Home / Romansa / Nabrak Jodoh / 48. Di Malam Sunyi

Share

48. Di Malam Sunyi

Author: Rindu Rinjani
last update Last Updated: 2023-05-05 20:27:17

Mila mendatangi sosok Radit yang sedang duduk termenung di teras. Wanita muda ini membawakan kopi hitam dan singkong goreng untuknya.

"Silakan Pak," kata Mila kemudian meletakkan di meja teras.

Radit yang sedang duduk termenung pun menoleh ke arah Mila yang tiba-tiba datang dan sedikit terkejut."Kamu buat ini?" tanya Radit.

"Iya, Pak, dimakan ya!"

Radit mengangguk, kemudian kembali merenung. Mengingat apa yang terjadi belakangan ini.

Meskipun sebenarnya ia sudah melepaskan Naura, tapi sepertinya masih belum bisa melupakan wanita yang pernah berbagi cinta dengannya. Wajar saja, hubungan yang mereka bina sudah berlangsung sangat lama.

Ia hanya tak mengira kalau pernikahannya kalah oleh sebuah pengkhianatan. Namun Radit tak bisa sepenuhnya menyalahkan Naura. Sebagai suami ia sudah gagal dalam mendidik dan membahagiakan sang istri.

Kondisi mani encer yang dialaminya membuat Radit merasa rendah diri. Bahkan ia merasa takut untuk berumah tangga lagi. Takut tak bisa membahagiakan pasangannya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Nabrak Jodoh   49. Keributan di Pasar

    “Ini saja Bu yang mau dibeli?” tanya Mila sambil memperhatikan catatan yang diberikan oleh Bu Wuri. Barusan ibunya Radit mengatakan pada Mila kalau hari ini adalah ulang tahun Radit, dan beliau bermaksud untuk membuat masakan kesuakaan Radit.“Iya itu aja, ini uangnya buat belanja dan ongkos kamu. Pasarnya lumayan jauh, kamu naik becak atau ojek pangkalan aja, manggilnya dari depan gang situ!” ucap Bu Wuri sambil menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu dan dua lembar 20 puluh ribuan.“Iya Bu, saya berangkat dulu. Assalamualaikum,” pamitnya kemudian berjalan menuju pangkalan ojek.“Perlu ditunggu nggak Neng?” sapa tukang ojek pada Mila begitu ia turun dan menyerahkan uang pada laki-laki itu.Mila menggeleng, “Nggak usah, nanti saya biar panggil dari sini saja.” Beruntung Mila mendapatkan tukang ojek paruh baya sehingga sikapnya masih lebih sopan dan profesional, tidak mencuri-curi pandang ke arahnya sama sekali.Mila menatap lurus ke depan dan mencoba untuk membelah kerumunan yang pe

    Last Updated : 2023-05-07
  • Nabrak Jodoh   50. Jangan Lemah!

    Seketika suasana yang ricuh pun berubah hening saat mendengar seseorang meminta mereka berhenti. Tentu saja semuanya ingin tahu siapa yang berani menghentikan kesenangan mereaka saat ini.Mila masih saja duduk di posisinya, ia seperti membeku dan air mata mengalir di wajahnya. Sekarang ia pun terkejut saat melihat kehadiran Pak Radit yang tiba-tiba datang seperti sorang ksatria yang mengenakan pakaian zirah. Bibirnya pun bergetar mengucapkan nama Radit, dan ini membuatnya tahu kalau saat ini hanya Pak Radit saja yang peduli kepadanya.“Ada apa ini?” tanya Radit tiba-tiba sambil melangkah mendekati Mila. Namun tak seorang pun bersedia untuk menjawab. Sampai akhirnya Jihan pun mulai angkat suara, “Oh jadi ini laki-laki yang kamu rebut dari istrinya. Wah hebat banget kamu Mila, sampai bikin laki-laki ini datang menyusul kamu!” seru Jihan, dan saat itulah kerumunan mulai terprovokasi dan nyaris untuk membuat keributan.“Ini laki-laki yang tidak bisa setia pada istri!”“Eh kamu malah senan

    Last Updated : 2023-05-08
  • Nabrak Jodoh   51. Menemukan Kembali

    Jihan dan Ismi duduk di atas motor bebeknya, mereka berdua tampak kesal kali ini gara-gara kejadian barusan. “Coba aja nggak ada laki-laki itu, udah aku pites si Mila,” omel Jihan sambil memukul setang motornya.Ismi yang ada di belakangnya pun tak kalah kesal, “Aku heran itu anak kenapa sih selalu saja selamat. Dia itu belagu banget tahu nggak, bisa-bisanya merebut perhatian para customer dan juga pak Bos. Mentang-mentang cantik, putih mulus gampang banget cari muka!”Jihan menoleh ke arah temannya dan berkata, “Kecantikannya dijadiin kedok, sikapnya aja sok polos padahal sebenarnya dia itu brengsek. Kita nggak bisa tinggal diam, dia harus tahu pernah berurusan dengan siapa sekarang.”Sesaat kemudian Jihan dan Ismi sama-sama saling pandang, seperti menemukan sebuah ide secara tiba-tiba. “Kita harus mengikuti mereka supaya tahu dimana Mila tinggal!” mereka berdua mengatakan hal itu secara bersamaan.Tanpa menunggu lama, keduanya pun langsung mengambil helm dan memasangnya. Baru saja m

    Last Updated : 2023-05-09
  • Nabrak Jodoh   52. Itu Lagi Itu Lagi

    Wanita paruh baya itu menerima kiriman surat untuk Naura siang tadi. Logo pengadilan agama terpampang jelas dan juga nama putrinya. Tanpa ragu, Wanita itu pun langsung membuka amplop, tak peduli kalau surat itu bukanlah untuknya.Alangkah terkejutnya wanita ini saat mendapati putusan perceraian putrinya secara vertex. Wajah wanita bertubuh tambun itu pun mulai memerah, tak terima anaknya diperlakukan secara tidak adil."Awas kamu Radit!" batinnya sambil melemparkan surat putusan perceraian untuk putrinya. Kemudian menunggu sampai Naura pulang ke rumah dan membahas rencana selanjutnya.Suaminya, Pak Rustam muncul dari depan rumah, setelah asyik mengurus tanaman hias di halamannya. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh para pensiunan.Mendapati wanita yang telah dinikahi selama puluhan tahun tengah bermuram durja, beliau pun datang mendekat. Sudah pasti, ingin memberikan dukungan ataupun menjadi teman bicara."Kenapa Ma, kok kelihatan sedih begitu?" tanyanya sambil mengambil tempat di sisi

    Last Updated : 2023-05-11
  • Nabrak Jodoh   53.Permintaan Bu Wuri

    Bayi Kinanthi tak henti-hentinya menangis. Membuat sang Ibu tampak panik, sampai-sampai tak ada kesempatan baginya untuk mengerjakan tugas menemani Bu Wuri."Sayang, kenapa sayang, Bunda nggak akan pergi lagi kok," bisiknya sambil mengayun-ayunkan bayi mungilnya dalam gendongan.Bu Wuri yang mendengar tangisan si kecil pun mengetuk kamar yang ditempati Mila. Kamar yang memang disiapkan untuk tamu yang menginap."Kinan nangis terus to Nduk*?" tanya Bu Wuri setelah membuka pintu kamar Mila."Iya ini Bu, nggak tahu kenapa kok nangis terus, padahal bajunya sudah saya ganti, sudah saya kasih susu tapi kok masih nangis," jawab Mila masih menggendong bayinya."Sini coba sama Ibu," jawab Bu Wuri kemudian menggendong Kinanthi.Bayi itu masih terus menangis, kemudian wanita lansia itu meminta Mila mengambil termometer untuk memeriksa suhu tubuh Kinanthi. Segera saja wanita itu membaringkan Kinanthi di atas ranjang, meraba dahinya dan meletakkan termometer dalam ketiak. Membiarkan pengukur suh

    Last Updated : 2023-05-15
  • Nabrak Jodoh   54. Pikirkan Radit!

    Permintaan yang diungkapkan oleh Ibu terasa mengganggu Radit. Tak hentinya, pria bertubuh tinggi itu memikirkan apa yang diminta oleh sang Ibu untuk menikah dengan Mila. Rumah tangganya baru saja gagal, dan untuk menikah lagi sepertinya ia masih trauma. Bahkan hingga saat ini, ia belum juga memutuskan akan menikah lagi atau tidak.Melihat kegundahan Radit, ibu pun tersenyum lalu berkata, "Mila itu anak baik, Ibu percaya dia bisa menghargai dan menghormati kamu sebagai seorang suami.”Radit hanya menghembuskan napas dan tak menjawab pertanyaan Ibunya. Membiarkan wanita yang telah melahirkannya ini mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran, lagipula sampai sekarang ia masih malas memikirkan perihal pernikahan.Namun jika melawan ibu, tentu ia takut dicap durhaka. Sudahlah lebih baik dengarkan saja, toh ibu hanya mengungkapkan pendapatnya."Ibu sudah lama memperhatikan kalian. Dia itu sangat sabar dan bertanggung jawab. Bangun pagi-pagi menyiapkan sarapan buat kita sehingga kamu nggak pe

    Last Updated : 2023-05-24
  • Nabrak Jodoh   55. Tidak Ingin Salah Paham

    Pagi ini seperti biasa Mila tengah menata piring begitu Radit keluar dari kamarnya dengan berpakaian rapi. Pria itu terlihat tergesa-gesa, seperti ada yang harus segera diselesaikan.Hari ini akan datang tamu dari dinas pariwisata ke restorannya. Mereka akan melakukan penilaian terhadap restoran milik Radit. Tentu saja sebagai pemilik harus menyiapkan segala sesuatunya.Aroma kopi hitam buatan Mila sepertinya susah untuk ditolak. Membuat Radit yang rencananya langsung berangkat ke restoran terpaksa mampir untuk memanjakan lidahnya sebelum akhirnya berangkat."Bapak nggak sarapan dulu?" tegur Mila yang mengetahui Radit hanya menyeruput sedikit kopi kemudian bersiap berangkat."Saya ada urusan pagi ini Mil, nggak bisa ditunda,” jawabnya dingin."Kalau begitu biar saya bungkuskan rotinya ya Pak,” tawar Mila.Tanpa diminta, Ibu muda itu pun melangkah ke dapur dan mengambil kotak bekal. Kemudian dengan cekatan Mila menyiapkan roti lapis dengan isian daging asap, keju dan juga selada.Radit

    Last Updated : 2023-05-27
  • Nabrak Jodoh   56. Perubahan Sikap Radit

    Semenjak Ibu mengungkapkan permintaannya kala itu, Radit terlihat menjaga jarak dengan Mila. Hal ini tentu saja membuat Bu Wuri merasa tidak enak dan mungkin juga bersalah dengan hal ini.Wanita paruh baya itu pun berpikir kalau mungkin saat ini masih terlalu cepat bagi Radit untuk membina rumah tangga baru lagi. Namun kadang-kadang masih bertanya apa kurangnya Mila dengan semua ini.Mila pun juga berpikir demikian saat mengetahui sikap Radit yang mulai acuh terhadapnya. Hal ini semakin lama membuatnya sadar diri untuk tidak mengharapkan perhatian lebih dari Radit. “Kamu sadar Mila, sudha bagus Pak Radit mau biayaain anak kamu, nggak usaha ngelunjak untuk mengharapkan jadi istri,” katanya dalam hati.“Kamu udah selesai?” tanya Radit membuyarkan lamunan Mila yang mengaduk-aduk es jeruk dengan menggunakan sedotan.Cepat-cepat Mila mendongak dan berkata, “Eh iya sudah Pak.”Radit diam lagi kemudian berdiri dan mendatangi kasir untuk membayar makanan mereka, tanpa berpamitan apa-apa. Mes

    Last Updated : 2023-05-28

Latest chapter

  • Nabrak Jodoh   114. Wedding Day

    Kali ini Mila duduk di depan meja rias sambil mengenakan kebaya putih yang panjang. Rambutnya yang hitam legam sudah disanggul modern.Ia mengusap-ngusapkan telapak tangannya yang terasa dingin. Bu Laely yang menganakn kebaya kuning gading pun menepuk pundak putrinya yang belum juga beranjak dari meja rias.“Ma, apa Mas Radit udah datang?” tanyanya masih menatap ke depan kaca.“Sudah sayang, keluarganya sudah datang semua. Penghulu pun juga sudah datang.”Mila pun berdiri perlahan. Kali ini ia terlihat begitu anggun, dan lebih cantik dari biasanya. Balutan kebaya yang melekat di tubuhnya menunjukkan siluet yang indah.“Kamu cantik sekali nak. Akhirnya hari ini tiba juga,” kata Bu Laely sambil memperhatikan putrinya.“Makasih Ma. Kira-kira Mas Radit suka nggak ya? Apa Mas Radit nggak bakal batalin pernikahan ini?” tanya Mila.Bu Laely menggandeng tangan putrinya yang saat ini dihiasi oleh hena. “Mila, kenapa kamu berpikir begitu? Radit adalah laki-laki yang tepat untukmu. Apa kamu tida

  • Nabrak Jodoh   113. Salah Orang Bung!

    Mila menghembuskan napas panjang, “Sebenarnya kasihan juga, tapi aku takut mereka akan menyakiti Kinan.”“Mereka nggak akan berani. Di sini ada Mas, Mbak Rima, Mas Rangga dan Mas Andar. Mereka semua akan bantu Mas untuk menjaga kalian berdua.”Mila memperhatikan sekitar. Calon kakak iparnya benar-benar pasang badan sekarang ini. Radit duduk bersebelahan dengan Doni. Mas Rangga berada di dekat pintu keluar, Mbak Rima dekat dengan Ibu Doni, mas Andar dekat dengan ayah Doni.“Sepertinya mereka akan sulit untuk berbuat macam-macam,” batin Mila kemudian mengangguk.“Baik, aku ijinkan kalian untuk menggendong dan memeluk Kinan. Namun aku tidak mengijinkan kalian membawanya pergi!” kata Mila dengan tegas.“Makasih nak Mila.”Mila pun mulai melonggarkan pelukannya pada Kinan dan bersiap menyerahkan putrinya pada Doni. Namun belum sempat bayinya berpindah, Radit sudah mencegah.“Tunggu sebentar! Meskipun kalian ada hubungan darah dengan Kinan, tapi kalian harus tahu kalau dia masih bayi dan ti

  • Nabrak Jodoh   112. Ada Apa Hari Ini

    Mila mempererat pelukannya pada putri kesayangannya dan bersembunyi di balik punggung Radit. Saat ini napas Mila terdengar memburu, jelas ia mulai ketakutan dengan kehadiran seseorang yang ada di depannya.Radit yang melihat keadaan Mila yang merasa tidak nyaman pun menoleh sekilas ke arah Mila. “Kamu masuk dulu ke mobil sama Kinan, biar Mas yang urus dia!”Mila yang sedang ketakutan pun mengangguk dan langsung meraih kunci mobil Radit untuk segera masuk ke dalam SUV putih dan menguncinya rapat-rapat.Radit memicingkan mata lalu berdiri sambil berkacak pinggang. “Ada apa kamu datang kemari? Apa masih kurang puas dengan pelajaran yang saya berikan kemarin? Kamu masih mau mengganggu calon istri dan anak saya?”Laki-laki yang ada di depan Radit sekarang adalah Doni. Beberapa waktu sebelumnya, Doni pernah membuat masalah dengan Mila dan meneror Mila hingga menyisakan trauma.Namun Radit tidak tinggal diam dan dengan mudahnya membuat Doni tak bisa berkutik. Saat itulah Doni berjanji untuk

  • Nabrak Jodoh   111. Kesiapan Menikah

    Radit membalas ucapan ayah Naura dengan senyum. Kemudian dengan ramah, Radit pun menawarkan tumpangan pada mantan mertuanya itu.Meskipun Naura dan ibunya bertingkah menyebalkan, tapi tidak dengan Bapaknya. Pria yang berdiri di hadapannya selama ini benar-benar menjadi sosok yang mengayomi dan bisa menjadi panutan.“Nak Radit, tidak perlu. Saya masih bisa naik bis nanti,” tolak Pak Rustam.Radit tahu, ucapan pria di hadapannya memang benar-benar tulus, bukan sekedar basa-basi. Semasa jadi mertuanya pun, pria ini sama sekali tidak pernah merepotkannya.Apa yag dilakukan oleh Radit saat ini semata-mata karena rasa kemanusiaan pada pria yang ada di hadapannya itu. Usia Pak Rustam yang tidak muda lagi tentu akan sangat mudah lelah jika harus menggunakan bis ke kampung halamannya. Belum lagi, saat turun di terminal beliau harus menumpang sebuah mobil angkutan ke terminal kampung dan naik ojek sejauh 8 kilometer lagi.“Tidak masalah Pak, setidaknya nanti Bapak bisa menghemat waktu.”Namun a

  • Nabrak Jodoh   110. Minta Maaf

    Ayah Naura melirik jam tangang begitu turun dari bis kota. Kemudian ia pun bergumam lirih, “Alhamdulillah tidak terlalu siang.”Sudah hampir seminggu Pak Rustam berada di kampung halaman bersama istri dan Naura. Keseharian Naura dan istrinya di sana benar-benar tidak bahagia.Tidak sekali dua kali istri dan putri tunggalnya memohon unutk kembali ke kota dan hidup normal seperti dulu. Mereka benar-benar tidak cocok dengan kehidupan di kampung yang menurutnya terlalu jauh dari kata modern.Kadang-kadang ayah Naura pun kasihan saat melihat istri dan anaknya harus bangun pagi-pagi karena di sana tidak memiliki kompor gas. Untuk memasak masih harus menggunakan tungku. Belum lagi cibiran dari keluarga besar tentang kehamilan Naura.Meskipun tidak benar-benar membuka aib putrinya karena Pak Rustam mengatakan kalau Naura dan suaminya bercerai tapi tidak mengatakan tentang perselingkuhan putrinya. Namun tetap saja orang-orang menganggap ada apa-apa dengan pernikahan mereka berdua.Naura sering

  • Nabrak Jodoh   109. Rencana Yang Terbongkar

    Langit senja berwarna jingga menghiasi kota, suasana yang indah itu berbanding terbalik dengan Naura memasuki pintu rumahnya dengan langkah lesu. Wajahnya mencerminkan kepedihan yang dalam, matanya merah akibat tangis yang tak terbendung. Ia baru saja pulang dari rumah Radit melakukan rencana yang telah diatur bersama ibunya. Namun yang didapat, jangankan keberhasilan, ia justru diusir oleh mantan kakak iparnya itu.Naura yang kelelahan karena berbadan dua, ia pun duduk di kursi makan sambil menikmati air dingin. Hatinya betul-betul merasa sakit, bukan karena dia tidak mendapatkan kasih sayang Radit lagi, tapi tidak bisa mendapatkan kejelasan untuk masa depan dia dan anaknya.“Kamu udah pulang Naura?” tanya Bu Fatma tiba-tiba kemudian duduk di kursi yang berada di hadapan Naura.“Iya Ma,” jawab Naura dengan malas.“Udah ketemu Radit? Tadi dia antar kamu pulang kan?” tanya Bu Fatma antusias.“Hmm boro-boro antar pulang, ngobrol enak aja nggak,” jawab Naura kesal.“Maksud kamu? Dia jah

  • Nabrak Jodoh   108. Sudah Terlambat

    Radit pun langsung menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh kakak iparnya. Tamu tak diundang itu pun memasuki pelataran rumah Radit dan mengangguk kemudian mencoba untuk menyalami Mbak Rima. Namun wanita ini langsung menepiskan tangannya.“Ngapain kamu ke sini?” tanya Mbak Rima ketus. Walaupun dia satu-satunya anak perempuan Bu Wuri, tapi dia selalu berusaha untuk menjadi yang paling terdepan setiap ada masalah dalam keluarganya. Terlahir sebagai putri sulunglah yang membuatnya selalu bersikap demikian.Mas Rangga yang sudah paham perangai kakak tertuanya pun langsung melirik Dewi istrinya agar membawa anak-anak yang masih berada di sekitar mereka masuk ke dalam. Kakak kedua Radit seperti meramalkan akan ada kejadian tidak menyenangkan, dan kurang pantas dilihat oleh anak-anak.“Apa kabar, Mbak?” sapa Naura dengan sopan, kemudian mencoba menyalami mantan kakak ipar dan juga Radit. Namun mereka semua hanya menangkupkan tangan di depan dada enggan bersentuhan.Saat Naura hendak menyalami M

  • Nabrak Jodoh   107. Di Tengah Kebahagiaan

    Pagi ini waktu sudah semakin dekat dengan jam sepuluh pagi. Radit tampak berdiri dengan penuh kegelisahan. Kedua tangannya terasa dingin kali ini.Ini bukan balasan lamaran pertama baginya, dia pernah melewati momen ini sebelumnya. Namun entah kenapa perasaan gugup itu masih ada.“Kamu kenapa, Le? Kok kelihatan gelisah seperti itu. Apa keluarga Mila nggak jadi datang?”Radit menggeleng. “Bukan Bu Bukan begitu. Mereka sudah dalam perjalanan kemari, mungkin dalam beberapa menit lagi sampai. Aku cuma … nggak tahu aku ngerasa gugup seperti baru pertama kali menyambut keluarga calon, padahal aku sudah pernah melewati sebelumnya.”“Ha ha, kamu seperti pengantin baru saja,” kata mbak Rima kakak sulung Radit yang datang menyaksikan kebahagaiaan adik bungsunya kali ini.“Itu tandanya perempuan itu spesial buat Radit,” celetuk mas Andar suaminya.Sejak kabar bahagia itu datang, Radit langsung menghubungi ketiga kakaknya Rima, Rangga dan juga Raka mengenai rencana kedatangan keluarga Mila. Ketig

  • Nabrak Jodoh   106. Hutang Meresahkan

    Suara mesin motor yang berhenti tiba-tiba di depan rumah membuat Pak Rustam terkejut dan membuatnya terpaksa menghentikan aktivitas menyambung tanaman. Ia pun segera menuju pagar dan melihat siapa yang datang.Tampak dua sosok asing dengan jaket kulit berwarna hitam dan berperangai sangar pun turun dari motor. Pak Rustam sama sekali tidak pernah mengenal dua sosok laki-laki itu.“Selamat sore, permisi Pak apa benar ini rumah Ibu Nur Fatmawati?” tanya salah satunya yang berkepala botak.Pak Rustam mengerutkan alis dan balik bertanya, “Anda siapa ya?”“Jawab saja Pak, benar atau tidak?” tanya pria itu lagi.Sikap menggertak seperti ini jelas tidak disukai oleh Pak Rustam, dan tidak seharusnya ditunjukkan. Pak Rustam pun berdiri berkacak pinggang dan menantang mereka.“Hei, kalian ini apa-apaan. Ini rumah saya! Jika ingin membuat keributan di sini silakan pergi sebelum saya panggil warga yang akan mengusir kalian!” bentak Pak Rustam.Meskipun usianya tak lagi muda, tapi ayah Naura tetap

DMCA.com Protection Status