Share

Bab 41 Foto

Penulis: Yuni Masrifah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-11 09:47:01

(POV Jona)

“Om kesini, Om kesini ….”

Aku berdiri di luasnya bukit yang berwarna hijau, dengan berbagai macam bunga yang terhampar luas, berwarna-warni yang mengeluarkan aroma harum. Aku tak tahu aku berada dimana. Aku pun tak tahu ini tempat apa. Yang jelas ini sangat indah, benar-benar indah. Sangat sulit aku jelaskan, karena ini memang benar-benar indah.

“Om kesini!” Terdengar kembali suara anak kecil yang memanggil-manggil Om.

Aku menengok kesana kemari, mencari sumber suara anak kecil itu.

“Aku disini, Om!” panggilnya lagi.

Anak kecil itu ternyata berada di bawah pohon bunga yang lumayan besar. Dia sedang bersembunyi, seolah sedang mengajakku bermain petak umpet.

Aku tersenyum ke arahnya. Benar-benar anak yang manis dan cantik.

“Om kesini!” Anak kecil itu melambaikan tangannya.

Aku menunjuk diriku sendiri, memastikan apakah anak kecil itu sedang memanggil diriku.

Anak kecil itu mengangguk, dia kembali melambaikan tangannya ke arahku.

Aku pun mendekati anak kecil itu. Saat mendekat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 42 Siapa Nur?

    (POV Jona)Aku menjatuhkan tubuhku tepat di dekat kaki Risa. Dengan cepat aku memegangi kakinya, mencium kedua kakinya. Aku kira Risa sudah memaafkanku, tapi ternyata dia masih belum bisa memaafkan kesalahanku. Dia masih terus menyalahkanku.“Maafkan aku, Risa. Aku tahu aku sangat salah. Tapi adakah sedikit saja kata maaf dari kamu untuk aku? Aku mohon, aku ingin hidupku tenang. Jika kamu mau, kamu boleh menghukumku. Kamu bebas melakukan itu, asalkan kamu mau memaafkan aku, Risa!”Risa bergeming, bahkan menjauhkan kedua kakinya dariku. Aku tidak tinggal diam, aku kembali bersimpuh di hadapan Risa, dan mencium kakinya lagi.“Berdiri!” ucap Risa.“Tidak, aku tidak akan berdiri sebelum kamu mau memaafkan aku.”“Aku bilang berdiri,” lirihnya, namun penuh penekanan.Aku pun berdiri menuruti permintaannya.Aku menatap Risa dengan air mata yang sudah membasahi pipi ini.“Aku sudah memaafkan kamu!” lirihnya.“Apa? Kamu serius, Risa? Apa kamu hanya bercanda?” tanyaku tak percaya.“Aku sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-11
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 43 Memulai Usaha

    (POV Risa)Keesokan paginya, aku sudah beberes rumahku sejak subuh tadi. Pagi ini aku dan Jona akan berbelanja kebutuhan usaha kami.Aku duduk menunggu kedatangan Jona di ruang tamu.“Tidak, jangan lakukan itu. Aku mohon!”“Diam, kamu! Jangan munafik, aku tahu kamu juga mau, kan?”“Tidak, aaaaa!”“Tidak!” Aku berteriak histeris, tiba-tiba saja bayangan menakutkan dulu tentang Jona kembali melintas dalam kepalaku.Masih teringat jelas, wajah Jona yang menatapku bagaikan menatap makanan yang siap santap. Nafasku terengah-engah, aku mencoba berusaha membuang ingatan itu jauh-jauh.“Ya Tuhan … aku tidak ingin mengingat itu lagi,” batinku sambil meremas rambutku.Kesalahan Jona memang sangat fatal dan susah dimaafkan. Tapi saat melihatnya seperti itu, aku melihat ada kesungguhan yang benar-benar dari hatinya untuk meminta maaf kepadaku. Dia tampak menyesali perbuatannya itu.Aku mencoba berdamai dengan kenyataan. Bahwa hidup itu harus terus berjalan. Aku tidak mungkin hidup terjebak di mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 44 Meninggalkan Berlian Demi Pecahan Beling

    (POV Rendi)“Lepasin, nggak? Kesiniin ponselku!” bentak Davina.Davina berusaha merebut ponselnya dariku. Aku menjauhkan ponsel darinya, dan melihat kejanggalan dalam chat Davina dengan seseorang.Semula aku hanya mengantarkan makan malam untuk Davina sepulang dari kantor. Saat aku hendak menelpon Hendri untuk tidak mengunci dulu rumahnya, sebelum aku pulang dari rumah Davina. Sayangnya ponselku lowbat. Aku bingung kalau sudah begini, aku merasa tidak enak jika harus menggedor pintu gerbang, saat Hendri sudah terlelap tidur. Itu bisa mengganggu waktu istirahatnya.“Sayang, aku ke belakang dulu, ya! Habis makan kok perut aku jadi mulas begini,” imbuh Davina.“Iya, silahkan!” sahutku.Davina setengah berlari menuju toilet, sedangkan aku duduk sendiri di ruang tamu.Aku melihat ponsel Davina tergeletak di atas meja. Apa aku pinjam dulu ya, ponselnya, untuk menghubungi Hendri? Pikirku.Aku mengambil ponselnya dan membuka aplikasi hijau bergambar telepon. Aku hendak mencari kontak Hendri,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-13
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 45 Menyadap

    (POV Rendi)Jam 06.15, aku sudah bersiap untuk pergi ke rumahku yang ditempati oleh Davina. Hari ini aku akan melaksanakan ide yang diusulkan oleh Hendri semalam.Dengan berbekal nasi uduk yang dibelikan Hendri tadi, dan sesuatu yang aku selipkan di dalam saku baju untuk berjaga-jaga untuk rencanaku ini. Aku sudah siap berangkat, tinggal memasang sepatu saja.“Hen, aku berangkat, ya!” pamitku.“Oke, semoga berhasil, Bro!” sahutnya.Aku segera berangkat dengan hati was-was. Semoga saja dugaanku salah, aku tidak mau kalau sampai Davina bermain dengan laki-laki lain di belakangku. Sungguh aku tidak rela.Aku mempercepat laju kendaraanku, ingin segera bertemu dengannya.Sampai di depan rumah, tampak pintu masih tertutup rapat. Tampaknya Davina belum bangun tidur.Aku segera menghampiri pintu, dan mengetuknya, sambil menenteng dua bungkus nasi uduk.Tok! Tok! Tok!Tak membutuhkan waktu lama, Davina membukakan pintu itu. Aku kira Davina masih tidur tapi nyatanya aku salah.Ceklek!Kreeek!“

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-14
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 46 Senjata Makan Tuan

    (POV Rendi)“Kamu kenapa, Mas?” tanya Davina.Aku menguap beberapa kali, rasanya aku mengantuk sekali. Tapi keadaan Davina malah terlihat segar. Sementara aku … apakah aku salah memakan nasi uduk itu? Kalau iya, mati aku!“Nggak apa-apa, aku berangkat kerja dulu. Kamu baik-baik di rumah,” jawabku. Niat awalku gagal sudah.Aku memaksakan diri untuk berjalan keluar dari rumahku ini. Aku harus berangkat ke kantor sekarang juga. Aku tidak mau telat. Kalau sampai telat, bisa-bisa pak Willy marah dan kecewa kepadaku.Aku segera masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengaman. Entah kenapa mataku rasanya lengket sekali. Membayangkan kalau aku tidur lagi, pasti rasanya nyaman. Namun aku tetap memaksakan diri untuk berangkat bekerja.Aku segera menghidupkan mesin mobilku dan keluar dari pelataran rumahku. Berkali-kali aku kembali menguap, mataku pun rasanya sudah tidak kuat.“Ya Tuhan … lancarkan perjalananku. Aku tidak mau terlambat. Aku mohon, hilangkan rasa ngantuk ini, Tuhan!” Aku berdoa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-15
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 47 Berebut Taksi

    (POV Rendi)Esok pagi, setelah semalaman aku menenangkan pikiranku, dari semua masalah yang terjadi. Hari ini aku kembali masuk kerja. Tak ingin mengecewakan pak Willy lagi, aku memberanikan diri untuk masuk kerja lagi. Walaupun aku tahu, pasti jika bertemu, dia akan menegurku atas apa yang terjadi kemarin, sehingga membuat meeting kemarin kacau, karena semua berkas yang dibutuhkan ada padaku.Tapi aku akan berusaha tenang, aku akan menjelaskan semua kronologis yang membuat aku tidak bisa hadir dan absen bekerja.“Hey, Ren!” sapa seseorang yang sangat aku kenal.Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum kecil.“Kemarin kemana aja, kok nggak masuk kerja?” tanyanya.“Panjang ceritanya, nanti aku ceritain. Sekarang aku mau mulai kerja dulu,” jawabku buru-buru.Aku masuk ke dalam ruangan kerjaku dan mulai bekerja di depan komputer.Kring! Kring! Kring!Telepon kantor berbunyi, aku segera mengangkatnya.“Halo, selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?”“Rendi, sekarang juga kamu ke ruangan saya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 48 Mengacak-acak

    (POV Davina)Pagi ini, aku bangun dan jogging di sekitar area rumah mas Rendi yang aku tempati, sambil menikmati musik dari earphone yang tersambung dengan ponselku.Sekitar tiga puluh menit, aku menyudahi olahraga jogging ini. Lanjut aku pulang ke rumah lalu membersihkan diri.Pagi ini mas Rendi tidak datang, tapi tak masalah. Tapi aku masih merasa aneh dengan mas Rendi kemarin pagi. Kenapa saat aku tukar nasi uduknya dengan milikku yang tidak ada sambal, dia menjadi seperti orang yang mengantuk setelah memakannya. Jelas-jelas ini ada yang janggal. Apakah mas Rendi berniat memberiku obat tidur? Tapi apa tujuannya?Setelah sarapan kemarin, kami tak ada lagi komunikasi, bahkan menanyakan kabar pun mas Rendi tidak ada. Tapi kembali lagi, itu tak masalah bagiku. Rasa cintaku padanya tak sebesar dulu, dan kini berubah hanya untuk memanfaatkan. Rencana pernikahan kami, biarlah gimana nanti. Pasti ada jalan untuk menyelesaikannya.Kenapa begitu? Ya, karena aku telah menemukan orang yang tep

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Nafkah Nasi Aking    Bab 49 Lebih Baik

    (POV Risa)Aku tertegun mendengar ucapan Jona. Dia melamarku di hadapan Davina? Aku juga baru tahu, kalau mereka saling kenal. Mungkin benar kata orang-orang, dunia ini memang sempit. Sehingga orang-orang yang ada di sekitarku saling memiliki keterkaitan satu sama lain.“Jona, apa yang kamu katakan? Kamu bercanda, kan, mengatakan itu di depan Davina?” ujarku tak percaya.“Aku tidak akan pernah bermain-main dengan ucapanku,” sahutnya.Aku terdiam untuk beberapa saat, aku ragu dengan ucapan Jona. Perasaanku juga rasanya belum bisa menerima Jona sepenuhnya. Hanya sebatas teman, aku masih bisa menerima.“Risa, aku akan menunggu masa Iddah kamu selesai. Kapanpun kamu siap, aku akan melamar kamu.”Jona menghela nafas dalam, kemudian berbicara lagi, “jujur saja, aku menaruh hati sama kamu. Ini bukan semata karena perasaan bersalahku, tapi ini masalah hati. Mungkin kamu ragu terhadapku, tapi aku tidak ragu dengan perasaanku ini.”Aku bingung hendak menjawab apa. Apa aku harus menerimanya sece

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18

Bab terbaru

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 100 Hamil

    (POV Rendi)Keesokan paginya, sejak subuh tadi aku sudah bangun dan melaksanakan shalat subuh.Sudah terlalu lama aku meninggalkan kewajiban ku karena terlalu sibuk mengejar dunia. Namun setelah diberikan ujian bertubi-tubi, aku sadar, bahwa aku telah melupakan-Nya. Sungguh aku manusia tak tahu diri. Sudah diberi kenikmatan namun aku merasa selalu kurang, kurang dan kurang.Selesai melaksanakan shalat subuh, hatiku merasa tenang dan tentram. Aku melipat sajadah dan sarung lalu menaruhnya di atas meja.Kemudian aku mencuci baju-bajuku lalu memasak untukku sarapan pagi ini.Jam 07.00, semua pekerjaan rumah sudah selesai. Kini aku bersiap untuk pergi ke kios beras milik Bams.“Bismillahirrahmanirrahim.” Aku mengucap doa saat kaki kananku melangkah keluar. Semoga pekerjaan yang aku lakonin sekarang menjadi rezeki yang berkah.Dengan berbekal uang sepuluh ribu sisa membeli nasi aking kemarin, aku berjalan menuju jalan raya untuk menyetop angkutan umum.Aku berdiri dengan penuh percaya diri

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 99 Vonis

    (POV Rendi)“Dengan begitu, saudari Davina akan dijatuhkan hukuman selama 5 tahun!”Tok! Tok! Tok!Hakim mengetuk palu sebanyak tiga kali, itu artinya Davina sudah divonis hukuman penjara.Keputusan hakim membuatku hancur, bagaimana tidak, sudah dua bulan aku mencari Davina, tapi saat aku mendapat kabar, ternyata dia terkena kasus percobaan melenyapkan nyawa seseorang.Davina menunduk, perutnya mulai membesar. Terpaksa Davina harus melahirkan di dalam penjara. Aku tak kuasa mendengar kenyataan ini.Aku menoleh ke arah belakang, terlihat Risa dan Jona sedang duduk dengan keluarga Darian, karena sidang ini terbuka untuk umum. Aku baru tahu, jika Davina masih memiliki kakak. Dela yang memberitahu saat tak sengaja bertemu. Parahnya lagi, Davina sempat mengakui jika kami telah berpisah. Sungguh itu merupakan kebohongan yang besar.Setiap hari aku bela-belain keliling menjual makanan asongan demi mencukupi kebutuhan Davina, tapi Davina sungguh telah membuatku kecewa, sama sekali dia tak men

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 98 Kronologis

    (POV Darian)Melihat pemandangan yang tampak di depan mataku, aku segera berjalan cepat ke dalam kamarku untuk mengambil ponselku yang ketinggalan.“Kamu diam disini, jangan kemana-mana!” ujarku kepada Davina.Aku masuk ke dalam kamarku dan mengambil cepat ponselku.Aku pun berinisiatif mengirimkan pesan kepada satpam untuk menutup pintu gerbang dan menguncinya. Namun sebelum itu, aku menyuruhnya untuk memberitahu mama yang masih berada di dalam mobil di luar gerbang, supaya lebih dulu masuk.Aku kembali ke ruang tamu, dimana Davina masih berada disana.“Lepaskan, biarkan saya pergi!” teriak Davina dari arah luar. Ternyata benar, dia berusaha kabur namun beruntung pak satpam segera menghalanginya.Aku juga segera menghubungi polisi, supaya cepat datang kesini.“Papa!” teriak mama yang baru saja masuk ke dalam rumah. Mama teriak histeris saat mendapati Papa tak sadarkan diri dengan perut bersimbah darah.Kemudian satpam penjaga rumah datang dengan menyeret Davina. Dia dibantu oleh sop

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 97 Terkejut

    (POV Darian)Hari ini aku merasa bahagia karena telah dipertemukan dengan adikku. Rasanya seperti mimpi, aku masih memiliki keluarga kandung. Namun respon mama dan papa seperti kurang antusias menyambut adikku, terutama mama, mama memberitahu jika Davina sempat menyiramnya dengan minuman. Yang lebih parahnya, Davina juga sempat bersitegang dengan Dela, sampai dahi Dela terluka.Aku tak tahu ada masalah apa Dela dan Davina. Sehingga mereka ribut seperti itu. Tapi walaupun begitu, aku akan memaafkan Davina.“Darian, obati dahi Dela, kasihan dia. Sebentar lagi acara akan segera dimulai, kamu tidak usah menunggu Davina, karena acara ini untuk kalian berdua bukan untuk Davina,” imbuh mama.“Benar kata Mama kamu, Darian. Nanti Davina bisa menyusul setelah mandi dan berganti pakaian,” timpal papa.Aku pun mengangguk, walaupun aku ingin sekali menunggu Davina.Acara pun dimulai setelah dahi Dela diobati. Sekarang kami saling menyematkan cincin di jari manis kami. Acara ini cukup meriah, karen

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 96 Dipermalukan

    (POV Davina)“Aaaaaaa!” Aku menjerit kesakitan saat rambutku dijambak oleh Dela.“Terus, terus jambak saja rambutku. Tidak akan lama lagi kamu akan tahu siapa aku, Dela,” batinku tersenyum.Semua tamu undangan menjadi gaduh dan mengelilingi kami yang sedang berseteru ini.“Tolong … dia menyakitiku,” jeritku.Satpam rumah ini pun berusaha melerai pertikaian kami. Namun aku akan terus memancing kemarahan Dela, sampai kakakku benar-benar keluar.“Cukup! Apa-apaan ini?” teriak seseorang menggema. Keadaan menjadi hening. Apakah itu kakakku?Kemudian datang seseorang berpakaian hitam-hitam seperti seorang sopir. Mungkin dia sopir keluarga kakakku.“Kamu siapa? Apakah kamu tamu undangan disini? Kenapa kamu bikin ulah disini?” tanyanya.“Bikin ulah? Dia yang bikin ulah,” tunjukku ke arah Dela.“Lagipula, tidak penting juga saya memberitahu kamu dan kalian siapa aku sekarang. Nanti juga kalian akan tahu dan akan terkejut jika tahu aku ini siapa,” lanjutku.“Ya, aku sudah tahu kamu siapa. Janga

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 95 Memancing Kemarahan

    (POV Davina)Sumpah demi apapun, aku sangat geram terhadap bi Imah. Semenjak dia kenal dan tinggal dengan Risa, dia menjadi sombong.Bi Imah sama sekali tidak kasihan dengan keadaanku sekarang ini. Aku sedang hamil, tapi hidupku menjadi sengsara begini.Aku kira menikah dengan mas Rendi, hidupku akan lebih baik, aku akan menjadi orang kaya. Tapi ternyata semuanya salah. Iya kaya, tapi hanya sebentar.Bi Imah mendiamkanku setelah ia memberitahu alamat rumah kakakku. Aku tak menyangka, aku bakalan bertemu dengan kakak kandungku. Dulu aku hanya mendengar cerita saja dari bi Imah bahwa aku memiliki seorang kakak. Tapi keadaan yang memaksa kami untuk berpisah.“Imah, ayo kita pergi sekarang!” Seorang pria menghampiri bu Imah. Aku tidak tahu dia siapa.Pria itu kemudian membukakan pintu mobil untuk bi Imah. Melihat pemandangan itu, mataku terbelalak. Kenapa bisa bi Imah menaiki mobil mewah seperti itu? Apakah mereka sudah menikah? Tubuhku menjadi panas, bukan karena panas demam atau cuaca t

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 94 Mengemis Bantuan

    (POV Bu Imah)Seminggu kemudian, setelah Risa resmi menikah dengan Jona. Kini aku tinggal seorang diri di rumah Risa. Awalnya aku berniat pergi dari rumah ini. Namun Risa mencegah, dia tak tega jika aku pergi dari sini. Aku merasa tidak enak kepadanya, karena ini bukan rumahku, aku hanya menumpang disini. Tapi sungguh hati Risa sangat baik, entah terbuat dari apa hatinya, dia tidak mempermasalahkan aku tinggal di rumah ini sampai kapanpun. Baginya aku sudah seperti ibunya.Risa pun sempat menawariku untuk tinggal di rumah barunya bersama Jona. Namun aku menolak dan memilih tinggal seorang diri. Bukan aku tak menghargai niat baiknya, namun aku tidak mau jika sampai mengganggu mereka dengan keberadaanku di tengah-tengah mereka.Ting ….“Bibi, aku barusan sudah memesan makanan buat Bibi. Sebentar lagi ada kurir yang mengantarkannya. Bibi tidak usah repot-repot memasak hari ini. Oh iya, kalau perlu apa-apa, hubungi aku ya, Bi. Bibi juga bebas mau main ke rumahku. Mama sama Papa juga tidak

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 93 Dipertemukan

    (POV Risa)“Risa!” teriak Jona, bu Imah dan pak Willy kompak.Tubuhku terhempas ke sisi jalan raya saat aku berusaha menyelamatkan bu Diva dari pengendara motor yang ugal-ugalan. Tubuhku rasanya sakit, namun beruntung aku tidak sampai pingsan.“Ya Tuhan, dahi dan kaki kamu berdarah.” Jona panik melihat keadaanku.Sementara pak Willy membantu bu Diva berdiri.“Tolong bawa Risa ke rumah sakit, Nak Jona. Kasihan dia pasti kesakitan,” imbuh bu Imah terlihat khawatir.Tanpa berlama-lama, Jona mengangkat tubuhku dan memasukkan ku ke dalam mobilnya.Beberapa kali aku mengaduh kesakitan. Dahiku terasa perih, terlebih kakiku selain berdarah mungkin juga terkilir.Dengan cepat Jona membawaku ke rumah sakit dekat-dekat sini.“Kamu yang kuat ya, sayang. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Jona.Aku hanya mengangguk sambil meringis menahan sakit.Lima belas menit kemudian, kami sudah berada di rumah sakit. Aku segera ditangani oleh dokter. Dahi dan kakiku diperban supaya darah tidak terus menerus men

  • Nafkah Nasi Aking    Bab 92 Tidak Biasa

    (POV Risa)Aku menunduk kala bu Diva sedari tadi memperhatikanku tanpa ekspresi dan tanpa banyak bicara. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, namun itu membuatku merasa was-was.“Risa, rencananya kami mau mengajak kamu makan bersama. Apakah kamu sedang tidak sibuk?” tanya pak Willy.“Em … rencananya hari ini kami mau keliling lagi jualan, Pak,” jawabku.“Begini saja, semua jualan kamu biar saya borong semuanya untuk makan siang semua karyawan di kantor. Saya akan panggil rendra untuk datang kesini menjemput semua makanan itu. Sekarang kamu dan Ibu kamu segera bersiap-siap. Saya ingin mengenal lebih dekat dengan calon menantu saya,” imbuh pak Willy.Aku pun menyetujui permintaannya. Aku meminta izin untuk bersiap berganti pakaian, begitupun dengan bu Imah.Di dalam kamar, aku segera berganti pakaian dengan pakaian terbaik menuurutku yang aku punya. Semoga aku tidak malu-maluin dengan penampilan ini.Selesai berganti pakaian, aku keluar dari kamar dan bergabung kembali dengan keluarg

DMCA.com Protection Status