Share

7. KEPERGIAN PUSPITA

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-11-02 16:48:49

Butuh beberapa saat bagi Puspita untuk mencerna semuanya setelah Pram mengucapkan kalimat itu dan berbalik pergi, kembali ke kamar Prily didampingi Imel yang tersenyum puas.

Kemudian, gadis itu menghapus air matanya dengan kasar setelah dapat menguasai dirinya.

Ia sempat terjebak dalam keterkejutan dan ketidakpercayaan yang mendalam akibat tuduhan Pram yang keji dan kata talak yang menyusul kemudian. Tidak percaya kalau pandangan Pram padanya masih sama seperti dulu, memandang Puspita sebagai orang miskin yang dangkal, dan tidak bisa dipercaya.

Tidak peduli Puspita sudah berusaha keras menjalankan amanat Soraya sekuat tenaga. Menelan sakit hatinya setiap hari.

Puspita tidak menyangka justru Pramlah yang akan mengingkari janjinya pada Soraya secepat ini. Membuangnya.

Ini terlalu menyakitkan. Jika pun Pram ingin menceraikannya, kenapa harus dengan cara seperti ini? Kenapa harus menuduhnya dulu?

Puspita menarik napas dalam-dalam. Mencoba melonggarkan rongga dada yang sesak. Lalu setelahnya menegakkan punggung dan mengangkat dagunya.

Gadis itu berjalan dengan langkah-langkah pasti menuju kamar rawat Prily. Menyusul Pram. Ia bahkan tidak peduli Imel yang menatapnya dengan merendahkan, di depan kamar. Puspita langsung menghampiri Pram di samping ranjang Prily.

“Ada apa lagi?” tanya Pram saat melihat Puspita masuk. “Bukankah aku sudah menyuruhmu pergi?”

“Pak Pram. Tolong ulangi sekali lagi.” ucap Puspita dengan tatapan lurus. Tak ingin terlihat lemah. “Apakah saya benar-benar diceraikan?

Ekspresi Pram mengeras. “Ya, aku sudah menceraikanmu, Puspita Ayudia. Apa kata-kataku kurang jelas? Apa perlu aku mengulang kata talak itu?”

Puspita menelan ludah. Meski sudah menguatkan hati, tetapi rasa perih tetap ada. Bahkan tidak ada nada bersalah sedikit pun dalam suara pria itu.

“Bapak mengatakannya dengan kesadaran penuh? Tidak lupa dengan amanat Ibu Soraya?”

Pram mendengkus dan membuang muka dengan kasar. “Perbuatanmu yang membuat amanat Soraya gugur dengan sendirinya. Aku tidak mengkhianati istriku, ingat itu!”

“Tapi saya tidak melakukan apa yang Bapak tuduhkan.”

“Omong kosong! Kenyataan yang bicara. Lihat anakku!” Pram menunjuk Prily yang masih terbaring lemah dengan mata terpejam. “Kalau bukan karena perbuatanmu, ia tidak akan seperti ini. Kamu–” Kini telunjuk Pram mengarah ke wajah Puspita. “Kamu hampir membunuh anakku! Dan itu, tidak termaafkan!”

Puspita menahan napasnya. Tuduhan itu terlalu menyakitkan, apalagi diucapkan dengan berulang-ulang.

“Jadi Bapak tidak percaya pada saya?”

“Buktinya sudah jelas.” Mata Pram memicing, senyum sinis tersungging. “Kenapa, Puspita? Apa uangku terlalu menarik hingga kamu tidak terima kuceraikan? Bukankah di luar sana kamu bisa menjadi istri ketiga atau keempat dan mendapatkan uang lebih banyak?”

Napas Puspita tersendat. Sekali lagi, ia merasa harga dirinya diinjak-injak.

“Baik kalau begitu, Pak.” Dengan menahan sakit yang sudah tak bertepi di hatinya, Puspita tetap bicara tegas. Dagunya diangkat untuk membuktikan jika ia tidak ingin terlihat hancur karena semua ucapan Pram. “Saya akan pergi karena Bapak yang menghendaki. Kata talak Bapak menjadi bukti bukan saya yang mengkhianati amanat Bu Soraya. Semoga beliau di alam sana tidak menyalahkan saya.”

Hening sejenak.

“Semoga Bapak tidak menyesali keputusan ini.” Puspita mengakhiri ucapannya.

“Menyesal?” Pram tersenyum miring. “Jangan terlalu percaya diri, Puspita.”

Puspita mengangguk. “Baiklah, Pak. Saya harap Anda tidak menyesali semuanya. Jangan mencari saya di kemudian hari apa pun yang terjadi. Karena saya tidak akan kembali meski Bapak meminta dengan menangis darah sekali pun.”

Kalimat itu diucapkan Puspita dengan penuh penekanan, disertai tatapan tajam, sebelum akhirnya ia berlalu.

Meninggalkan Pram dan semua yang akan ia buang dari ingatan meski hatinya akan terluka karena perpisahannya dengan Prily.

Gadis itu bergegas pulang dan mengemasi barangnya yang tidak seberapa, lalu memanggil ojek.

Sekali lagi Puspita menatap bangunan dua lantai yang selama tiga tahun terakhir menjadi tempatnya bernaung. Di rumah itu, ada banyak kisah tergores dalam lembaran hidupnya.

Bertemu majikan baik hati yang menganggapnya lebih dari seorang pembantu. Soraya. Segala kebaikan wanita itu tidak akan pernah ia lupakan.

Di rumah itu, hidupnya lebih dari layak. Gaji di atas rata-rata, fasilitas yang memadai, majikan yang memanusiakan, dan entah masih banyak lagi kenangan indah yang tercipta sejak Soraya membawanya ke sana.

Sayangnya, kenangan indah bersama Soraya mulai ternoda saat wanita yang sakit-sakitan itu mulai memintanya menjadi adik madu.

Sejak saat itu lebih banyak kenangan pahit yang tercipta. Terlebih setelah Pram menikahinya. Hidupnya tidak setenang dan senyaman sebelumnya. Hingga hari ini, di mana ia harus pergi dari sana, rasanya lebih banyak rasa pahit yang ia jalani.

Puspita menarik napas panjang saat ojek online yang menunggunya kembali bertanya, “Berangkat sekarang, Mbak?”

Puspita mengerjap, lalu mulai berjalan menjauhi gerbang rumah mewah itu. Meski hatinya sangat berat, tetapi ia tidak berdaya. Pram sudah menceraikan dan mengusirnya.

Saat ojek yang membawanya mulai melaju menjauhi gerbang rumah itu, ia hanya menjerit dalam hatinya.

‘Selamat tinggal, Prily. Maaf, Bu Soraya, saya tidak bisa mengemban amanat Ibu lebih lama. Selamat tinggal semuanya.’

Satu titik air mata terjatuh bersamaan dengan kepalanya yang akhirnya menengok ke depan setelah beberapa saat tetap menatap bangunan itu.

**

Sudah beberapa minggu berlalu sejak Puspita pergi dari kediaman Pramudya. 

Prily sudah pulang dari rumah sakit dan sudah mendapatkan pengasuh baru. Semuanya berjalan normal seperti sedia kala–meskipun semuanya menyadari absennya Puspita dalam kehidupan mereka.

Termasuk Pram. 

Terutama Pram.

Sebelum Soraya meninggal, Puspita memang sudah mengurusi semua keperluannya dan Prily, serta membantu urusan rumah. Sehingga saat Soraya akhirnya berpulang pun, Puspita sudah terbiasa mengurus semuanya. Pram tidak menyadari itu semua karena ia terlalu sibuk dengan rasa kehilangannya.

Baru ketika Puspita tidak ada di sana lagi, Pram merasa semuanya berantakan.

Puncaknya adalah sore itu. Pram yang baru kembali ke rumah langsung disambut dengan keributan. Hasna sedang memarahi pengasuh baru Prily yang dianggap tidak becus.

“Ada apa lagi ini, Bu?” tanya Pram sambil menatap bergantian pada sang ibu, Prily yang menangis, dan pengasuhnya yang menunduk.

"Pram, kamu sudah pulang?” sapa Hasna sebelum dilanjutkan dengan ucapan penuh keterkejutan. “Astaga, lihat dirimu! Ibu heran denganmu sekarang. Ada apa denganmu, Nak?” 

Pram mengerutkan kening. Pertanyaannya sama sekali tidak dijawab. “Maksud Ibu?” balasnya kemudian.

Hasna menghela napas penuh rasa khawatir. “Lihat dirimu sekarang, Pram.” Wanita itu menunjuk tubuh Pram dari kepala hingga kaki dengan kedua tangannya.

“Kamu sangat menyedihkan, Anakku. Kamu ini masih muda, Pram. Kamu juga pria mapan pemilik sebuah perusahaan. Tapi kondisimu sekarang sangat memprihatinkan!”

Ah. Itu lagi. Pram mulai jengah. 

“Kalau kamu kesulitan, bilang ke Ibu. Jangan apa-apa diurus sendiri.” Hasna kembali berkata. 

Padahal, meski ibunya berkunjung nyaris setiap hari ke rumah ini, Hasna tidak membantu apa-apa. Wanita paruh baya itu malah kerap kali memantik konflik dengan para asisten rumah tangga dan pengasuh Prily, seakan-akan sedang mencari kesalahan.

“Kalau kamu tidak mau merepotkan Ibu, turuti saran Ibu. Menikahlah dengan Imel.”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Di tunggu kelanjutannya anjut thor ......
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Pasti si kulkas beku mendatangi Puspita mau marah² dengan hinaan dan tuduhan kejinya
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
jangan jangan pram menyesal atas sikapny....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   8. HARI BARU

    “Menikahlah dengan Imel.”Ekspresi Pram langsung mengeras. “Bu–”“Kamu ini perlu seseorang untuk mengurusmu. Dan Ibu yakin Imel orang yang tepat. Daripada kamu terus-terusan tampil mengenaskan ini,” tukas Hasna. “Dua kali kamu salah memilih istri hingga hidupmu berantakan, Pram. Itu akibat tidak mendengarkan ucapan orang tua.”“Aku tidak ingin menikah lagi,” tegas Pram. “Kamu masih mau mencoba mengurus ini semua sendirian?” tanya Hasna. Suaranya mulai meninggi. “Kamu berantakan, Pram. Dan bahkan kamu tidak becus mencari pengasuh untuk anakmu!” Hasna menunjuk wanita berusia 40 tahun yang sedang menggendong Prily. “Lihat, setiap saat Prily menangis, dan wanita itu tidak bisa menenangkannya.”Pram memejamkan mata. Kepalanya terasa ingin meledak. Ia tahu Prily selalu rewel, dan itu bukan sepenuhnya salah pengasuh barunya. Ini juga termasuk ke dalam sesuatu yang tidak Pram prediksi. Bahwa Prily akan sekeras itu mencari Puspita sejak sadar di rumah sakit.Padahal … bukankah kata Imel, w

    Last Updated : 2024-11-03
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   9. MANTAN MAJIKAN

    “Puspita, kita perlu bicara.” Nada suara pria itu terdengar dingin, masih sama seperti dulu.Puspita menegakkan punggung dan menghela napas pelan tanpa kentara, setelah sebelumnya sempat menahan napas. Ia berusaha tetap tenang meski tak dapat dipungkiri hatinya bergejolak. Bertemu lagi dengan seseorang yang sudah menorehkan luka, bagai mimpi buruk di pagi hari yang seharusnya ia mulai dengan semangat.“Maaf, Pak. Saya sedang buru-buru.” Puspita menjawab singkat pada akhirnya, tanpa menatap ke mantan majikannya itu.Ia tidak ingin terintimidasi, ataupun menunjukkan reaksi yang tidak semestinya. Apalagi yang berlebihan.Sementara itu, Haidar tampaknya menyadari ketegangan Puspita. Pria itu menatap Puspita dan Pram bergantian.Kemudian, Puspita menatap pada Haidar. "Ayo, Kang, kita berangkat," lanjutnya, mengajak Haidar untuk pergi dari sana.Namun, Pram mendekat. Lantas menghentikan langkah Puspita."Puspita, ini penting," desak pria itu.Akhirnya, Puspita menoleh pada Pram, memberanik

    Last Updated : 2024-11-04
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   10. SAUDARA SEPUPU

    “Pus? Masa aku tidak boleh tanya soal Kang Haidar juga?” Tika kembali bertanya.Puspita terdiam cukup lama. Kalau boleh jujur, ia akui Haidar memang sangat baik dan berjasa membantunya hingga bisa mengambil paket C. Pria itu memberikan jalan untuk mimpinya yang sebenarnya.Namun, tak ada apa-apa di antara mereka. Memang Haidar hanya orang baik yang mau membantu Puspita karena mereka berasal dari kampung yang sama.Meskipun memang saat di kampung dulu, Haidar pernah mengajarnya. Tapi itu dulu sekali.Haidar berasal dari keluarga terpandang di kampung. Orang tuanya memiliki perkebunan teh dan beberapa usaha lainnya. Seluruh keluarganya berpendidikan tinggi, dan ia bahkan tak berani berharap lebih."Kamu pacaran sama Kang Haidar?" tanya Tika lagi karena Puspita tidak kunjung menjawab. Puspita menarik napas panjang. "Kami cuma temenan, Tik. Kang Haidar itu baik banget mau bantuin aku."Tika menjentikkan jarinya. "Nah, itu dia! Dia baik banget sama kamu, nggak mungkin kalau cuma temenan

    Last Updated : 2024-11-05
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   11. AKU HARUS BAGAIMANA?

    “Soraya, aku … aku tidak tahu apa yang harus kulakukan,” ucap Pram pelan. “Apa kamu sedang menghukumku karena aku telah mengingkari janji?” Kini kepala Pram menunduk di atas pusara itu. Pram menyanggupi untuk menjaga Prily dan mempertahankan Puspita. Pria itu kemudian teringat ucapan Soraya, bahwa jika memang Puspita pergi dari sana, Pram akan menyesal.Inikah yang maksud oleh mendiang istrinya tersebut?“Iya, Ra? Kamu marah dan sedang menghukumku?” Pram semakin larut.Angin yang bertiup seolah membawa suara lembut Soraya, membisikinya dengan lembut. “Tapi asal kamu tahu, Ra. Kalau aku melakukan ini, karena kesalahan Puspita sendiri. Dia sudah membuat Prily kita kesakitan, dan aku takut, Ra … aku takut ia menyusulmu. Meninggalkan aku sendiri di sini.”Pram menarik napas yang terasa berat. Seolah ada batu besar yang menghimpit dadanya. Ia berusaha tidak menumpahkan air mata di sana meski hatinya sangat sakit.Sejujurnya, Pram merasa keputusannya benar. Bahwa ia tidak bisa mempertaha

    Last Updated : 2024-11-06
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   12. DIA LAGI

    “Jangan cari Puspita lagi.”Setelah mengatakan itu, Tika langsung meninggalkan Pram begitu saja. Ke kampusnya, sekaligus menemui Puspita.Pagi itu, suasana kantin kampus sudah mulai ramai dengan mahasiswa yang datang untuk sarapan. Bagi mereka yang tidak sempat sarapan di rumah, kantin adalah tujuan utama begitu tiba di kampus. Dari kejauhan, terlihat asap tipis mengepul dari bangunan tersebut.Di sana, Puspita sibuk melayani pesanan. Meski belum lama bekerja di sana, ia sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti ini, sehingga mudah baginya untuk beradaptasi. Ia cepat belajar ritme pekerjaan, termasuk tugas apa saja yang harus dikerjakan.Wajah gadis yang kedua ujung kerudungnya diikat di belakang leher itu tampak tenang, meski sebenarnya pikirannya sedang penuh. Ia sedang sibuk mengaduk kopi pesanan saat Tika datang mendekatinya tanpa suara dan bersandar di meja di hadapan Puspita.“Dia datang lagi tadi,” ujar Tika sambil melipat tangan di dada.Puspita menoleh sebentar, tapi tak lama

    Last Updated : 2024-11-07
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   13. HANYA MANTAN MAJIKAN?

    Puspita tertegun. Kalimat Pram seketika menghantam hatinya. Wajahnya mendadak pias, namun ia berusaha menyembunyikannya.“Prily sudah tidak mau makan. Tubuhnya demam. Ia menangis terus, ia hanya ingin kamu.”Lanjutan kalimat Pramudya makin mengiris hati Puspita. Wanita itu menggigit bibirnya kuat-kuat. Di kepalanya langsung terbayang tubuh mungil Prily terbaring lemah. Bohong jika Puspita baik-baik saja setelah mendengar kabar itu. Setengah jiwanya bahkan terasa dicerabut saat dipisahkan dari anak itu. Prily bukan hanya anak sambung atau anak asuh baginya. Tidak peduli anggapan orang lain, bagi Puspita, Prily sudah seperti anak kandungnya.Ia hanya tidak mengandung dan melahirkan saja, selebihnya setelah lahir, ia yang mengurusi semuanya karena Soraya sudah sakit-sakitan semenjak melahirkan. Jika Prily sakit, tentu saja ia ikut sakit.Pramudya yang melihat perubahan mimik wajah Puspita sangat yakin jika wanita itu tersentuh hatinya. Karenanya ia yakin Puspita akan mau menemui Prily.

    Last Updated : 2024-11-07
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   14. KEKECEWAAN PRAM

    Pramudya bergegas pulang.Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar sebelum turun dari mobil. Pikirannya masih berkecamuk, dipenuhi oleh segala hal yang membebani. Entah kenapa akhir-akhir ini ia menjadi lebih sensitif, terutama jika menyangkut Puspita.Dulu, saat masih menjadi istrinya, Puspita akan menyambutnya setiap kali pulang ke rumah seperti saat ini. Ia selalu bergegas membawakan tas kerja Pramudya setiap kali hendak berangkat atau baru tiba dari kantor, sebagaimana yang diperintahkan oleh Soraya.Bahkan setelah Soraya tiada, Puspita tetap melakukannya, menjalankan tugas seorang istri dengan lebih serius. Mulai dari menyiapkan pakaian hingga makanan, semua ditunaikan dengan baik. Meskipun Pramudya tidak pernah memperhatikannya, Puspita tetap menjalankan tugasnya tanpa cela.Pram menghela napas berat sebelum melangkah masuk ke dalam rumah. Kini, tidak ada lagi yang menyambutnya setiap kali ia pulang.Pikirannya semakin kacau sejak bertemu Puspita dan Haidar tadi. Ia masih sulit

    Last Updated : 2024-11-08
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   15. KEHILANGAN PUSPITA

    Pramudya memasuki kamarnya yang terasa sunyi senyap setelah memastikan Prily tidur malam ini. Pria itu langsung menuju kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air hangat, berharap bisa merilekskan jiwa raganya yang terasa lelah.Dulu, ia pikir setelah kepergian Puspita dari rumahnya, hidupnya akan tenang dan damai tanpa beban tanggung jawab karena mengungkung seorang wanita yang sama sekali tidak ia cintai. Jujur, setelah kepergian Soraya, Pram merasa hidupnya berat. Selain karena harus kehilangan istri yang dicintainya, ia juga harus mengemban amanat Soraya untuk menjaga Puspita sebagai istrinya seumur hidupnya.Baginya, itu sangat berat, karena ia sama sekali tidak mencintai Puspita. Apalagi saat mendengar bahwa Puspita memang menyasar pria kaya.Hingga puncaknya, kesalahan fatal Puspita yang hampir merenggut nyawa Prily menjadi alasan kuat baginya untuk melepaskan wanita itu agar hidupnya lebih tenang. Namun siapa sangka, setelah melepaskan istri keduanya itu, hidupnya malah semak

    Last Updated : 2024-11-09

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   151.

    Puspita sontak menarik tangannya dari genggaman Prabu. Seakan tersengat, matanya membelalak lebar. Ia tidak menyangka Pram menemukannya di sini. Dalam keadaan yang akan membuatnya semakin salah paham.Lorong yang sepi pun terasa sangat mencekam saat Pram melangkah mendekat. Suara ketukan sepatunya yang bersatu dengan lantai berlomba dengan detak jantung Puspita yang melonjak-lonjak.“Jadi … memang begini perbuatan kalian di belakangku?” tanya Pram dengan tatapan perpaduan antara kekecewaan dan kemarahan. Ada luka juga di sana.Puspita menggeleng cepat. Ia ingin menyangkal, tetapi Pram dengan cepat mendahului.“Apa kamu mau bilang lagi ini tidak seperti yang aku pikirkan?” tanya Pram sinis. “Jadi, apa yang harus aku pikirkan melihat istriku berduaan bahkan berpegangan dengan pria lain?”“Mas ….” Kepala Puspita semakin menggeleng. Bibirnya bergetar.“Kemarin kamu bisa bilang aku salah paham karena hanya melihat foto. Apa aku masih salah paham juga jika sudah melihat dengan mata sendiri

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   150. TOLONGLAH

    Puspita mencuri-curi pandang saat Pram berbincang dengan Rangga dan istrinya. Ia mencari keberadaan Prabu. Ia berharap bisa bicara dengan pria itu sebelum acara dimulai. Sayangnya, pria itu tidak terlihat di mana pun di ruangan itu. Matanya justru menangkap seseorang yang wajahnya sangat familiar.Puspita sampai terjengkit kaget.Di sana, di antara para tamu undangan yang ia yakin semuanya adalah relasi bisnis keluarga Bimantara, ia melihat ada pria berusia lebih dari setengah abad yang menatap sinis ke arahnya.Puspita mengucek matanya setelah beberapa saat terperangah. Sayangnya, setelah ia mengucek mata, orang itu sudah tak terlihat lagi di sana. Puspita berkedip beberapa kali, lalu mencari dengan matanya ke semua penjuru ruangan, tetapi ia tidak mendapati orang yang dicarinya.Wanita itu kemudian menggeleng. Mungkin ia sedang berhalusinasi karena melihat pamannya berada di antara para tamu undangan.Bagaimana mungkin sang paman ada di sana? Bukankah semua tamu hanya dari kalangan

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   149. PESTA APA?

    Puspita menarik napas panjang sebelum turun dari mobil. Dadanya terasa sangat sesak karena selama dalam perjalanan menuju rumah keluarga Bimantara itu, tak sepatah kata pun Pram berucap. Mereka hanya saling diam meski duduk berdampingan.Saat menerima surat undangan dari Prily, sebenarnya ia malas untuk ikut datang. Toh, hubungannya dengan Pram sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, Pram hanya menitipkan surat itu pada anaknya. Sebenci itukah Pram padanya, bahkan sekadar menyampaikan kartu undangan saja tidak sudi?Kalau mau egois, Puspita lebih baik tidak ikut datang. Toh, ia juga tidak tahu pesta apa gerangan yang harus dihadirinya itu. Namun, ia tidak ingin Pram malu. Ia bahkan masih memikirkan reputasi Pram meski sang suami sedang marah padanya.Lagipula, bukankah di sana ia bisa bertemu dengan Prabu? Ini kesempatan baik, harus ia gunakan untuk meminta tolong Prabu menjelaskan yang sesungguhnya. Bagaimanapun caranya, ia harus bicara dengan pria itu. Jika bukan pada kesempatan ini, i

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   148. BERNYALI ATAU TIDAK?

    Wanita berrok pendek berlari menuju pintu ruangan Prabu saat mendengar suara gaduh dari dalam sana. Ia sebenarnya sudah curiga sejak awal karena tamu bosnya datang dengan wajah tegang dan penuh amarah.Suara bentakan terdengar menggema di ruangan megah itu. Sekretaris membuka pintu dan langsung memekik melihat bosnya tersungkur di lantai dengan tamunya masih melayangkan tangan.Wanita itu berlari untuk melerai, berusaha menenangkan Pram yang tengah dikuasai amarah. Setelahnya, ia membantu Prabu untuk bangun dan memapahnya ke sofa.Pram berdiri dengan rahang mengeras, napasnya memburu. Tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan amarah yang membara dalam dadanya.Sementara itu, Prabu yang kini duduk bersandar di sofa mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Tatapannya tetap lurus di wajah merah Pram. Senyum sinis tersungging dari bibir pecah Prabu. Sama sekali tidak ada rasa marah atau takut yang ia tampakkan."Beginikah cara seorang Pramudya Adiguna menyelesaikan masalah?" tanya Prabu san

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   147. TIDAK PROFESIONAL

    Puspita berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Dadanya sesak, pikirannya kusut, dan hatinya penuh dengan kegelisahan. Sudah dua hari sejak kejadian kemarin, dan Pram tetap diam. Pria itu bahkan memilih tidur di ruang kerjanya, seolah kehadiran Puspita di rumah ini hanyalah gangguan yang harus dihindari.Tidak ada pengusiran dan kata talak seperti dulu, tidak ada kata-kata kasar yang menghujam lagi, tapi didiamkan seperti ini jauh lebih menyakitkan.Ia tinggal di rumah seseorang, tapi si empunya rumah sama sekali tak menganggapnya ada. Pram selalu menghindarinya seolah tak ingin lagi melihatnya. Waktu makan yang biasanya mereka gunakan untuk bercengkerama hangat, hanya kekosongan meja makan yang didapatkan Puspita. Hingga terkadang ia pun malas untuk sekadar mengisi perut.Pram selalu meminta pelayan yang mengantar makan ke ruang kerjanya dan bukan dirinya.Puspita sampai bingung bagaimana melanjutkan hidup. Ia tidak mungkin pergi karena tidak ada kata talak dan pengusiran seperti dulu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   146. TERULANG LAGI

    “Aku kembalikan kamu ke agensi. Sejak hari ini kamu tidak bekerja di sini lagi.”Kalimat itu meluncur dari pria yang sejak tadi berdiri di teras, menunggu Puspita dan Joseph keluar. Sikapnya dingin, tatapannya tajam, dan ucapannya tak terbantah.Kalimat itu langsung meluncur dari bibir sang pria bahkan saat kaki Puspita dan pengawal yang menyertainya baru saja turun dari mobil.Kedua bola mata Puspita serta-merta melebar. Ia melirik lelaki tinggi tegap yang berdiri di samping pintu mobil. Lelaki yang diam saja tanpa ekspresi mendengar ucapan Pram, meskipun tahu dirinya dipecat.Puspita menggeleng tegas. Suaminya memecat Joseph begitu saja di saat mereka baru saja tiba. Tidak ada interogasi, tidak ada kesempatan untuk menjelaskan, bahkan mereka tidak diberi waktu sekadar untuk menghirup udara di luar mobil. Pram langsung menyambut dengan pemecatan itu.Puspita ingin bertanya, tetapi Pram sudah masuk ke rumah hanya dalam waktu kedipan mata. Dengan berlari-lari kecil, wanita itu menyusul

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   145. DRAMA

    “Kamu tidak apa-apa?” Pertanyaan lembut penuh kekhawatiran meluncur dari bibir pria yang menahan tubuh seorang wanita. Namun, wanita dalam pelukan itu gegas melepaskan diri setelah beberapa saat terpaku.Puspita—wanita itu—buru-buru mundur, merapikan hijabnya yang sedikit berantakan. Jantungnya yang mendadak bertalu cepat berusaha ia kendalikan. Ini tidak boleh terjadi, Prabu tidak boleh menyentuhnya. tapi semua di luar kendalinya. Semua ini hanya kecelakaan. Prabu menolongnya.Tapi, kenapa tiba-tiba ada Prabu ada di sana?Ah, ya. Pria itu pasti mencari Tika.“Maaf, tapi apa yang terjadi di sini?” tanya Prabu karena melihat Puspita menepuk bajunya seolah telah bersentuhan dengan debu. “Abang ….” Rengekan manja tiba-tiba terdengar, dan itu tentu saja berasal dari mulut Tika. Gadis yang semula amarahnya meluap-luap itu kini berubah ekspresi. Ia mendekati Prabu dengan mimik sedih, seolah tertindas.“Dia menyakitiku, Bang … istrinya Pak Pram ini berusaha menindasku,” adunya dengan suara

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   144. KEBERUNTUNGAN?

    Puspita meringis. Tubuhnya terhimpit di antara dinding dan Tika yang tubuhnya penuh kemarahan. Kelembutan dan keanggunan yang sejak tadi disuguhkan gadis itu mendadak sirna, berganti dengan keberingasannya yang menakutkan.Tangannya menekan salah satu tangan Puspita di dinding, sementara tangan lainnya menunjuk wajah Puspita dengan telunjuk bergetar.“Ja-ngan sekali-kali berpikir untuk ikut campur urusanku!” desis gadis itu dengan penuh penekanan. Suaranya persis desisan ular berbisa. Tidak keras, tidak jelas, tapi sangat menakutkan.Puspita memejam. Bukan karena takut, tapi liur Tika berhamburan mengenai wajahnya.“Kamu dengar?” Suara Tika kini disertai tangannya yang mencengkeram dagu Puspita hingga wanita berhijab itu membuka matanya.“Berhenti menjadi orang menyebalkan yang sok suci! Apa pun yang aku lakukan, itu bukan urusanmu! Jadi, urus saja hidupmu sendiri bersama suami hasil rampasan itu. Bukankah kamu sudah bahagia?”Puspita menghempaskan tangan Tika yang mencengkeram daguny

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   143. MAAF, SALAH ORANG

    [Sudah sampai mana?][Jangan lama-lama, ya. Prily pasti nungguin kamu.]Pram mengirim dua pesan langsung ke nomor istrinya. Tadi Puspita meminta izin untuk ke supermarket karena ada yang harus dibelinya.Sebenarnya, Pram keberatan membiarkan Puspita keluar rumah tanpa dirinya, tapi setelah berpikir bolak-balik, rasanya tidak adil terlalu mengekang Puspita dengan tidak mengizinkan dia keluar, padahal hanya ke supermarket.Sebenarnya pula, Puspita bisa menyuruh ART jika ada kebutuhan yang harus dibeli. Setidaknya itu yang Pram inginkan. Hanya saja, mungkin istrinya jenuh terus di rumah setelah menikah. Apalagi semenjak menjadi istrinya, Puspita belum pernah diajak ke mana pun.Bukankah ia juga berhak menikmati hidupnya? Bukankah pernikahan bukan untuk mengurung istri di dalam rumah? Hanya saja, kekhawatiran Pram yang terlalu besar memang membuatnya terlalu posesif. Tapi kejadian kemarin membuatnya sangat takut kehilangan Puspita.Karenanya, ia mengizinkan wanita itu keluar. Toh hanya ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status