Beranda / Rumah Tangga / Nafkah Dari Mantan Suami / 14. Sampai Menutup Mata

Share

14. Sampai Menutup Mata

Penulis: Queeny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 09:51:00

Kamar rumah sakit yang seharusnya tenang malam itu dipenuhi oleh aura kecemasan. Hendra duduk di kursi di sebelah ranjang, menatap istrinya yang sedang terbaring lemah. 

Cintia, yang tengah hamil besar, sudah beberapa hari dirawat karena kondisinya yang semakin memburuk. Wajahnya pucat dengan kaki yang bengkak, juga perutnya terasa semakin berat. 

Walaupun begitu, Cintia tetap tersenyum tipis. Dia ingin menunjukkan kekuatan yang masih tersisa.

"Apanya yang aakit, Sayang?" tanya Hendra lembut. Lelaki itu mencoba menenangkan istrinya, juga diri sendiri.

Cintia menarik napas pelan. "Aku baik-baik saja, Mas. Aku cuma mau melahirkan anak ini secara normal, seperti anak pertama kita dulu."

"Tapi, kondisi kamu nggak memungkinkan, Cintia. Dokter bilang, ada risiko besar kalau kamu memaksakan lahiran normal." 

Suara Hendra terdengar berat. Matanya mempe

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Nafkah Dari Mantan Suami   15. Mendung Di Hati

    "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun."Langit mendung menggantung di atas pemakaman, seolah turut berduka atas kepergian Cintia. Di halaman rumah duka, suara isak tangis pelayat terdengar samar-samar di antara angin yang berembus perlahan.Hari ini adalah hari yang paling berat bagi Hendra, hari di mana ia harus mengantarkan istrinya, Cintia, ke tempat peristirahatan terakhirnya."Nak, kenapa kamu pergi secepat ini."Suara tangis ibunya Cintia yang terdengar pilu menggema di ruang itu. Ada banyak keluarga yang datang untuk melayat dan menguatkan."Sabar ya, Mbak. Cintia udah sampai waktunya." Sukma memeluk besannya dengan erat sembari menenangkan.Sejak pagi, Sukma yang sibuk mempersiapkan pemakaman karena keluarga Cintia datang dari luar kota.Sukma meng-handle apa saja yang dibutuhkan untuk pemakaman, karena Cintia merupakan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Nafkah Dari Mantan Suami   16. Jangan Bersembunyi

    Bianca duduk di ruang kerja dengan wajah serius, memandangi layar laptop yang penuh dengan angka dan grafik penjualan.Kantor cabang yang dipegangnya mengalami penurunan omset yang signifikan sejak beberapa bulan terakhir. Sebagai asisten pribadi, Bianca merasa bertanggung jawab untuk melaporkan ini kepada atasan.Bianca ahu bahwa atasannya sedang dalam masa-masa sulit setelah kematian sang istri. Sehingga dia tak bisa memaksa Hendra untuk pulih dengan cepat.Dengan napas berat, Bianca mengambil ponsel dan menelepon Hendra.“Halo, Pak Hendra?” suara Bianca terdengar penuh perhatian.“Ya Bianca?" Suara Hendra di seberang telepon terdengar lelah.“Ada apa?”“Pak, saya ingin membahas tentang cabang baru kita di kota ini. Omsetnya menurun drastis, dan para investor mulai khawatir. Beberapa dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Nafkah Dari Mantan Suami   17. Dia Kembali

    “Kamu kenapa, Nak? Sepertinya ada yang kamu pikirkan,” tanya Rahma lembut tetapi menyelidik.Nadia tersenyum tipis, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum mulai bercerita.“Bu, tadi siang aku ketemu Mas Hendra di kantor baru itu...”Rahma terdiam sejenak, tidak menyangka nama Hendra kembali muncul dalam percakapan mereka setelah sekian lama.“Hendra? Di kantor yang mana?”Nadia mengangguk.“Di kantor yang setiap hari pesen kue.""Loh, kok bisa?" tanya Rahma tak percaya."Ternyata kantor itu milik keluarganya.""Ya, wajar. Mereka keluarga kaya kan dari0l dulu."Nadia mwnatao ibunya lekat. Betapa sakit hati hati ibunya akibat perlakuan keluarga Hendra masih membekas.Dulu, mamanya Hendra pernah menghina ibunya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Nafkah Dari Mantan Suami   18. Rasa Empati

    Nadia tiba di kantor Hendra dengan tumpukan kotak kue di tangannya. Ia baru saja mengantar pesanan rutin yang diminta oleh mereka. Pelipisnya sedikit berkeringat karena Surabaya panas hari ini.Biasanya kue akan diantar pagi-pagi. Namun kemarin Bianca mengabari kalau pesanan hari ini diantar siang. Untungnya Nadia memiliki mobil dari hasil usahanya. Sehingga tak perlu berpanas-pansan di jalan.Sebuah mobil second tapi kondisinya layak pakai. Mobilnyang dibelinya dengan bersusah payah.“Hey, Nad. Udah anter?” sapa Bianca, asisten pribadi Hendra, yang sering menjadi perantara dalam setiap pesanan.“Hai, Bi. Ini barusan dari pantry."Bianca melirik tangan kiri Nadia dan langsung memperhatikan cincin cantik yang tersemat di jari manisnya.Mata Nadia berbinar-binar. Senyum lebar terukir di wajahnya.“Tunggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Nafkah Dari Mantan Suami   19. Curahan Hati

    "Kita mau ke mana, Papa?" tanya Hana kritis.Jalan yang mereka lalui hari ini tak seperti biasa. Sehingga Hana kebingungan."Maunbeli brownies yang rasanya enak," jawab Hendra bersemangat.."Aku mau!" ucap Hana senang."Tapi janji gak boleh rewel.""Tapi bawa ke taman," pinta Hana.Hendra tergelak. Selama tinggal di sini, dia begitu sibuk bekerja sehingga mengabaikan anak-anak. Hanya suster dan mamanya yang menemani Hana dan Raya bermain."Oke. Kita beli kue dulu yang banyak. Habis itu bawa ke taman. Jadi sambil main Kita makan.""Horeee!"Sore itu, Hendra membawa kedua anaknya ke toko kue milik Nadia. Sejak kematian Cintia, lelaki itu sering merasa kesepian.Meski Hendra berusaha menjadi ayah yang kuat untuk anak-anak, ada saat-saat di mana dia merasa rapuh.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Nafkah Dari Mantan Suami   20. Kejutan yang Berkesan

    "Surprise!"“Surya!” seru Nadia dengan mata berbinar.Surya yang seharusnya berada di Jakarta untuk mengelola kafe, kini berdiri di hadapan Nadia dengan senyum lebar. Lelaki itu memeluk sang kekasih dengan hangat."Aku kangen."Nadia tersenyum, tetapi masih sedikit terkejut. “Kenapa kamu nggak bilang kalau mau datang? Aku kan bisa siapin sesuatu.”Surya tertawa kecil. “Kalau aku kasih tahu, nggak bakal jadi surprise namanya.”Mereka berdua duduk di salah satu kursi di toko, berbincang-bincang dengan santai. Hubungan jarak jauh memang bukan hal yang mudah. Surya masih mengelola kafenya di Jakarta, sementara Nadia sibuk dengan toko kue di Surabaya.“Aku punya rencana untuk kita,” kata Surya tiba-tiba. Matanya berbinar penuh antusias.“Rencana apa?” tanya Nadia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Nafkah Dari Mantan Suami   21. Liburan Penghilang Lelah

    Sore itu, Surya dan Nadia bersiap-siap menikmati hari pertama mereka di Bali dengan mencoba berbagai water sport di Pantai Kuta. Ombak yang tenang dan angin laut yang segar membuat suasana semakin menyenangkan.“Jadi, kita mau coba yang mana dulu?” tanya Surya dengan semangat, sambil melihat daftar aktivitas yang ditawarkan di tepi pantai.Nadia tertawa kecil. “Kayaknya kita mulai dari yang ringan dulu deh. Gimana kalau banana boat?”Surya mengangguk setuju. “Oke, banana boat. Setelah itu baru kita coba parasailing.”Surya segera mendaftar dan mengenakan jaket pelampung. Saat banana boat siap, mereka duduk di atasnya dengan beberapa wisatawan lain. Begitu perahu penarik mulai melaju, banana boat bergerak cepat membelah ombak.“Pegangan, Nad!” seru Surya sambil tertawa. Wajahnya tampak sangat bersemangat.Nadia m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Nafkah Dari Mantan Suami   22. Sebuah Prinsip yang Tak Boleh Dilanggar

    Angin pantai Jimbaran berhembus lembut, membawa aroma laut dan menyelimuti suasana romantis di tepi pantai. Surya dan Nadia duduk di meja yang terletak tak jauh dari bibir pantai. Dengan lilin-lilin kecil yang menerangi meja makan mereka.Di hadapan mereka sebuah pemandangan luar biasa terbentang. Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, memberikan gradasi warna oranye dan ungu di langit yang seakan menyatu dengan lautan.“Ini indah banget, ya. Aku nggak nyangka kalau makan malam di tepi pantai bisa seromantis ini."Nadia menatap laut yang seakan tak berujung.Surya mengangguk setuju. Tangannya kini tak sungkan membelai rambut Nadia yang melambai karena tertiup angin.Sedangkan Nadia menggenggam jemari Surya dengan erat seakan tak ingin berpisah. Dia telah menaruh banyak harapan pada pundak lelaki itu."Jimbaran memang terkenal sama seafood dan suasananya.”Seorang pelayan datang membawa piring besar be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • Nafkah Dari Mantan Suami   34. Segala Puji Bagi-Mu

    Rasa sakit yang tak tertahankan mulai menyelimuti tubuh Nadia. Napasnya tersengal dengan keringat dingin yang membanjiri pelipis.Nadia menggenggam erat lengan Surya yang duduk di samping ranjang rumah sakit. Wanita itu mencoba menarik napas dalam-dalam. Namun setiap tarikan terasa seperti menggores paru-parunya.Kontraksi datang semakin sering dan wajah Nadia memucat.“Sayang, kamu kuat, ya? Sebentar lagi ketemu bayi kita."Surya mencoba menenangkan Nadia. Meski raut cemas tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Lelaki itu berusaha menyeka keringat yang terus membasahi wajah istrinya.“Aku mau lahiran normal, please."Nadia berkata dengan suara lemah. Wanita itu terisak menahan rasa sakit yang berdenyut-denyut di perutnya."Tapi kamu gak kuat, Sayang. Jangan dipaksakan," bujuk Surya."Baiknya jangan

  • Nafkah Dari Mantan Suami   33. Ikhtiar Dan Doa

    Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka akhirnya tiba kembali di Indonesia. Program bayi tabung di luar negeri yang selama ini mereka jalani membawa hasil yang tak ternilai harganya. Ketika pesawat mendarat, Surya meraih tangan Nadia dan menggenggamnya erat.“Sudah sampai, sayang,” bisiknya lembut. “Akhirnya kita pulang.”Nadia tersenyum samar. Namun di balik senyum itu jelas tampak kelelahan yang mendalam. Sejak kehamilannya memasuki minggu keenam, kondisinya semakin melemah.Rasa mual yang datang sepanjang hari, bukan hanya di pagi hari seperti yang sering ia baca di buku-buku kehamilan. Setiap kali mencoba makan, perutnya langsung menolak. Surya terus mengamati wajah istrinya yang tampak semakin pucat.“Apa kamu mau istirahat begitu sampai rumah?” tanya Surya, menatap wajah Nadia dengan cemas.“Ya… mungkin. Aku cuma ma

  • Nafkah Dari Mantan Suami   32. Meniti Harapan

    Nadia dan Surya duduk bersebelahan di ruang tunggu bandara Changi. Mereka menanti penerbangan ke Singapura untuk menjalani program bayi tabung yang telah lama di diskusikan.Suasana hening menyelimuti mereka berdua. Hanya suara pengumuman penerbangan dan derap langkah orang-orang yang terdengar di sekitar.Nadia menatap ke depan, matanya menerawang jauh. Surya merasakan kegelisahan istrinya dan menggenggam tangannya lembut.“Kamu tegang?” Surya membuka percakapan dengan nada lembut.Nadia tersenyum samar. “Nggak juga, cuma... ya, mungkin agak cemas. Kita beneran mau program, ya?”Nadia menoleh menatap suaminya, mencoba mencari kepastian.“Iya, Sayang. Tapi kita lakukan ini karena sama-sama mau, bukan karena tekanan atau paksaan,” Surya menenangkan.“Kita sudah sepakat, apa pun hasilnya nanti, kita tetap akan bersama.”Nadia terdiam, lalu mengangguk.&ldquo

  • Nafkah Dari Mantan Suami   31. Malam Indah

    Setelah resepsi pernikahan yang berlangsung sederhana dan penuh kehangatan, Surya dan Nadia memasuki suite hotel mereka."Ini kamar kita," ucap Surya di depan pintu."Aku udah gak sabar lihat isi dalamnya," bisik Nadia."Mau aku gendong?" goda Surya."Gak usahlah. Memangnya di film-film."Gelak tawa keduanya menghema di lorong hotel. Surya mengambil kunci yang diberikan oleh resepsionis di saku celananya.Keduanya sudah berganti pakaian. Surya bahkan memakai kaus longgar dan celana jeans. Nadia bahkan sudah menghapus make up. Wanita itu memakai gaun selutut dengan penghiasan lengkap di leher dan jarinya.Mereka berjalan berdampingan, diiringi tatapan penuh cinta dan sedikit rasa canggung."Silakan masuk, Tuan Putri."Ketika pintu suite mereka tertutup dengan lembut di belak

  • Nafkah Dari Mantan Suami   30. Suatu Hari Di Taman Bunga

    Langit cerah membentang di atas taman yang dipenuhi dengan hamparan bunga-bunga cantik. Pohon-pohon besar menaungi tempat itu dengan teduh. Suara aliran air dari kolam kecil di sudut taman menambah suasana tenang yang romantis.Pernikahan Surya dan Nadia diadakan dengan sederhana tetapi penuh kehangatan. Hanya keluarga dan sahabat dekat yang hadir, membuat suasana lebih intim dan bermakna.Nadia dan Surya duduk di kursi yang dihias bunga mawar putih dan eucalyptus. Wanita itu mengenakan gaun putih sederhana tanpa banyak aksen tetapi tetap elegan.Rambut Nadia disanggul rapi. Senyum hangatnya memancarkan kebahagiaan yang nyata. Surya terlihat gagah dengan setelan jas hitam yang pas di tubuh. Wajah lelaki itu cerah. Matanya berbinar-binar menatap wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya."Ananda Muhammad Surya Perdana, saya nikahkan engaku dengan Nadia Nur Azizah binti almarhum

  • Nafkah Dari Mantan Suami   29. Diskusi dan Ketulusan

    Nadia menghembuskan napas panjang sebelum menekan tombol hijau di layar ponsel. Nama Surya tertera jelas.Kali ini Nadia merasa perlu membicarakan sesuatu yang sudah lama mengganjal di pikirannya. Setelah beberapa kali nada sambung, suara hangat Surya terdengar dari seberang.“Halo, Sayang?” Surya menyapa dengan ceria seperti biasanya. Lelaki itu sedang berada di ruangannya di kafe. Namun, dia mengerjakan proyek render gambar sebuah bangunan.“Halo, Sur,” balas Nadia dengan nada lembut. Ada sedikit kegugupan yang terselip di suaranya.“Kenapa? Suara kamu kayaknya aneh," tanya Surya lembut."Nggak apa-apa," lirih Nadia serak."Kamu habis nangis?" tanya Surya lagi."Enggak. Aku cuma lagi kangen aja.""Ada yang mau kamu bicarain?” tanya Surya seperti bisa merasakan ada yang berbe

  • Nafkah Dari Mantan Suami   28. Ungkapan Rasa

    Sepuluh hari Raya dirawat dan selama itulah Nadia setiap hari datang menjenguk. Sehingga dia dan sukma menjadi akrab.Nadia tak canggung bersenda gurau bersama mereka layaknya keluarga. Namun, sikapnya menjadi canggung jika ada Hendra.Tatapan dan perhatian Hendra yang berbeda memabuat Nadia risih. Wanita itu merasa semua orang telah bersekongkol untuk mendekatkan mereka, termasuk ibunya sendiri."Kamu mau ikut ke rumah?" tanya Hendra ketika mereka bersiap-siap hendak pulang.Raya sudah sehat dan pulih seperti sedia kala. Sehingga hari ini anak itu sudah boleh pulang."Tapi sebentar aja ya, Mas. Aku kan harus jaga toko.""Toko terus yang ada dipikiran kamu. Anak-anak juga, Nad.""Anak-anak kamu, Mas.""Yaaa kan anakmu juga, Nad."Nadia membuang pandangan mendengar itu. Sementara Hendra

  • Nafkah Dari Mantan Suami   27. Terikat Akan Rasa

    Hari kedua Nadia datang ke rumah sakit terasa lebih tenang. Pagi itu, setelah memastikan tokonya berjalan dengan baik, wanita itu memutuskan untuk mampir melihat kondisi Raya.Nadia mengenakan blus sederhana dan celana panjang yang nyaman. Dia menenteng paper bag berisi camilan kesukaan Hana dan boneka kelinci mungil untuk Raya.Saat memasuki ruang rawat, Nadia melihat Sukma, mantan mertuanya, sedang duduk di sisi tempat tidur Raya yang masih terbaring.Wajah Sukma berubah cerah begitu melihat kehadiran Nadia di pintu. Tanpa ragu, Sukma berdiri dan menyambut Nadia dengan senyum lebar."Assalamualaikum, Ma," sapa Nadia lembut."Waalaikumsalam."Sukma menyambut Nadia yang mencium tangannya. Walaupun pernah menyakiti, dia tetap berlaku santun.Tidak ada dendam di hati Nadia karena dia sudah berdamai dengan masa lalu. Apalagi saat

  • Nafkah Dari Mantan Suami   26. Cepat Pulih, Sayang

    Hari itu terasa panjang bagi Nadia. Sejak pagi, semua berjalan lancar di tokonya. Namun, pesan singkat dari Hendra yang tiba-tiba masuk ke ponselnya membuat dunia Nadia seolah berhenti seketika."Nadia, maaf ganggu. Raya dirawat di rumah sakit. Dokter bilang dia kena demam berdarah. Tolong doakan dia, ya."Nadia merasa dadanya sesak saat membaca pesan itu. Jari-jarinya gemetar dan ponsel hampir terlepas dari genggaman.Raya yang manis, begitu lincah dan ceria, kini terbaring lemah di rumah sakit? Nadia langsung merasakan kekhawatiran yang luar biasa.Dengan cepat, Nadia memberi tahu karyawan untuk menutup toko lebih awal. Beberapa pelanggan yang baru saja datang memandangnya dengan heran.Nadia hanya tersenyum minta maaf dan memberikan penjelasan singkat bahwa ada keadaan darurat keluarga. Begitu selesai, wanita itu segera menjemput ibunya yang sedang berada di rumah.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status