Share

Bab 9 Dandan

Penulis: Yuni Masrifah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-20 09:03:28

"Nggak boleh, ya? Ya sudah!" Aku keluar dari kamar Davina.

"Mbak, em … maksud aku bukan begitu. Jadi ini bedak nggak bisa sembarangan yang pake. Kalau nggak cocok bisa-bisa kulit Mbak jerawatan," jelas Davina.

"Iya, tidak apa-apa. Mbak mau lihat anak Mbak dulu," sahutku.

Aku masuk ke dalam kamarku. Melihat Kania yang terlihat menggeliat dan terbangun dari tidurnya.

Aku menggendongnya kemudian menyusuinya. Syukurlah Kania sudah tidak panas lagi. Aku sudah tidak merasa khawatir lagi.

Setelah Kania meminum asi, Kania kembali tertidur. Aku pun beranjak dan pergi ke halaman untuk menyiram tanaman bunga-bungaku.

Saat tengah fokus menyirami tanaman. Aku kembali teringat akan ucapan Davina tadi. Aku ragu tapi aku juga takut jika itu terjadi.

Tak dipungkiri, memang terasa janggal saat Dela menyusul ke rumah dan memaksa mas Rendi untuk bekerja dengannya. Padahal sudah berulang kali mas Rendi menolak tawarannya. Tapi Dela masih bersikeras membujuk suamiku untuk bekerja dengannya.

Aku menghempask
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ketut Mardiyani
emang ada orang spt risa ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 10 Menor

    "Kenapa? Ada yang aneh kah dengan penampilanku?" tanyaku."Mbak, apa Mbak nggak ngaca? Mbak ini mau ke kondangan apa mau ngeronggeng?" Lagi dan lagi Davina tertawa lepas dan kali ini dia berani menghinaku.Mas Rendi masih bergeming dan masih menatapku."Mas!" sapaku lirih.Tak ada upaya sama sekali mas Rendi untuk menegur Davina yang secara blak-blakan telah menghinaku."Kenapa kamu dandan seperti ini? Apakah ini yang mau kamu tunjukkin sama aku, sampai-sampai aku meninggalkan pekerjaanku?" Pertanyaan mas Rendi terasa menyakitkan yang aku dengar."Aku … aku dandan seperti ini karena aku mau bikin kejutan sama kamu. Aku juga ingin terlihat cantik di mata kamu, Mas. Nggak ada maksud apa-apa," jawabku.Mas Rendi masuk ke dalam kamar. Kemudian kembali lagi dan menghampiriku sambil membawa sesuatu di tangannya."Kamu lihat ini, ngaca kamu!" titahnya memperlihatkan cermin.Aku menatap cermin yang dibawa mas Rendi barusan.Aku terhenyak melihat wajahku yang ternyata memang benar, aku terliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 11 Sup Sapi

    Sup? Aku teringat akan sup pemberian bu Lela tadi siang. Aku membaringkan Kania ke tempat tidur. Lalu pergi ke dapur untuk memastikan sup milikku masih ada atau tidak.Aku membuka pintu lemari, dan … ternyata penciumanku tidak salah. Davina sudah memakan sup milikku sampai habis tak bersisa seperti ini.Aku menaruh mangkuk sup itu dengan kasar. Rasa lapar dan kesal bercampur menjadi satu.Aku berjalan menghampiri Davina yang sudah berada di ruang tamu bersama mas Rendi."Davina, apa kamu yang menghabiskan semua sup milik Mbak?" tanyaku.Davina menatapku kemudian melempar pandangan ke arah mas Rendi."Nggak kok, Mbak!" sangkalnya."Oh, nggak makan, ya? Tapi sendawa kamu bau sup, dan kebetulan semangkuk sup milikku habis nggak bersisa. Apa kamu mau mengelak lagi?" timpalku.Davina terdiam, sambil terus melirik ke arah mas Rendi."Sudahlah, Ris. Perkara sup saja kamu ributin seperti ini. Davina itu lapar, apa kamu tega melihat saudara Mas kelaparan?" Mas Rendi menimpali.Kelaparan? Apaka

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 12 Dikira Pengemis

    Terik panas matahari menyengat tubuh ini. Kepalaku merasa pusing, entah apa yang terjadi padaku."Perasaan semalam aku ada di rumah. Kenapa aku bisa ada di tengah kuburan seperti ini?" Aku menoleh kesana kemari.Entah jam berapa sekarang ini, yang jelas sinar matahari ini terasa membakar kulit.Aku bangun dan menetralkan penglihatanku. Aku mengumpulkan tenaga, untuk beranjak dari tempat ini.Setelah dirasa tenagaku berkumpul, aku bangun dan berjalan meninggalkan area kuburan ini.Sambil berjalan pulang, aku berusaha mengingat-ingat apa yang telah terjadi padaku."Kenapa, ya?" Aku seperti orang linglung dan terus berjalan.Tenggorokanku mulai merasakan haus. Aku berhenti sejenak, mengurangi rasa lelah dan hausku. Ingin membeli minuman air putih pun, aku tak mempunyai uang sama sekali.Aku duduk di pinggir jalan, setelah keluar dari area kuburan.Pluk!Sesuatu seperti benda berupa kertas digulung mendarat di hadapanku.Aku memungut kertas itu, dan ternyata itu adalah uang. Aku mengangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 13 Mencari Tahu

    "Aku khawatir sama anakku, Del. Bagaimana kalau dia kelaparan?" ujarku merasa sangat khawatir terhadap anakku.Aku lebih mengkhawatirkan keadaan anakku ketimbang diriku sendiri. Kania masih bayi, dia tidak boleh ditinggalkan terlalu lama seperti ini."Kamu jangan khawatir, aku sudah mengirimkan susu formula untuknya. Aku sengaja menyuruh tetangga kamu mengantarkan susu itu. Semoga saja suami kamu memberikan susu itu pada anakmu. Karena kalau aku sendiri yang bawa anakmu dari sana, masalah baru pasti akan muncul. Maaf, Ris, hanya itu yang bisa aku bantu. Tapi nanti malam, kamu bisa menemuinya sekaligus cari tahu tentang perbuatan mereka di belakang kamu. Aku yakin tebakanku nggak salah, karena aku pernah melihat dengan mata kepalaku sendiri, mereka pernah jalan berdua sangat mesra. Bukan seperti saudara yang seperti kamu sebutkan tadi," sahut Dela meyakinkan diriku.Aku mengangguk setuju, nanti malam aku harus membuktikannya. Semoga apa yang diucapkan Dela salah. Karena kalau sampai uc

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 14 Pura-pura Pingsan

    Bagai disambar petir, tubuh ini berdiri mematung seakan tak bisa bergerak sedikitpun.Rasa kecewa merajai seluruh tubuh ini. Pemandangan yang aku lihat sangat mengiris hati aku.Benar, ternyata benar apa kata Dela. Di depanku mereka hanya sebatas sepupu. Tapi di belakangku, mereka seperti sepasang suami istri.Jahat, mas Rendi begitu jahat padaku. Mereka berdua bermesraan di dalam rumahku, rumah peninggalan orang tuaku. Bahkan dengan beraninya mereka bermesraan di dalam kamarku dekat anakku yang sedang tertidur pulas.Rasa marah membakar diri ini. Tapi berbuat gegabah pun rasanya akan menjadi masalah baru.Mas Rendi menyadari kedatanganku sontak menoleh dengan tatapan terkejut. Sementara Davina, oh … dia langsung terpejam entah dia hanya pura-pura?"Ris!" Mas Rendi terlihat panik.Melihat pemandangan ini, seketika sebuah ide terlintas dalam otakku."Davina kenapa, Mas? Apakah dia pingsan, sampai-sampai kamu memberikan nafas buatan?" tanyaku yang terlihat bodoh."Em … iya, Ris. Davina

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 15 Dini Hari

    "Aw!" Davina terbangun saat aku menampar pipinya dengan sangat kasar."Ups … maaf, Mbak nggak sengaja. Tapi syukurlah kamu sudah sadar." Aku tersenyum menatap Davina.Ekor mataku menatap pergerakan mas Rendi, yang seperti hendak mendekat ke arah kami. Namun urung dan kembali diam di tempat semula."Sakit, Mbak. Pipiku sampai panas begini," cetus Davina memegangi sebelah pipinya."Mbak minta maaf, soalnya ada nyamuk gede hinggap di pipi kamu. Mbak pikir kamu nggak akan kebangun. Soalnya kamu pingsan sangat lama kayak orang mati dan nggak bakalan hidup lagi," selorohku."Mbak jaga ya ucapan Mbak. Lagian aku begini gara-gara nyariin Mbak. Sampai aku abai dengan kesehatanku sendiri," sergah Davina.Dalam hati aku berkata, ‘pret!’"Iya, sekali lagi Mbak minta maaf sudah membuat kamu susah. Nggak sengaja juga Mbak menamparnya. Iya kan, Mas?" ujarku.Mas Rendi tak menjawab dan hanya mengangguk. Setelah melewati perdebatan kecil dengan Davina. Aku memutuskan untuk segera beristirahat dan meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 16 Jeroan Ayam

    (POV Davina)Aku sangat kesal dengan mas Rendi. Bisa-bisanya dia memarahiku, hanya karena aku mencubit Kania. Aku capek, seharian menenangkan anak si Risa itu, tapi anak itu terus menerus menangis. Tapi untung saja tetangga si Risa dengar, dan berinisiatif membelikan susu formula.Muak rasanya aku dengan semua ini. Aku lelah harus berpura-pura menjadi sepupu mas Rendi. Berpura-pura baik, pura-pura manis di depan si Risa. Tapi apa boleh buat, hanya dengan ini cara aku supaya bisa terus dekat dengan mas Rendi.Andai mas Rendi mau, bisa saja kami diam-diam menikah di belakang Risa. Tapi suatu misi yang membuatku dengannya harus melakukan ini.Semula aku tak setuju, tapi mendengar penjelasannya, seketika aku setuju dan mendukung rencana mas Rendi untuk Risa. Aku ingin melihat Risa sengsara. Bodohnya lagi, Risa percaya jika aku adalah sepupunya mas Rendi. Entahlah, apakah dia polos atau benar-benar bodoh.“Maafkan aku, aku sangat mencintaimu, Vin. Aku janji, aku tidak akan memarahi kamu la

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 17 Adu Domba

    (POV Risa)“Mbak, Mbak Risa!” teriak Davina dari dalam kamar.Aku yang masih sibuk berkutat dengan sate, tak menghiraukan teriakannya. Aku tahu, pasti dia akan bertanya kemana tempat tidurnya.“Mbak Risa,” teriak Davina lagi. Kali ini dia datang menghampiriku.“Ada apa sih teriak-teriak?” tanyaku tanpa menolehnya.“Mbak tahu nggak, kemana tempat tidur aku? Kok kamarnya kosong?” Davina balik bertanya.“Tempat tidur? Oh … tadi ada tetangga lagi hamil besar lagi nyari-nyari tempat tidur bekas. Katanya dia mau beli. Ya sudah, Mbak jual saja. Kasihan dia kalau mesti tidur di atas tikar. Mana lagi hamil besar. Lagi pula Mbak sedang tidak punya uang,” jawabku enteng.“Tapi itu tempat tidurku, Mbak!” tukasnya.Aku yang tengah sibuk memanggang sate, menoleh ke arah Davina.“Maaf, itu barang-barang Mbak. Nggak ada salahnya juga jika Mbak jual semua barang-barang Mbak. Bahkan rumah ini pun Mbak yang punya,” ujarku menatap Davina serius.Wajah Davina tampak memerah seperti menahan amarah.“Terus

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25

Bab terbaru

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 100 Hamil

    (POV Rendi)Keesokan paginya, sejak subuh tadi aku sudah bangun dan melaksanakan shalat subuh.Sudah terlalu lama aku meninggalkan kewajiban ku karena terlalu sibuk mengejar dunia. Namun setelah diberikan ujian bertubi-tubi, aku sadar, bahwa aku telah melupakan-Nya. Sungguh aku manusia tak tahu diri. Sudah diberi kenikmatan namun aku merasa selalu kurang, kurang dan kurang.Selesai melaksanakan shalat subuh, hatiku merasa tenang dan tentram. Aku melipat sajadah dan sarung lalu menaruhnya di atas meja.Kemudian aku mencuci baju-bajuku lalu memasak untukku sarapan pagi ini.Jam 07.00, semua pekerjaan rumah sudah selesai. Kini aku bersiap untuk pergi ke kios beras milik Bams.“Bismillahirrahmanirrahim.” Aku mengucap doa saat kaki kananku melangkah keluar. Semoga pekerjaan yang aku lakonin sekarang menjadi rezeki yang berkah.Dengan berbekal uang sepuluh ribu sisa membeli nasi aking kemarin, aku berjalan menuju jalan raya untuk menyetop angkutan umum.Aku berdiri dengan penuh percaya diri

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 99 Vonis

    (POV Rendi)“Dengan begitu, saudari Davina akan dijatuhkan hukuman selama 5 tahun!”Tok! Tok! Tok!Hakim mengetuk palu sebanyak tiga kali, itu artinya Davina sudah divonis hukuman penjara.Keputusan hakim membuatku hancur, bagaimana tidak, sudah dua bulan aku mencari Davina, tapi saat aku mendapat kabar, ternyata dia terkena kasus percobaan melenyapkan nyawa seseorang.Davina menunduk, perutnya mulai membesar. Terpaksa Davina harus melahirkan di dalam penjara. Aku tak kuasa mendengar kenyataan ini.Aku menoleh ke arah belakang, terlihat Risa dan Jona sedang duduk dengan keluarga Darian, karena sidang ini terbuka untuk umum. Aku baru tahu, jika Davina masih memiliki kakak. Dela yang memberitahu saat tak sengaja bertemu. Parahnya lagi, Davina sempat mengakui jika kami telah berpisah. Sungguh itu merupakan kebohongan yang besar.Setiap hari aku bela-belain keliling menjual makanan asongan demi mencukupi kebutuhan Davina, tapi Davina sungguh telah membuatku kecewa, sama sekali dia tak men

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 98 Kronologis

    (POV Darian)Melihat pemandangan yang tampak di depan mataku, aku segera berjalan cepat ke dalam kamarku untuk mengambil ponselku yang ketinggalan.“Kamu diam disini, jangan kemana-mana!” ujarku kepada Davina.Aku masuk ke dalam kamarku dan mengambil cepat ponselku.Aku pun berinisiatif mengirimkan pesan kepada satpam untuk menutup pintu gerbang dan menguncinya. Namun sebelum itu, aku menyuruhnya untuk memberitahu mama yang masih berada di dalam mobil di luar gerbang, supaya lebih dulu masuk.Aku kembali ke ruang tamu, dimana Davina masih berada disana.“Lepaskan, biarkan saya pergi!” teriak Davina dari arah luar. Ternyata benar, dia berusaha kabur namun beruntung pak satpam segera menghalanginya.Aku juga segera menghubungi polisi, supaya cepat datang kesini.“Papa!” teriak mama yang baru saja masuk ke dalam rumah. Mama teriak histeris saat mendapati Papa tak sadarkan diri dengan perut bersimbah darah.Kemudian satpam penjaga rumah datang dengan menyeret Davina. Dia dibantu oleh sop

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 97 Terkejut

    (POV Darian)Hari ini aku merasa bahagia karena telah dipertemukan dengan adikku. Rasanya seperti mimpi, aku masih memiliki keluarga kandung. Namun respon mama dan papa seperti kurang antusias menyambut adikku, terutama mama, mama memberitahu jika Davina sempat menyiramnya dengan minuman. Yang lebih parahnya, Davina juga sempat bersitegang dengan Dela, sampai dahi Dela terluka.Aku tak tahu ada masalah apa Dela dan Davina. Sehingga mereka ribut seperti itu. Tapi walaupun begitu, aku akan memaafkan Davina.“Darian, obati dahi Dela, kasihan dia. Sebentar lagi acara akan segera dimulai, kamu tidak usah menunggu Davina, karena acara ini untuk kalian berdua bukan untuk Davina,” imbuh mama.“Benar kata Mama kamu, Darian. Nanti Davina bisa menyusul setelah mandi dan berganti pakaian,” timpal papa.Aku pun mengangguk, walaupun aku ingin sekali menunggu Davina.Acara pun dimulai setelah dahi Dela diobati. Sekarang kami saling menyematkan cincin di jari manis kami. Acara ini cukup meriah, karen

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 96 Dipermalukan

    (POV Davina)“Aaaaaaa!” Aku menjerit kesakitan saat rambutku dijambak oleh Dela.“Terus, terus jambak saja rambutku. Tidak akan lama lagi kamu akan tahu siapa aku, Dela,” batinku tersenyum.Semua tamu undangan menjadi gaduh dan mengelilingi kami yang sedang berseteru ini.“Tolong … dia menyakitiku,” jeritku.Satpam rumah ini pun berusaha melerai pertikaian kami. Namun aku akan terus memancing kemarahan Dela, sampai kakakku benar-benar keluar.“Cukup! Apa-apaan ini?” teriak seseorang menggema. Keadaan menjadi hening. Apakah itu kakakku?Kemudian datang seseorang berpakaian hitam-hitam seperti seorang sopir. Mungkin dia sopir keluarga kakakku.“Kamu siapa? Apakah kamu tamu undangan disini? Kenapa kamu bikin ulah disini?” tanyanya.“Bikin ulah? Dia yang bikin ulah,” tunjukku ke arah Dela.“Lagipula, tidak penting juga saya memberitahu kamu dan kalian siapa aku sekarang. Nanti juga kalian akan tahu dan akan terkejut jika tahu aku ini siapa,” lanjutku.“Ya, aku sudah tahu kamu siapa. Janga

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 95 Memancing Kemarahan

    (POV Davina)Sumpah demi apapun, aku sangat geram terhadap bi Imah. Semenjak dia kenal dan tinggal dengan Risa, dia menjadi sombong.Bi Imah sama sekali tidak kasihan dengan keadaanku sekarang ini. Aku sedang hamil, tapi hidupku menjadi sengsara begini.Aku kira menikah dengan mas Rendi, hidupku akan lebih baik, aku akan menjadi orang kaya. Tapi ternyata semuanya salah. Iya kaya, tapi hanya sebentar.Bi Imah mendiamkanku setelah ia memberitahu alamat rumah kakakku. Aku tak menyangka, aku bakalan bertemu dengan kakak kandungku. Dulu aku hanya mendengar cerita saja dari bi Imah bahwa aku memiliki seorang kakak. Tapi keadaan yang memaksa kami untuk berpisah.“Imah, ayo kita pergi sekarang!” Seorang pria menghampiri bu Imah. Aku tidak tahu dia siapa.Pria itu kemudian membukakan pintu mobil untuk bi Imah. Melihat pemandangan itu, mataku terbelalak. Kenapa bisa bi Imah menaiki mobil mewah seperti itu? Apakah mereka sudah menikah? Tubuhku menjadi panas, bukan karena panas demam atau cuaca t

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 94 Mengemis Bantuan

    (POV Bu Imah)Seminggu kemudian, setelah Risa resmi menikah dengan Jona. Kini aku tinggal seorang diri di rumah Risa. Awalnya aku berniat pergi dari rumah ini. Namun Risa mencegah, dia tak tega jika aku pergi dari sini. Aku merasa tidak enak kepadanya, karena ini bukan rumahku, aku hanya menumpang disini. Tapi sungguh hati Risa sangat baik, entah terbuat dari apa hatinya, dia tidak mempermasalahkan aku tinggal di rumah ini sampai kapanpun. Baginya aku sudah seperti ibunya.Risa pun sempat menawariku untuk tinggal di rumah barunya bersama Jona. Namun aku menolak dan memilih tinggal seorang diri. Bukan aku tak menghargai niat baiknya, namun aku tidak mau jika sampai mengganggu mereka dengan keberadaanku di tengah-tengah mereka.Ting ….“Bibi, aku barusan sudah memesan makanan buat Bibi. Sebentar lagi ada kurir yang mengantarkannya. Bibi tidak usah repot-repot memasak hari ini. Oh iya, kalau perlu apa-apa, hubungi aku ya, Bi. Bibi juga bebas mau main ke rumahku. Mama sama Papa juga tidak

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 93 Dipertemukan

    (POV Risa)“Risa!” teriak Jona, bu Imah dan pak Willy kompak.Tubuhku terhempas ke sisi jalan raya saat aku berusaha menyelamatkan bu Diva dari pengendara motor yang ugal-ugalan. Tubuhku rasanya sakit, namun beruntung aku tidak sampai pingsan.“Ya Tuhan, dahi dan kaki kamu berdarah.” Jona panik melihat keadaanku.Sementara pak Willy membantu bu Diva berdiri.“Tolong bawa Risa ke rumah sakit, Nak Jona. Kasihan dia pasti kesakitan,” imbuh bu Imah terlihat khawatir.Tanpa berlama-lama, Jona mengangkat tubuhku dan memasukkan ku ke dalam mobilnya.Beberapa kali aku mengaduh kesakitan. Dahiku terasa perih, terlebih kakiku selain berdarah mungkin juga terkilir.Dengan cepat Jona membawaku ke rumah sakit dekat-dekat sini.“Kamu yang kuat ya, sayang. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Jona.Aku hanya mengangguk sambil meringis menahan sakit.Lima belas menit kemudian, kami sudah berada di rumah sakit. Aku segera ditangani oleh dokter. Dahi dan kakiku diperban supaya darah tidak terus menerus men

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 92 Tidak Biasa

    (POV Risa)Aku menunduk kala bu Diva sedari tadi memperhatikanku tanpa ekspresi dan tanpa banyak bicara. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, namun itu membuatku merasa was-was.“Risa, rencananya kami mau mengajak kamu makan bersama. Apakah kamu sedang tidak sibuk?” tanya pak Willy.“Em … rencananya hari ini kami mau keliling lagi jualan, Pak,” jawabku.“Begini saja, semua jualan kamu biar saya borong semuanya untuk makan siang semua karyawan di kantor. Saya akan panggil rendra untuk datang kesini menjemput semua makanan itu. Sekarang kamu dan Ibu kamu segera bersiap-siap. Saya ingin mengenal lebih dekat dengan calon menantu saya,” imbuh pak Willy.Aku pun menyetujui permintaannya. Aku meminta izin untuk bersiap berganti pakaian, begitupun dengan bu Imah.Di dalam kamar, aku segera berganti pakaian dengan pakaian terbaik menuurutku yang aku punya. Semoga aku tidak malu-maluin dengan penampilan ini.Selesai berganti pakaian, aku keluar dari kamar dan bergabung kembali dengan keluarg

DMCA.com Protection Status