Share

Alina Hilang

last update Last Updated: 2022-12-04 14:48:12

“Karier yang bagus,” Fatih memberi tanggapan singkat.

“Kamu tak ingin memberikan masukan apa ... begitu?”

“Maksud Bapak?”

“Kamu tak mengerti maksudku?”

Fatih berpikir sejenak, memandang keduanya secara bergantian. Kemudian menunduk seperti merasa bersalah.

“Maaf, Pak, saya tidak bisa.” Fatih menggumam pelan, tetapi d tampak terdengar sangat jelas di indera pendengaran seorang Wardana, sekalipun mulai uzur.

“Sudah saya tebak.”

“Pa—“ Helena hendak protes, tetapi Wardana segera mengangkat tangan agar putrinya tidak melanjutkan bicaranya.

“Saya sudah beristri dan saya tidak bisa menyakiti,” aku Fatih.

“Aku tidak menyuruhmu untuk berpisah dengannya. Hanya berbagi waktu saja. Toh, dia pun nantinya yang akan merasakan hidup enak, berkecukupan dan masa depan anaknya jadi terjamin.”

“Maaf pak, tapi istri saya bukan tipe wanita seperti itu. Maaf sekali lagi.”

“Pa! Kemarin bukan begini janji papa.” Helena terlihat mengusap pipinya, berulang kali.

“Helen, jaga harga dirimu!” Bentak Wardana, “untu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
hanny syasya
aq coba scroll mmg blm lanjut ya ceritax penasaran alina kmn?
goodnovel comment avatar
Uciha Suka
lanjut kak semangat ya ceritanya membuat penasaran
goodnovel comment avatar
anne annisa
lanjut kaka. alina kemana
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Mencari Alina

    Tangannya yang gemulai menenteng dua buah air mineral yang dimasukkan dalam satu kantor plastik. Tak lupa ia mampir ke sebuah toko roti yang terletak di sebelah mini market yang baru saja ia sambangi.Meli memasukkan beberapa roti tanpa memilih rasa atau melihat harga yang tertera. Ia langsung meletakkan nampan yang berisi aneka roti dan minta kasir segera menghitungnya. Ia ke luar dari dari toko roti itu dengan tergesa. Lalu, mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang menuju ke sebuah kontrakan padat penghuni.Meli memarkirkan motornya tepat di depan sebuah kontrakan yang pintunya sudah terbuka. Alina ada di dalam sana sedang meletakkan pakaian dalam lemari plastik.“Makan dulu. Lo pasti lapar.”Meli meletakkan bawaannya di atas meja. Alina tidak menyahut, tetapi bergerak mendekati meja dan duduk di kursi, membuka bungkusan plastik yang berisi roti, kemudian melahapnya.“Jangan bilang mas Fatih, juga Rey. Lo satu-satunya sahabat yang Gue percayai.” Alina berucap dengan mulut

    Last Updated : 2022-12-30
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Mencari Alina 2

    “Nggak usah, ma. Aku baru saja makan.”“Oh. Mau menunggu di sini? Biar mama bikinkan kopi.” Tanya Meri lagi.“Di sini saja.”Fatih duduk pada sofa ruang tamu layaknya seperti tamu. Padahal jika mau menuntut, rumah beserta isinya ini adalah miliknya.Ia menelisik setiap sudut yang tampak terlihat dengan perasaan perih. Di dalam rumah ini, dua wanita yang paling berarti dalam hidupnya pernah tinggal. Alina dan ibu kandungnya.Sejenak bernostalgia dengan mengingat beberapa hal penting yang terjadi di rumah ini. Tiba-tiba lamunannya teralihkan oleh suara mobil yang berhenti.Helena ke luar dari mobilnya seorang diri. Ia bergegas masuk karena sudah mengetahui Fatih datang lebih dulu. Mobil mereka saling berjajar.“Hai,” sapa Helena.“Hai juga, “ balas Fatih. Helena langsung duduk di sampingnya.“Ada masalah apa ingin menemuiku?” Rupanya Helena sudah tak sabar mendengar tujuan utama Fatih menemuinya.“Helen, sudah datang. Mau minum apa?” Tiba-tiba Meri muncul dengan membawakan kopi buat Fat

    Last Updated : 2022-12-30
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Tragedi

    Pagi-pagi sekali Fatih sudah berangkat ke kantor. Ia sengaja berangkat lebih awal demi mengorek keterangan tentang keberadaan Alina pada Meli.Ia sudah berdiri di lobi. Padahal hari masih pagi. Hanya ada Jono dan dua sekuriti lainnya di depan. Mereka sedang bercakap-cakap. Merasa sendirian, Fatih pun mendekati mereka.“Pagi, Pak,” sapa Jono.“Pagi.”“Bapak butuh bantuan?” tanya Kosim, sekuriti yang lainnya.“Oh, nggak,” balas Fatih. Mereka tampak keheranan sebab Fatih datang sepagi ini.Sementara itu, matahari mulai merangkak naik. Menyapu dedaunan yang basah oleh embun. Satu dua karyawan mulai berdatangan. Mereka langsung memandang segan atasannya yang berdiri di luar.Kedatangan satu karyawan menyita perhatiannya. Fatih langsung bersiap memanggil Meli ketika wanita itu mulai memasuki lobi.“Meli,” panggil Fatih. Meli menoleh, perasaannya langsung resah ketika Fatih mendekatinya. Ia berharap atasannya itu hanya menanyakan pekerjaan.“Iya, Pak.”“Nanti pulang kantor, jangan ke mana-ma

    Last Updated : 2022-12-30
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Tragedi 2

    Seorang warga akhirnya mengemudikan mobil Rey. Ia membawa Alina dan Rey ke rumah sakit terdekat. Rey tak henti-hentinya mendengungkan takbir dan istighfar di telinga Alina secara bergantian. Ia sangat panik karena sahabatnya itu tidak merespon. Darah yang mengalir membuatnya berada dalam ketakutan yang luar biasa.Baru kali ini Rey menghadapi peristiwa seperti ini di depan mata. Bagiamana tidak mungkin merasa dihinggapi kekhawatiran yang luar biasa, tak satupun panggilannya di respon Alina. Sementara bibirnya mulai pucat dan jemari tangannya sangat dingin.Berulang-ulang ponsel dalam sakunya berdering. Ia abaikan demi berusaha membangunkan Alina.Sepuluh menit kemudian, akhirnya sampai di rumah sakit. Hujan mulai reda, mempermudah gerak Rey dan beberapa tenaga medis langsung cekatan membawa Alina ke ruang UGD.Rey tidak memperdulikan tubuhnya yang menggigil kedinginan, jugapakaian yang basah seluruhnya. Ia mondar-mandir di depan pintu. Kembali ponselnya berdering. Ia ingat Fatih. Mung

    Last Updated : 2022-12-30
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Kehilangan

    “Maaf atas kebodohanku. Maaf.” Air mata masih mengalir, merasai sakitnya kenyataan yang menghantam rumah tangganya.“Mas,” panggil Rey dari samping. Rey berdiri dan terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia sempat masuk angin karena lama mengenakan pakaian basah.“Mas, cari makan dulu. Biar aku yang menunggu Alina.”Fatih menggeleng. “Terima kasih, aku akan menunggu sampai Alina bangun,” tolak Fatih.“Mas harus makan supaya bisa lebih lama menjaga Alina. Tak jauh dari sini ada kantin, nanti kalau Alina bangun, aku panggil,” ucap Rey meyakinkan.Fatih terdiam sejenak sebelum mengiyakan. “Oke, aku titip Alina sebentar.”Rey mengangguk bersamaan dengan gerak tubuh Fatih yang menjauhi kursi. Rey menempati posisi Fatih tadi. Ia memandangi wajah Alina dengan perasaan bersalah.“Seandainya Gue nggak berbohong ke Belanda, mungkin kejadiannya tak akan seperti ini. Maafin Gue.”Ia merutuki kebodohanya. Alina tidak mungkin mendatangi Meli seandainya ia masih ada di sini. Alina pasti menghubunginya

    Last Updated : 2022-12-30
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Berkabung

    Fatih menaburkan bunga di atasnya. Berdoa sejenak sebelum pergi meninggalkan nisan buah cintanya dengan Alina. Sejujurnya tak kuat membiarkan Boy sendirian di sana, tapi hidup harus dijalani. Ada banyak hal yang mesti ia selesaikan. Terutama masalahnya dengan Alina.Merintis jalan yang pernah ia lalui bersama Alina tidak bisa dianggap mudah. Kesalahan demi kesalahan yang terjadi berawal karena Fatih tak menyadari betapa sesuatu harus dipertahankan dalam setiap kondisi apapun.Perjalanan bersama Alina yang sempat kandas, kemudian bersemi kembali membuatnya merasa menemukan arti kehidupan yang sesungguhnya. Kehilangan dalam dua waktu yang berbeda membuatnya menyadari bahwa hanya Alina yang bisa membuat hatinya hidup.Dalam hati tetap berontak, kenapa di saat ia mulai terbiasa dengan kenyamanan bersama Alina, ada saja badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Ia sendiri tetap berpegang teguh pada hati yang sudah terlanjur berlabuh pada sosok Alina. Tak ingin mengganti dengan yang lain

    Last Updated : 2022-12-30
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Ego

    "Mas tak ada alasan untuk tidak melepasku.""Al!""Harapanmu sudah tidak ada. Boy sudah pergi bersama kepercayaanku."Fatih melepaskan genggamannya seketika setelah mendengar Alina berucap dengan tegas."Aku sudah berusaha berubah. Maaf jika perubahanku tidak seperti keinginanmu. Aku ingin tetap bersamamu, Al." Fatih berucap, lebih tepatnya mengiba. Menjadikan Alina satu-satunya adalah sebuah tujuan hidupnya. Ia tak menyangka, jika akan ada sesuatu hal yang menjadikan tujuannya mengabur di mata Alina."Aku tidak sedang berbohong, Al. Apa pun yang kulakukan setelah peristiwa rujuk itu, hanya punya tujuan satu, yaitu kamu." Fatih masih berusaha menjelaskan. Namun tampaknya, Alina memang tak perduli lagi.Pipi yang masih basah dan tangan tak henti-hentinya beradu usap dengan pipinya. Entah kenapa ucapan demi ucapan Fatih malah seperti membawa sayatan-sayatan kecil. Disaat kejujuran seorang Fatih harus dipertaruhkan, justru Alina menginginkan pria itu berhenti berjuang. Dengan begitu,

    Last Updated : 2022-12-30
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Hampa

    Rey menunggu hingga air mata itu berhenti menetes dan isaknya tak lagi terdengar. Beberapa saat, ia hanya mendiamkan Alina. Kali ini, ia tak bisa membenarkan tindakan Alina. Sebab, dirinya sendiri tidak ingin melukai Fatih dan mamanya. Biarlah Alina saja yang kecewa, pikir Rey. Dari pada Fatih berpikir negatif padanya, pun mamanya sendiri akan tersinggung jika sampai Rey mau mengabulkan permintaan Alina untuk tetap di berdiam di sana, menemaninya."Besok Gue ke sini. Sekarang, Lo istirahat. Gue balik dulu."Rey menepuk pelan lengan Alina sebelum pergi."Mas," panggil Rey saat berada di luar. Fatih sedang berbincang dengan mamanya. "Aku pamit pulang dulu.""Iya hati-hati. Hati-hati, Tante," balas Fatih."Iya, jaga Alina, ya?" Mama Rey berpesan, lalu mengajak Rey segera pergi.Fatih sendiri langsung memasuki ruangan. Mendapati Alina menatap ke luar jendela. Di mana terlihat rintik hujan yang perlahan cipratannya membasahi kaca. Fatih bergerak mendekati jendela, menutupnya dengan tetap

    Last Updated : 2022-12-30

Latest chapter

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Meneguk Manisnya Madu

    Fatih mendorong pintu apartemen dengan satu tangan, sedangkan satunya lagi menyeret koper. Ia berdiri di sisi pintu. Tatapannya keluar, menunggu Alina yang masih berdiri mematung.“Buruan masuk. Kejutannya sudah menunggu di dalam.”Alina tersenyum manis, lalu masuk melintasi Fatih tanpa berkata apa-apa.“Mana kejutannya.”Belum sempat menoleh untuk menuntut jawaban, Fatih sudah menutup matanya dari belakang.“Eh, kenapa ditutup sih.”“Namanya juga kejutan,” ucap Fatih. Dengan cepat mendorong tubuh Alina sambil tetap menutup matanya.Fatih menghadapkan Alina ke satu tempat.Alina langsung membuka mata. Di hadapannya terbentang ranjang tanpa kelambu. Kelopak mawar merah bertebaran di atas seprai putih. Ada dua bantal dan dua gulung teronggok di sana.“Ini kejutannya?” tanya Alina sembari menoleh Fatih yang baru saja meletakkan dagu di pundaknya..“Bukan” jawabnya singkat. Ia menoleh, membuat hidungnya yang bangir menyentuh pipi Alina.“Mana? Kayaknya memang ini surprise-nya. Kemarin pas

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Kado Istimewa

    Alina memasukkan pakaian ke dalam koper. Sebagian masih ia simpan di lemari karena tidak mungkin dibawa sekaligus.Tanpa disadari, seseorang berdiri di depan pintu yang sudah tertutup.“Astagfirullah!” kejutnya. “Mas Fatih. Bikin kaget aja. Salam dulu kek,” rutuk Alina.Fatih terkekeh melihat keterkejutan Alina.“Semangat banget yang mau pindahan. Sampai-sampai mas mengucapkan salam gak dengar.”Fatih berjalan, lalu duduk di tepi ranjang. Ia masih rapi dengan koko dan peci. Sebab, baru saja pulang dari jumatan.“Gak dengar, Mas. Aku tuh, masih kepikiran Rey. Habis tamu-tamu pergi, dia juga ngilang gitu aja.” Alina menghentikan aktivitas setelah kopernya penuh.“Palingan menemui Anisa,” balase Fatih.“Mudah-mudahan mereka baik-baik saja. Oya, jam berapa kita pamitannya?”“Sekarang, dong.”Alina menatap, ingin protes.“Kapan-kapan kan bisa ke sini lagi. Rey pasti maklum kalau kita pergi tanpa pamit sama dia. Lagian ....” ucapan Fatih menggantung membuat Alina didera rasa penasaran.“Lag

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Hati yang Dinanti

    Jum’at pagi yang cerah, Rey sibuk membantu mamanya mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut keluarga Fatih. Persiapan proses ijab qobul yang direncanakan pukul sepuluh itu sudah matang. Rey dan mamanya benar-benar menyiapkan acara itu dengan suka cita, mengingat hari itu juga Alina akan meninggalkan kediaman mereka.Alina sendiri sudah siap dengan busana pengantinnya. Kebaya putih, lengkap dengan hijabnya. Seorang tata rias datang bersama seorang anak buahnya datang untuk menyulap Alina menjadi bidadari sehari.Butuh waktu satu jam untuk menjadikan Alina berubah menjadi sosok yang Dian sendiri sampai tak mempercayainya.“Al, cantik banget. Fatih pasti tak berkedip lihat kamu nanti,” ucapnya saat Alina berdiri, lalu mematut dirinya di depan cermin yang menjulang tinggi, memastikan jika ucapan Dian itu benar.“Masa sih, Tan.”“Serius tante. Oya, nanti kalau sudah di sana, jangan lupa sering-sering ke sini ya? Tante bakal kesepian pasti.”Alina melebarkan kedua tangannya mendengar Di

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Berbesar Hati

    “Hai, Fatih. Akhirnya datang juga. Kirain gak jadi datang.”Pria itu, Rama. Suami Anita. Mereka masuk, tanpa sungkan Fatih tetap menggenggam tangan Alina.“Eh, iya. Mau minum apa? Em ... Alina kan?” tiba-tiba Rama menyebut nama Alina yang terlihat gugup.“Oh, iya. Belum kenalan, ya?” balas Fatih.Rama mengulurkan tangan, Alina menyambutnya dengan ragu. Masih sama, tanpa ekspresi apapun.“Oh, iya. Aku ambil minum dulu.”Tama ke belakang. Untuk sesaat, suasana menjadi hening. Fatih tidak berani memaksa Alina untuk mengubah sikapnya.“Aku mau pulang.”Fatih terkejut, Alina sudah bersiap menegakkan tubuh. Fatih mencegah dengan memegang tangan Alina.“Tunggu sebentar lagi.”Rama muncul dengan membawa nampan.“Maaf agak lama. Pembantu sedang bantuan istri mandiin baby. Ayo silahkan.”“Terima kasih, mestinya gak usah repot-repot. Oya-““Bang ....” Anita keluar dengan menggendong bayinya. “Tolong gendong-“Anita tercekat. Ia menghentikan langkahnya. Dengan tatapan tak percaya menatap dua oran

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Galau

    Rey sudah bersiap mengantar mamanya menggantikan Alina ke panti. Dian tidak mengizinkan Alina keluar rumah, karena sudah mendekati hari pernikahan.“Mama jangan lupa rencana kita,” bisik Rey pada wanita paruh baya itu.“Sip,” jawab Dian santai sambil menyendok nasi dari piring.Alina mengeryit mendengar bisikan keduanya.“Rencana apa, Tan?” tanya Alina penasaran.“Kepo,” jawab Rey sengit.“Ish, gue tanya sama Tante Dian, bukan sama elo.” Alina tak kalah sengit.“Sudah-sudah. Ribut aja.” Dian menengahi. “Si Rey minta ditengahi masalahnya.”“Bilang aja minta dicomblangi.”“Ngeledek terooos.”“Langsung aja samperin ke rumahnya. Kata Mas Fatih, abahnya baik kok.”“Baik sama Mas Fatih, belum tentu baik sama gue, Al.”“Sama saja, sih! Anisa kan sedang menimbang. Nah, itu kesempatan lo datang buat mendekati abahnya.”Rey terdiam. Cukup lama di meja makan dalam keheningan.“Mama sih, terserah Rey aja. Semakin cepat, semakin bagus. Betul tuh usulan Alina. Gak ada salahnya datang ke rumahnya. G

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Pertemuan Setelah Perpisahan

    Fatih menghentikan mobilnya di samping gang kecil. Iamenelisik dari dalam, mencari keberadaan seseorang. Di sebuah taman remaja. Ia mendapati arah Rey berhenti danmenuju dalam sana. Sayangnya Fatih kehilangan jejak, sehingga harusmengendap-endap mencari Rey. “Kalau bukan karena disuruh Alina, males sebenarnya ke sini.Sudah kayak maling aja.” Fatih mengamati tempat di mana terakhir Rey di lihat. Lelah berjalan,ia mengambil duduk di bangku tak jauh dari tempatnya berdiri. “Kehilangan jejak, kan? Balik aja, deh!” gumam Fatih. Tapi iaragu. Rasa penasaran akan seseorang yang didekati Rey membuat Fatih urung pergi.Sembari mengitari pandangan ke sekitar, tiba-tiba ia menangkap sosok gadis yangsangat ia kenali. “Anisa!” Fatih berdiri dan langsung berpindah tempat di balik pohon. Maksudnyaingin bersembunyi, tapi lagi-lagi ia harusdikejutkan lagi oleh kedatangan seseorang lain ke arahnya. “Rey! Jadi ... mereka ....” Fatih memperhatikan dari jarak jauh. Anisa duduk bersanding denganseoran

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Rey dan Kekasihnya

    “Assalamualaikum, Bu. Ibu apa kabarny” Alina mengambil alihposisi paling depan sehingga langsung duduk di samping wanita yang sedangberbaring.Tampak kaca-kaca saat menatap Alina dan Fatih secarabergantian.“Kalian datang. Makasih, ya? Ayo, duduk sini.” Alina melepasbobot tubuhnya tepat di samping wanita yang tampak ringkih itu. Merasa iba,Alina memeluknya.“Ibu sehat, kan?” Alina melepaskan pelukannya. Mengusap sesuatuyang hampir jatuh dari sudut mata.“Baik. Kalian apa kabar?”“Alhamdulillah baik juga?” jawab Alina.“Oya, kapan ijab qobulnya? Ibu kepengen datang sebenarnya, tapi-““Ibu pasti bisa datang.” Fatih memotong.“Iya-ya. Kan masih empat hari. Mudah-mudahan ibu sudah diperbolehkankeluar rumah.”“Dari mana Ibu tau empat hari lagi?” Alina bertanya sambil berbisik.Lalu melirik ke arah Fatih. Jangan-jangan Fatih yang membocorkan berita ini. Pikirnya.“Tuh!”Alina menoleh, Fatih pura-pura tidak melihat.“Katanya mau bikin surprise! Huh, dasar!”Fatih tertawa. Ia memang sudah menj

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Memaafkan Kesalahan Lalu

    “Aku sudah lama berdamai dengan keadaan. Berusaha menerima takdir berpisah denganmu, tapi nggak bisa. Al, bisakah kita mulai dari awal lagi?”Fatih menuntun jawab. Tatap matanya tak berpindah sedikitpun pada sosok mantan istrinya.“Al, aku tanya sekali lagi, maukah menikah denganku lagi?”Alina mengangkat wajah, kemudian menunduk lagi.“Al.”“Iya, Mas, iya.“Iya apa?”“Ck, iya. Aku mau menikah denganmu.”“Alhamdulillah ... akhirnya ....”“E-eh, mau ngapain?” Alina mencubit lengan Fatih saat berusaha memapas jarak.“Nggak ada.” Ketahuan hendak mencuri ciuman dari Alina, Fatih hanya bisa menggaruk-garuk kepala yang tak gatal. Lalu, ia menarik paksa jemari Alina dan menciuminya.Alina tersentak, tetapi memberikan Fatih melakukan keinginannya.“Di depan ada galeri perhiasan. Kita ke sana sekarang.”“Loh-loh! Katanya mau makan.”“Cari cincin dulu, baru cari makan.”“Jadi ... serius minggu depan.”“Jelas jadi, dong. Atau kita percepat lagi jadi besok juga gak pa-pa.”“Ih, gaklah! Minggu de

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Rencana Pernikahan

    Alina mematut dirinya di depan cermin. Fatih sedang dalamperjalanan. Mereka sepakat untuk makan malam berdua.Tunik berwarna soft pink sebatas lutut dan jeans warna hitammenjadi pilihannya. Di tambah pasmina warna senada dengan tuniknya membuat ronadi wajahnya kentara oleh rona bahagia..“Wah, cantiknya,” puji Dian saat membuka pintu kamar Alina.“Eh, Tante.”“Fatih sudah datang, tuh.”“Oh, ya?” Alina bergerak ke jendela. Memastikan Fatih memangsudah datang. Sebab, ia tak mendengar suara mobil.Ternyata benar ucapan Dian. Bahkan Fatih tampak berdirimenunggu di teras rumah.“Mau ke mana, sih?” tanya Dian penasaran.“Cuma makan malam, Tan.”“Masa rapi amat. Fatih juga kelihatan berbeda.”“Masa, sih!”“Ah, mungkin kalian gak sadar. Ya sudah, buruan berangkat.Pulangnya jangan larut malam, karena Tante mau tanya-tanya soal Rey. Gak sabarmau nunggu besok.”“Hah, tante merasa juga kalau Rey-““Jelas merasa, tapi gak berani tanya. Takut tersinggung.”“Iya, Tan. Nanti Al langsung ke kamar Tant

DMCA.com Protection Status