แชร์

229. PLIN-PLAN

ผู้เขียน: Rosemala
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-25 00:43:50

Andini berjalan mondar-mandir dengan wajah tegang. Sesekali ia mengusap wajahnya, berusaha menghilangkan kegelisahan yang semakin menyesakkan dadanya. Sekali waktu, ia mengacak rambut pendeknya hingga semakin berantakan. Pikirannya penuh dengan percakapan yang baru saja terjadi dengan Radit.

Prabu yang sejak tadi hanya diam, memperhatikan wanita itu dengan saksama. Satu hal lagi yang bisa ia simpulkan dari adik iparnya itu: Andini bukan wanita yang memperhatikan penampilan. Ia tidak peduli terlihat sangat berantakan di depan orang lain. Sungguh wanita unik bagi Prabu. Di saat banyak wanita takut terlihat jelek di mata orang lain—termasuk seorang kakak ipar—ia sama sekali tidak peduli.

Sang pria bersedekap dengan rahang mengeras. Tentu saja, ia merasakan kegelisahan dan kemarahan kakak-beradik itu.

Sementara itu, Irena yang masih duduk di tempatnya tampak semakin pucat. "Aku masih nggak percaya kalau dia sudah menceraikan istrinya," gumamnya, menggelengkan kepala dengan kesal.

"Aku jug
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   230. MENYERAH

    "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"Andini mengerjapkan mata. "Maksudnya?" tanyanya, meski hatinya berdebar lebih cepat dari yang seharusnya.Prabu menyesap sedikit air dari gelasnya, lalu menghela napas pelan. "Entahlah. Aku merasa wajahmu familier."Andini tersenyum kaku, lalu mengalihkan pandangan ke gelasnya yang kini sudah terisi penuh. Ia bisa saja menjawab dengan santai, tetapi situasi ini sudah cukup janggal tanpa ia harus menambahinya dengan perbincangan panjang."Aku tidak tahu," jawabnya akhirnya, mencoba terdengar netral.Prabu hanya mengangguk pelan, tetapi tatapannya tetap tertuju padanya, seolah mencari sesuatu di wajah Andini yang bisa menjawab pertanyaannya sendiri. Andini merasa perlu segera pergi sebelum kecanggungan ini semakin terasa.Gadis itu mengeratkan genggaman pada gelasnya. "Aku ke kamar dulu," katanya cepat, sebelum melangkah pergi dengan jantung berdebar tak karuan.Andini menutup pintu lebih cepat dari apa pun, sesaat setelah langkah-langkah panjangnya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   231. VITAMIN

    “Mbak Iren belum bangun, Mbak Sri?” tanya Andini seraya menarik sebuah kursi di meja makan. Lalu duduk di sana sambil meneguk segelas air. Air yang nyaris tersembur dari mulutnya karena detik berikutnya, dari pintu muncul orang yang barusan ia tanyakan.Andini batuk-batuk karena tersedak air dalam mulutnya. Tidak berlebihan sebenarnya, karena ia melihat sesuatu yang berbeda pagi ini. Irena dan Prabu masuk ke sana dengan bergandengan tangan. Jemari mereka saling bertaut. Dan yang membuat Andini gagal fokus, Irena tidak memakai jilbabnya, seolah sengaja menggerai rambut basahnya.Pun dengan Prabu. Mereka berdua seperti sengaja tidak mengeringkan rambut sebelum keluar kamar. Andini mengerti mereka pengantin baru, tapi apakah mereka lupa kalau di sana ada orang lain yang jomblo sepertinya? Yang tidak nyaman dengan kelakuan mereka?Andini masih berusaha mengatasi batuknya ketika Irena dan Prabu mendekat ke meja makan. Atmosfer pagi yang semula tenang berubah menjadi canggung seketika. Mata

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   232. BEDA

    Andini melipat tangannya di dada, menyaksikan pengantin baru bergandengan tangan melewatinya di ruang tengah. Kadang ia berpikir untuk kembali saja bekerja, toh di sini pun kondisi Irena terlihat lebih baik. Kakaknya itu bahkan tetap berangkat bekerja seperti biasa, meninggalkannya di apartemen sendirian.Namun, ia terlanjur mengambil cuti, dan ia sudah berjanji akan membantu menemukan Chiara. Menunggu waktu yang dijanjikan Radit untuk bertemu.Entahlah, kepulangannya kali ini rasanya berbeda dari sebelum-sebelumnya. Dulu, jika ia berkesempatan pulang, itu akan menjadi momen yang sangat indah. Tidur berdua dengan Irena. Memeluk wanita yang sudah menjadi ibu keduanya itu dengan sangat rindu. Apalagi saat ada Chiara, mereka akan tidur satu ranjang bertiga, berebut perhatian Irena bersama Chiara.Kepulangannya kali ini berbeda karena sekarang Irena sudah bersuami. Masuk ke kamar Irena saja ia tidak berani karena sekarang penghuni kamar itu bukan hanya kakaknya seorang, tapi juga ada oran

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   233. AKSI ANDINI

    Andini mengembuskan napas panjang sambil berjalan melintasi lapangan sekolah Chiara. Tangannya menggenggam secarik kertas yang baru saja ia dapatkan dari pihak administrasi sekolah. Matanya menatap lama alamat yang tertera di sana sebelum akhirnya melangkah menuju mobilnya dan melaju ke tujuan.Informasi yang ia dapatkan dari sekolah cukup mengejutkan. Chiara sudah tidak bersekolah di sana. Sayangnya, pihak sekolah tidak mau memberikan informasi ke mana Chiara pindah. Hanya ada satu alamat yang diberikan sebagai petunjuk, alamat yang semoga bisa membawanya ke Chiara.Andini menyandarkan punggungnya di jok mobil, mencoba meredam gejolak emosinya. Pilihannya untuk meminjam pakaian Irena ternyata tidak sia-sia. Dengan pakaian yang lebih feminin dan suara yang sedikit dilembutkan, pihak sekolah tidak keberatan memberikan informasi yang ia butuhkan. Ia yakin jika Radit meminta pihak sekolah merahasiakan kepindahan ini dari Irena. Untunglah ia yang datang.Dibarengi satu tarikan napas, ia m

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   234. TENTANG RADIT

    “Radit adalah laki-laki yang merugi karena sudah melepaskan wanita hebat dan mandiri seperti Mbak Siska ini."Andini berkata dengan nada ringan. Kini ia tengah menunggu bunga pesanannya dirangkai. Sebenarnya, Siska menyarankan agar ia menunggu di rumah saja, tapi Andini bersikeras menunggu di sana. Bukankah itu tujuannya datang?Siska dan seorang karyawannya sibuk merangkai bunga pesanan. Wanita itu tidak merespons ucapan Andini, hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada rangkaiannya.Namun, Andini tidak menyerah. Ia memutuskan terus memancing Siska dengan celotehannya."Mbak Siska pasti capek, ya, bekerja sambil mengurus anak?" tanyanya lagi, sedikit sok tahu.Siska menghentikan gerakan tangannya. Sementara itu, karyawannya menatap sang bos sebentar sebelum melanjutkan pekerjaan.Hening beberapa saat. Andini masih mencari bahan obrolan lagi ketika suara Siska akhirnya terdengar.“Saya belum punya anak,” ujarnya tanpa menoleh. Tangannya tetap sibuk bekerja."Iyakah? Mbak belum puny

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   235. RINDU

    Andini memacu mobilnya menuju rumah sakit tempat Irena bekerja. Sudah cukup rasanya bicara dengan Siska meski tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia percaya saat Siska mengatakan sudah tak lagi berhubungan dengan Radit. Ia juga percaya Siska tidak tahu keberadaan Chiara.Semakin lama ia bicara dengan wanita itu, hanya akan membuka lukanya lebih dalam lagi. Dan ia tidak mau hal itu terjadi. Sebagai sesama wanita, Andini cukup mengerti apa yang dirasakan Siska.Andini memukul handel stir. Darahnya terasa mendidih. Radit. Di matanya benar-benar bajingan. Bagaimana ia bisa melakukan hal setega itu pada Siska setelah memperlakukan Irena dengan buruk pula? Benar-benar pria brengsek karena memaksa Irena rujuk dengan menyembunyikan anaknya. Dan … gongnya dari semua perbuatan sang pria, Radit meminta dirinya yang menikah setelah Irena menolak rujuk.“Gila! Benar-benar gila!” gumamnya dengan gigi gemeletuk. “Pengecut!” lanjutnya. Ya, hanya pria pengecut yang menyembunyikan anak dari ibunya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   236. CANGGUNG

    “Iren?”“Mbak Iren?”Untuk beberapa lama dunia seakan berhenti berputar. Semua orang mematung di tempatnya. Kecanggungan menyelimuti. Tangan Prabu yang baru saja memeluk Andini terangkat dengan gemetar. Sementara wajah Andini memucat. Gelas di tangannya sampai terjatuh mengenai punggung kakinya.Tidak terasa sakit sama sekali karena sesuatu yang lebih besar tengah terjadi di dadanya.“Iren … ini tidak seperti yang terlihat ….” Akhirnya Prabu buka suara setelah berjalan menghampiri Irena. “Aku … aku kira dia adalah kamu,” lanjutnya sambil menggeleng. Tatapannya mengiba.Irena tidak menjawab. Hanya menatap suami dan juga adiknya penuh selidik sebelum kemudian berucap, “Din, besok-besok jangan memakai bajuku lagi.”Setelah mengatakan itu, Irena berlalu dari sana. Membawa langkahnya kembali ke kamar. Prabu gegas menyusul dengan berlari, sementara Andini memejamkan matanya. Menjatuhkan bokongnya dengan lemas di salah satu kursi meja makan.Sungguh, ia masih belum bisa meredakan dadanya yan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   237. PENCARIAN

    “Mbak Iren…!” Andini berteriak sambil berlari keluar kamar, menuju kamar Irena. Sesampainya di sana, ia langsung masuk tanpa mengetuk lebih dulu. Kabar yang ingin ia sampaikan sangat penting hingga tidak berpikir panjang.“Mbak….” panggilnya lagi seraya masuk lebih dalam ke kamar kakaknya. “Mbak Ir….” Mulutnya seketika berhenti bersuara, lidahnya mendadak kelu, dan kakinya mematung di tempat saat bukan Irena yang ia dapati di sana, melainkan… suaminya.Bola mata Andini melebar, jantungnya terasa berhenti berdetak. Bagaimana tidak? Di sana, di samping ranjang Irena yang besar, berdiri Prabu dengan tatapan kaget. Pria itu bertelanjang dada. Hanya celana pendek yang membalut tubuh bagian bawahnya.Hening. Seolah dunia sudah kehilangan semua isinya, sebelum jeritan Andini membahana, disusul tubuhnya yang berbalik dan berlari kembali keluar kamar.**“Ceritakan sama Mbak apa yang terjadi?” tanya Irena lembut, meski terdapat kerutan di antara kedua alisnya.Wanita itu duduk di samping Andin

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-28

บทล่าสุด

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   285.

    Andini menghela napas pelan sambil merapikan kerudung kemarin yang dipakainya lagi. Kemeja putih Prabu yang kebesaran kini sudah terganti dengan satu yang sedikit lebih pas—setidaknya tidak membuatnya terlihat seperti memakai daster laki-laki. Ia menemukan kemeja berwarna biru tua di dalam lemari, mungkin milik Prabu saat masih bujangan. Untuk bawahannya, ia beruntung menemukan celana jeans yang tampaknya sudah lama tidak dipakai.“Lumayan…” gumamnya pelan sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Meski masih kebesaran di beberapa bagian, setidaknya ia tidak terlihat seperti peserta lomba kostum paling nyeleneh pagi itu.Di belakangnya, Prabu bersandar di pintu sambil melipat tangan di dada. Kepalanya menggeleng pelan.Mereka keluar kamar setelah Andini merasa rapi, dan belum sempat mereka melangkah, mereka berpapasan dengan Puspita dan Pram yang juga sepertinya baru keluar kamar. Tangan keduanya yang saling mengait mesra menandakan bahwa mereka pasangan yang paling bahagia pagi ini.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   284. TIDAK APA-APA

    Andini menahan napas, seluruh tubuhnya kaku seperti patung lilin. Jari-jarinya masih menempel di pipi Prabu, sementara matanya tak berkedip memandang lelaki itu yang kini membuka mata.Waktu seperti berhenti. Detik terasa seperti menit.Prabu menatapnya dalam diam. Tak ada ekspresi. Tak ada teguran. Tapi juga… tak ada senyum.Andini panik. Apa Prabu marah karena ia sudah lancang? Ah, ia sudah siap jika saja pria itu akan memarahinya.Namun tepat ketika ia hendak membuka mulut untuk meminta maaf atau sekadar mencari alasan, mata Prabu perlahan terpejam lagi. Tubuhnya bergeser sedikit, dan suara napasnya kembali terdengar pelan.“…Din…” gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan dari alam mimpi.Andini menegakkan tubuhnya perlahan. “Mas?” tanyanya pelan, ragu.Tak ada jawaban. Hanya dengkuran lembut sebagai balasan.Andini mematung beberapa detik sebelum menjatuhkan diri ke kasur, punggungnya menghantam ranjang dengan lemas.“Ya Allah…” desahnya lega. “Dia cuma mengigau. Ya ampun, aku kira

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   283. BALADA BAJU DINAS

    Prabu mengangkat alis, meluaskan matanya. “Hmm… ya, ini Oma yang menyiapkan. Kamu bisa pilih salah satunya untuk malam ini,” ujarnya tanpa menoleh. Matanya masih menyapu seluruh koleksi baju di dalam lemari sambil menahan senyum.Andini mendesah frustrasi. Tangannya bersedekap di depan dada. “Aku tidak ganti baju saja,” ujarnya akhirnya, lalu berjalan pelan dan duduk di tepi ranjang. Ada rasa kesal, malu, dan bingung bercampur jadi satu di dalam hatinya. Situasi ini sungguh di luar dugaan.Prabu menutup pintu lemari perlahan, lalu berjalan mendekat ke arah Andini. Tatapannya lembut, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang halus. “Ganti saja, tidak apa-apa. Itu sudah Oma siapkan buat kamu.”Andini mendongak, menatapnya sejenak lalu membuang pandangan lagi. “Aku tidak mungkin memakai pakaian seperti itu, Mas.”“Kenapa?” tanya Prabu, mengangkat satu tangannya, seolah benar-benar tidak mengerti.Wajah Andini memerah. Bibirnya mengatup rapat, mencoba menahan jawaban yang sebetulnya sudah

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   282. ADA KECOA?

    “Prilly sudah tidur?” tanya Andini dengan berbisik saat melihat Puspita bangkit dari ranjang Prilly. Mereka kini berada di dalam kamar di mana Chiara dan Prilly berbagi kamar. Ada dua tempat tidur kecil yang berdampingan di sana. Sengaja disediakan seperti itu agar saat kedua anak itu menginap mereka bisa menghabiskan waktu berdua.Puspita mengangguk. “Sudah, Mbak. Chiara bagaimana?” tanya Puspita balik, juga dengan berbisik.“Sudah,” Andini menjawab pelan sebelum bangkit dan merapikan selimut Chiara.Keduanya lalu keluar dari kamar itu setelah memastikan anak-anak lelap. Mereka baru saja membacakan dongeng pengantar tidur.“Chiara biasa dibacakan buku, ya?” tanya Andini setelah menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati agar anak-anak tidak terganggu dengan suaranya.“Iya, Mbak. Sejak lahir kan, Prilly memang sama aku, jadi setiap mau tidur aku biasakan baca dongeng biar gampang tidurnya. Waktu dia baru lahir aku malah tidur sekamar sama dia, biar gampang kalau dia nangis.”“Ibunya?

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   281. BERARTI

    Suara lembut gesekan sendok dan garpu berpadu harmonis dengan dentingan piano klasik yang dimainkan langsung oleh seorang pianis profesional di sudut ruangan. Lampu gantung kristal berkilau di atas meja makan panjang berlapis taplak renda putih gading, menambah kesan megah di ruang makan utama kediaman keluarga Bimantara.Andini nyaris tak bisa memercayai semua ini. Ia berada di antara keluarga suaminya yang merupakan salah satu konglomerat negeri ini. Opa Rangga—pemilik kerajaan bisnis Bimantara Group—menyambutnya dengan pelukan dan senyum tulus sejak mereka tiba tadi sore. Bahkan Chiara dipeluk hangat oleh Oma, sebelum seorang pelayan membawanya menuju ruang bermain yang diisi segala jenis mainan edukatif impor.Benar-benar penyambutan sempurna untuk seseorang yang menjadi bagian keluarga itu pun tidak sengaja dan tanpa rencana. Sesuatu yang tidak pernah dirasakan oleh kakaknya dulu, kini justru didapatkan secara utuh olehnya. Rasa haru dan syukur membuncah di dada Andini, namun tet

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   280. BAJU DINAS

    Mungkin Prabu memang beruntung pernah memperistri Irena, tapi dirinya … ah, rasanya itu tidak mungkin. Tak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Bahkan menyiapkan sarapan pagi saja masih kerepotan.Andini tersenyum kaku sebelum akhirnya membuka suara lagi. “Kamu udah lama nikah, ya?”Puspita yang saat itu sedang menekuri ponselnya karena baru saja ada pesan masuk, menoleh sekilas. “Belum sampai dua tahun, Mbak,” jawabnya, tangan masih sibuk membalas pesan.“Jadi, kamu nikah umur dua puluh?”“Iya.”“Wah, hebat. Kamu nikah usia muda, tapi langsung bisa ngurus rumah tangga. Ngurus suami, ngurus anak sambung.”Puspita melirik lagi sedikit, lalu kembali pada ponselnya. Bibirnya menahan senyum. “Aku kan, dulu pembantu sebelum nikah sama Mas Pram, Mbak. Jadi, hal seperti itu sudah biasa kulakukan.”“Apa? Pembantu?” suara Andini terdengar sedikit lebih keras dari sebelumnya.“Hmmm…” Puspita mengangguk dan tersenyum lembut. “Aku pembantu di rumah Mas Pram. Bu Soraya, istri pertama Mas Pram y

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   279. IPAR

    Andini melangkah perlahan menyusuri lorong rumah sakit, aroma disinfektan menyambut tiap hembusan napasnya. Dari balik kaca besar ruang NICU, matanya tertuju pada satu inkubator kecil yang menampung makhluk mungil bernama Raja. Ia berdiri dalam diam, menatap dengan tatapan sendu dan penuh rindu. Setiap hari, ada rasa khawatir sekaligus harapan yang bertarung dalam dadanya.Entah sampai kapan Raja akan di sana, karena sampai saat ini pihak rumah sakit belum melaporkan perkembangan signifikan. Menurut mereka, butuh waktu berbulan-bulan hingga ia tumbuh normal seperti bayi yang lahir cukup bulan.Namun, ia dan Prabu akan menunggu waktu itu tiba. Waktu di mana Raja bisa mereka peluk dan bawa pulang. Untuk saat ini, Raja mungkin masih betah di sini karena merasakan ibunya setiap saat. Secara, ini rumah sakit tempat sang ibu bekerja.“Masih tidur, ya?” suara lembut menyapa dari sampingnya.Andini menoleh. Puspita berdiri di sana tanpa ia sadari kedatangannya. Adik iparnya itu tampak begitu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   278. HATI YANG MENGHANGAT

    Prabu dan Chiara bersiap-siap berangkat. Andini membantu membetulkan dasi kecil di leher Chiara yang kini berseragam rapi. Prabu berdiri di dekat pintu, menggenggam tas kerja dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggandeng jemari mungil Chiara.“Hati-hati di jalan, ya,” ucap Andini sambil tersenyum lembut, berdiri di ambang pintu. Ia melambaikan tangan kecilnya—kebiasaan yang mulai terasa hangat setiap pagi.Prabu tersenyum, dan Chiara balas melambaikan tangan. “Kami berangkat dulu, Onti, eh maaf … Mama ….” Chiara menutup mulut dengan lima jari mungilnya.Andini berkedip lembut seraya mengulum senyum. Semua hanya butuh waktu saja sampai mereka terbiasa, karena sejatinya ia pun sedang beradaptasi. Anak sekecil Chiara sudah bagus bisa cepat tanggap.Prabu dan Chiara akhirnya berjalan menyusuri lorong apartemen. Suara ketukan sepatu mereka yang bergema bagai simfoni yang mengalun lembut, membelai dada Andini.Wanita itu masih berdiri di sana, memandangi punggung keduanya yang p

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   277. PERAN BARU

    “Din … kamu lihat dasiku yang navy ada titik kecil putih, tidak?” Suara Prabu terdengar dari kamar, sedikit meninggi karena jarak kamar tidur dan dapur lumayan jauh.Andini sedang berkutat di dapur. Tangannya sibuk mengaduk telur orak-arik sambil sesekali melirik roti yang mulai kecokelatan di toaster. Aroma kopi menguar dari cangkir di sebelahnya. Pagi ini seperti medan perang baginya. Mbak Sri—ART mereka—kebetulan sedang cuti.Kompor menyala, toaster bunyi klik, air galon tinggal sedikit, dan... kakinya hampir terpeleset karena butter yang tadi tumpah dari spatula.Sebagai ibu rumah tangga baru yang belum berpengalaman—karena tiba-tiba menjadi seorang istri dan ibu—tentu saja ini perjuangan tersendiri bagi Andini. Ia yang terbiasa hanya mengurus dirinya sendiri, kini harus membagi tenaga untuk mengurus dan menyiapkan keperluan orang lain.Keadaan jadi sangat riweuh karena Prabu yang sudah terbiasa segala dilayani, dan juga Chiara yang belum bisa mengurus dirinya sendiri—minta dilaya

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status