cerita Sayang! Jangan dipendam sendiri terus! Enggak semua masalah akan selesai kalau terus dibiarkan berlalu begitu saja.”“Aku baik-baik aja kok, Bun.”“Maafin aku ya, udah nyakitin anak Bunda. Aku cuma merasa enggak pantas nikah sama Musa. Dia terlalu baik buat aku, hiks. Makasih buat semuanya Bunda, Sofi permisi dulu.”Tanpa basa basi setelah mengucap terima kasih Sofia malah melarikan diri.“Aku susul Sofia dulu!”Bunda hanya sedikitmenggerakkan kepalanya. Lantas, aku buru-buru mengejar gadis itu. Bukan apa-apa hanya saja aku khawatir jika dugaan kami benar, maka seharusnya ia pasti masih sangat kesakitan.“Sofia, tunggu!” pintaku.Benar saja begitu sampai halaman depa rumahku, Sofia sudah berhenti melangk

    Last Updated : 2023-06-06
  • Nafkah yang Keliru   Bab 13 [DM]

    Detik itu juga kami langsung mendatangi rumah Pak Zul dan mulai menceritakan apa yang terjadi di hari kemarin. Bu Yeni sendiri bahkan sampai shock.“Ibu udah nyangka sebenarnya kalau terjadi sesuatu sama Sofia pada dia camping, tapi anak itu memilih buat nutupin kejadiannya sama kita, hiks.”“Sabar, Bu. Ini juga kita lagi usaha biar Sofia bisa ketemu,” ucap Pak Zul.“Bu, maaf kalau benar Sofia sedang hamil dan kemungkinan keguguran. Bukannya harusnya dia sedang di rumah sakit ya sekarang? Bagaimana kalau kita pergi ke rumah sakit tempat kami periksa kemarin. Barangkali saja Sofia sedang melakukan tindakan kuretase hari ini,” ucap Bunda.Aku sendiri masih bingung entah apa yang harus kukatakan, kalau sampai bayinya kenapa-kenapa akulah orang yang pantas disalahkan. Aku yang membuat Sofia jatuh hingga pendarahan.“Benar juga, ayo kita ke sana Pak. Ya Allah kasihan sekali anak kita, Pak hiks.

    Last Updated : 2023-06-06
  • Nafkah yang Keliru   Bab 14 [DM]

    Tok tok.“Musa! Kamu belum tidur?”Sudah pukul 2 dini hari kenapa juga Bunda sampai mengetuk pintu kamarku.“Bunda boleh masuk enggak?”“Sebentar, Bun!”Aku membuka pintu, setelah sebelumnya mengusap wajah dengan kasar. Melihatku yang kacau, Bunda malah menatapku dengan pandangan yang khawatir.“Kenapa Bun, tumben bangunin malem-malem?”“Bunda tahu kamu pasti belum tidur.”“Kata siapa, ini udah tidur malah kebangun.”“Jangan bohong, Bunda tahu kamu enggak akan pernah tenang. Pasti kepikiran terus soal Sofia ‘kan?”“Ya kepikiran sih pasti. Cuma kalau waktunya tidur ya tidur aja Bun, hehe.”“Mata kamu enggak bisa bohong. Nah itu kertas apa yang di tangan kamu?”“Oh bukan apa-apa kok.”“Coba Bunda lihat!”“Jangan Bun, ini enggak penting?”

    Last Updated : 2023-06-07

Latest chapter

  • Nafkah yang Keliru   Bab 43 [DM]

    Setengah jam berlalu, kami masih juga belum mengantuk.“Dek kamu udah tidur?” tanyaku.“Belum, kenapa Kang?” tanya Sofia sambil membalikkan tubuhnya yang semula terlentang jadi menghadap ke arahku.“Sebenarnya Akang ini udah ngajuin resign, Dek,” ucapku.“Loh, kapan?”“Di hari menjelang pernikahan kita, yang jelas sebelum Aa pulang ke Bogor.”“Kenapa Aa melakukan itu?”“Aa pikir enggak ada gunanya juga kita bertahan di sini. Lihat saja Sabrina, dia aja masih nekat datang ke resepsi kita, padahal enggak diundang.”“Alhamdulillahnya masa kerja Akang juga sudah habis, jadi besok kita pulang.”“Jadi hari ini terakhir?”“Iya, Sayang.”“Ya Allah kenapa enggak kasih tahu jauh-jauh hari. Jadi, Adek bisa beres-beres dari jauh-jauh hari.”“Sengaja kok. Akang emang e

  • Nafkah yang Keliru   Bab 42 [DM]

    “Sofia.”“Hm.”“Makasih ya,” ucapku sembari menikmati betapa indahnya wajah Sofia jika dipandang dalam jarak yang sedekat ini.Sofia tak menjawabnya, selain tersenyum saja, sepertinya dia sudah sangat mengantuk. Mungkin juga lelah. Aku tidak tahu pastinya, tetapi saat itu Sofia langsung menutup matanya. Ia tertidur begitu pulas dan aku masih saja tak puas menatap wajah cantiknya ketika ia tertidur.Pagi hari tiba, saat itu aku terbangun lebih dahulu, karena kumandang azan subuh. Namun, begitu melihat ke samping Sofia masih tertidur di lenganku. Melihatnya tertidur begitu pulas, rasanya menggemaskan sekali.Tanpa sadar aku malah mencium keningnya, apa lagi saat itu jarak kami memang sangat dekat. Sayangnya, saat itu Sofia malah jadi bangun.“Akang….”Sofia memanggilku, tetapi matanya masih tertutup.“Kalau ngantuk tidur lagi enggak apa-apa kok, Sayang.”“Enggak kok, Akang kenapa bangunin aku? Butuh sesuatu?” tanya Sofia.“Enggak butuh apa-apa. Ini sudah masuk waktu subuh.”“Hah, masa?”

  • Nafkah yang Keliru   Bab 41 [DM]

    “Cie, salting ya!” godaku.“Siapa yang salting biasa aja kok,” elak Sofia sambil berusaha menolehkan wajahnya ke arah lain.Jelas-jelas ia sedang salah tingkah, kenapa juga enggan mengakuinya. Aku yang semula sudah berada di depan, lantas kembali menyusul Sofia yang masih tertinggal di belakang.“Mau apa?” tanya Sofia yang mendadak panik.Kedua bola matanya bahkan mendadak membesar dan itu lucu. Ia tak ubahnya seperti boneka barbie koleksi Hafsah yang bermata besar.“Kepedean, siapa juga yang mau gendong kamu!”Saat itu tanpa menunggu persetujuannya, aku lantas menggandeng lengan Sofia dengan lembut. Sejenak bukannya langsung maju kami malah terpaku di tempat. Sialnya kenapa juga aku harus begitu kaku, padahal baru pegangan tangan.“Ya udah jalan!” ajakku.Sayangnya baru beberapa langkah Sofia malah terkekeh.“Kenapa kamu ketawa?” tanyaku yang kesal.

  • Nafkah yang Keliru   Bab 40 [DM]

    Sungguh aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Ternyata apa yang selama ini aku harapkan benar-benar terjadi. Pada akhirnya aku bisa menikahi Sofia. Meskipun harus melewati perjuangan yang panjang. Namun rasanya lega sekali bisa memiliki Sofia sebetulnya. Ia tampak sangat menggemaskan ketika malu. Sayangnya, meski ia sudah memohon padaku, pada akhirnya kami harus tetap melakukan sesi foto cium kening. Cukup mendebarkan, karena memang Ini pertama kalinya aku menyentuh perempuan. "Akang juga gugup 'kan?" bisik Sofia pelan, kala bibirku masih menempel di keningnya. "Kata siapa? Biasa aja kok nggak ada gugup sama sekali." "Jangan bohong Kang, bibirmu bergetar." "Memang terasa?” “Iya.” Seketika aku mendecak. “Namanya orang ngomong, ya bergetar kamu suka aneh ah!" Untung saja saat itu fotografer meminta kami untuk melepaskan kecupan di kening. Sungguh, lega sekali akhirnya kami bisa menyelesaikan satu sesi f

  • Nafkah yang Keliru   Bab 39 [DM]

    [Ya ampun Sof, enggak bisa romantis sedikit apa?][Lagian kamu aneh, tiba-tuba telepon katanya penting tahunya malah sayang-sayangan.][Emang enggak boleh?][Enggak boleh.][Pelit amat.][Sabar! Ya sudah kamu matikan deh, kalau enggak ada yang penting!][Kenapa buru-buru amat sih, kamu yang matikanlah!][Tanganku lagi di henna.][Oh gitu, ya sudah vidio call sebentar! Aku pengen lihat.][Enggak bisa.]Tiba-tiba saja suara tertawa terdengar di saat aku kesal karena Sofia lagi-lagi menolak menunjukkan hennanya.[Kamu ketawa?] tanyaku.[Bukan aku yang ketawa, Musa.][Terus siapa?][Tadi 'kan aku bilang lagi lukis henna.]Ya Tuhan jadi dari tadi percakapan kami didengar oleh orang lain? Sumpah malu sekali. Apalagi orang itu sepertinya masih saja menertawakan kami.Sebelum semua hal menjadi kacau aku segera mematikan panggilan tersebut. Bahkan, aku sampai lupa mengucap sa

  • Nafkah yang Keliru   Bab 38[DM]

    “Aku cuma bercanda kok. Hehehe. Memangnya kamu beli di mana, aku jadi penasaran juga!”“Enggak beli, dikasih.”“Dikasih siapa?” “Calon istri.”Uhuk-uhuk!”Seketika itu juga Sabrina malah terbatuk, padahal ia tidak sedang minum atau menelan sesuatu. Saat itu, karena ia cukup lama terbatuk, sontak saja suaranya yang keras mengundang rasa penasaran orang sekitar. Saat itu juga kami menjadi perhatian semua orang.Dari pada memicu kesalahpahaman semua orang, aku memilih menunggalkan air mineral yang kebetulan memang belum aku buka untuknya. “Minum!”Pergi, menurutku adalah pilihan yang terbaik.Lagi pula, di antara kami juga tidak ada hal penting yang perlu dibicarakan.“Musa, makasih!”Sialnya aku sudah melangkah cukup jauh, ternyata gadis itu masih saja mengikuti. Aku sudah malas sekali menjawab pertanyaannya itu.“Kamu akan menikah bukan? Kapan?”“Lusa.”“Kenapa aku enggak diundang?”“Seharusnya kamu tahu ala

  • Nafkah yang Keliru   Bab 37 [DM]

    [Aku pikir kamu akan setuju, baguslah kalau kamu tidak mengizinkannya.][Aku hanya realistis.][Realistis atau cemburu?][Aku enggak cemburu. Seharusnya kamu tahu langkah apa yang harus kamu ambil. Rasa sayang itu kan bisa tumbuh dari rasa kasihan juga. Aku hanya menghindari hal itu. Aku pikir seharusnya Musa, lebih tahu langkah apa yang harus diambil, jika dihadapkan pada hal seperti itu. Kenapa malah tanya aku?][Kamu tahu kenapa aku bertanya padamu?][Kenapa?][Aku hanya ingin tahu, apakah kamu juga menginginkan pernikahan ini.][Terus sekarang udah dapat jawabannya belum?][Sudah.][Apa?][Aku sikapmu yang tegas.][Aku mah enggak munafik, berpura-pura baik tapi di balik itu aku harus menahan kesal, karena membiarkanmu bertemu dengan wanita yang jelas-jelas menyukaimu.][Hehe.][Jangan ketawa!][Sudah ketawa!][Enggak ada yang lucu.][Ada, kamu lucu sekali Sofia. Aku su

  • Nafkah yang Keliru   Bab 36 [DM]

    “Jadi, bagaimana Pak Musa?”“Saya tetap mengajukan resign.”“Kalau begitu mungkin tanggalnya bisa diganti untuk 1 bulan ke depan.”“Oke, tapi tolong saya ambil cuti 3 hari untuk tanggal 20, 21 dan 22 Juni.”“Baik Pak.”Saat itu aku keluar ruangan dengan perasaan yang entah. Rasanya kesal sekali, aku seperti sedang dipermainkan. Tadinya niatku ingin langsung berbenah pada akhirnya aku harus kembali kerja. Apa lagi itu sepertinya Pak Hamzah memberikan kasus yang berat.Manusia satu ini rupanya masih saja belum menyerah. Lagi pula untuk apa memperjuangkan hal yang sebenarnya sia-sia. Hanya akan buang-buang waktu.Ada banyak lelaki di dunia ini, kenapa harus memaksaku untuk menyukai keponakannya.~Di jam makan siang aku memutuskan untuk menghubungi orang tuaku, tentang prosedur pengunduran diri yang mendadak berubah.[Ya sudah, itu terserah kamu saja. Bunda sama ayah enggak pernah maksa kamu buat

  • Nafkah yang Keliru   Bab 35 [DM]

    Bunda malah melarikan diri, menyebalkan sekali. Sayangnya saat itu ia malah dihalangi ayah.“Musa, pasangan yang mau nikah itu biasanya banyak godaan. Kuat-kuatan kitanya aja.”“Iya, Yah.”“Kamu yakin mau ke Bali sendirian?”“Yakin, Yah. Aku juga udah biasa bolak-balik sendiri kok.”“Ayah tahu, tapi kalau memang kamu butuh teman ngobrol selama di perjalanan, ajak aja Sean. Dia juga udah mau lulus sekolah, sekalian refreshing juga ‘kan?”“Tapi, tiket pesawatnya ‘kan cuma untuk satu orang.”“Aku bisa ke sana sendiri kok, nyusul juga enggak apa-apa,” sahut Sean yang saat itu kebetulan memang berada tak jauh dari tempat kami berbincang.Sebelumnya Sean memang sering kuajak ke Surabaya jika liburan tiba. Jadi, sebenarnya aku tidak terlalu khawatir jika ia akan tersesat nanti.“Tuh anaknya aja mau.”“Sekalian nyari kerjaan di sana. Barang kali aja dapat,” ucap Sean.Tahun ini Sean memang bar

DMCA.com Protection Status