Share

171. ADU DOMBA

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-16 23:25:44

Keheningan berbalut ketegangan seketika memenuhi ruangan. Pram menatap Regan tanpa kedip. Sementara Regan yang beberapa saat lalu wajahnya memucat, berusaha menguasai keadaan.

"Hei, ada apa ini, Bos? Kenapa menatapku seperti itu?" Regan mengangkat kedua tangannya. "Rekaman apa sebenarnya yang Pak Prabu putar barusan?"

Prabu menggeleng dan tersenyum sinis. "Sepintar ini rupanya asisten adik iparku ini, pantas saja dia bisa tertipu selama ini."

"Maaf, Pak Prabu, apa maksud ucapan Anda?" Regan mengerutkan kening.

"Masih bertanya apa maksudku? Sudah jelas yang menabrak adikku itu mobilmu. Tentu saja itu yang ingin aku sampaikan pada suaminya."

Regan bangkit dari duduknya. Wajahnya memerah. "Anda jangan asal bicara, Pak Prabu. Atas dasar apa Anda menuduh saya?" Telunjuk Regan mengarah ke wajah Prabu.

"Jangan pikir karena Anda seorang konglomerat, orang terpandang, bisa menuduh orang lain sesuka hati. Saya bisa melaporkan Anda atas tuduhan pencemaran nama baik."

"Oh, jadi aku menuduh sesuka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Dhivia Rifki
ga nyangka beneran pengkhianat si Regan
goodnovel comment avatar
Yati Murniati
bukti terakhirnya apa ya kira-kira?
goodnovel comment avatar
Iis istiana
habis regan gomana tu. takut kabur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   172. KEEGOISAN SUAMI

    Pram berlari sekuat tenaga melewati koridor rumah sakit. Tak ada yang dihiraukannya saat ini selain kondisi Puspita. Bahkan Regan yang sudah diyakininya mengkhianatinya, tidak lebih penting dari kondisi Puspita.Napasnya tersengal, keringat dingin membasahi pelipisnya. Sepanjang perjalanan, bayangan wajah Puspita terus menghantui pikirannya. Suara petugas rumah sakit di telepon tadi terus terngiang di telinganya."Pak Pramudya, segera ke rumah sakit. Kondisi istri Anda menurun drastis. Kami sedang melakukan tindakan darurat."Jantung Pram berdegup tak karuan. Ia ingin tiba lebih cepat, namun langkah kakinya seolah terasa lamban dibandingkan kegelisahan yang mencekiknya.Sesampainya di depan ruang ICU, ia melihat para perawat dan dokter tengah sibuk mengerubungi tubuh Puspita yang terbujur lemah di ranjang.Belum apa-apa, Pram sudah merasakan tubuhnya lemah. Ia pernah merasakan sakitnya kehilangan seorang istri yang sangat dicintainya. Apa hal itu akan terulang? Apa ia harus kehilangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   173. BERITA ITU

    “Selamat malam, pemirsa. Jagat maya masih dihebohkan oleh insiden tragis yang terjadi di sebuah gedung perkantoran elite di pusat kota. Sebuah kecelakaan lift maut menelan korban jiwa dan meninggalkan kisah mengerikan yang sulit dilupakan.Kejadian bermula ketika seorang pengusaha berinisial AA bersama istrinya, IH, menghadiri acara bisnis di gedung pencakar langit tersebut. Namun, perjalanan mereka berubah menjadi mimpi buruk saat lift yang mereka naiki mengalami gangguan teknis. Lift mendadak berhenti, membuat mereka terjebak di dalam ruang sempit tanpa udara yang cukup.Setelah beberapa jam dalam kepanikan dan keputusasaan, celah kecil di pintu lift akhirnya terbuka. Melihat kesempatan untuk menyelamatkan diri, AA dengan susah payah berusaha keluar melalui celah sempit itu. Namun, tak ada yang menyangka, nasib buruk justru menimpanya.Tiba-tiba, lift kembali anjlok dengan kecepatan tinggi! Pintu lift menutup dengan keras saat AA masih berada di tengah celah. Tragedi pun terjadi dal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   174. RENDAH DIRI

    Pram membubuhkan cairan sabun dan aromaterapi ke dalam bathtub yang sudah diisi air hangat. Setelahnya, pria itu kembali berjalan menghampiri wanita yang duduk di kursi roda. Ia tersenyum sebelum mengulurkan tangannya untuk membuka handuk yang menutupi tubuh wanita itu.“Mas buka, ya,” pamitnya.Tetapi si wanita menghalau.“Aku saja, Mas. Kalau cuma buka baju, aku juga bisa. Yang cacat cuma kakiku. Tanganku tidak.”Pram menahan napasnya. Ini bukan kali pertama istrinya sensitif seperti itu. Sejak terbangun dari koma dan mendapati dirinya cacat, Puspita memang berubah. Tidak lagi seperti dulu. Hari-harinya hanya dipenuhi dengan kemurungan, bahkan sering putus asa karena merasa dirinya hanya akan menjadi beban.Puspita tidak tahu bahwa keselamatannya laksana mukjizat bagi Pram yang sudah putus asa. Puspita tidak tahu bagaimana bahagianya hati Pram saat dokter mengatakan bahwa keajaiban itu datang. Sejak saat itu, Pram bersumpah akan selalu mendampinginya bagaimanapun keadaannya. Pram be

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   175. MASIH RAGU?

    “Aku bisa sendiri, Mas!” Puspita merebut underwear-nya dari tangan Pram, lalu membungkukkan tubuhnya, mencoba memasangkannya sendiri di kakinya yang tidak dapat digerakkan. Bersusah payah ia berusaha memakai celananya sendiri, tetapi kesulitan. Bahkan, tubuhnya yang duduk di tepi ranjang hampir saja terjatuh jika Pram tak menahannya.Pram membantu menegakkan kembali tubuh itu, lalu mengambil alih pakaian dalam dari tangan Puspita. Ia memakaikannya dengan lembut dan hati-hati hingga terpasang sempurna di tubuh istrinya. Setelahnya, ia juga memakaikan pakaian lainnya hingga sang istri terlihat rapi.Semua ia lakukan dengan lembut dan telaten tanpa berkata-kata. Bukan hanya itu, rambut Puspita pun ia sisir dan ikat hingga rapi. Layaknya seorang ibu kepada putri kecilnya, ia melakukan semua itu dengan penuh kasih.“Mau jalan-jalan ke taman kota?” tanya Pram setelah pekerjaannya selesai.Sore yang cerah di Singapura. Dari jendela apartemen mereka di The Orchard Residences, Pram melihat mat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   176. SUPPORT MEREKA

    “Sayang … Oma di sini.”Pintu apartemen baru saja Pram buka. Prily sedang berjingkrak senang karena akan diajak jalan-jalan, dan Puspita tengah membetulkan letak masker di wajahnya agar menyamarkan luka yang melintang dari tengah dahi ke rahang kirinya, saat suara seseorang dengan riang menyambut mereka di depan pintu.Berdiri di sana sepasang orang tua yang rambutnya sudah memutih semua. Dengan senyum teduh dan sorot mata penuh kerinduan, mereka menatap keluarga kecil itu.“Oma sangat merindukanmu, Puspita.”Wanita sepuh dengan syal membalut lehernya maju dan menghambur memeluk Puspita. Sementara itu, Pram bergegas menghampiri pria yang masih menunggu di luar.“Opa, kenapa tidak mengabari kami mau ke sini?” tanya Pram seraya memeluk pria itu.Sang pria menepuk punggung Pram beberapa kali, lalu melepaskan pelukan. “Oma kalian terus merengek ingin ke sini. Katanya merindukan cucunya. Apa Opa bisa menolak?” ujarnya dengan mimik lucu seolah teraniaya.Pram tersenyum dan menoleh ke arah N

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   177. KESAKSIAN

    “Pram, lusa kamu harus pulang dulu. Kamu harus hadir sebagai saksi di persidangan Arya.” Prabu bicara di telepon dengan kursi yang bergoyang ke sana ke mari. Pena di tangannya diputar-putar secara acak.“Aku tidak bisa meninggalkan Puspita, Bang. Besok jadwal Puspita ke rumah sakit. Operasi di wajahnya akan segera dilakukan.” Jawaban Pram di seberang sana terdengar kebingungan.“Tapi sidang ini juga penting, Pram. Kamu saksi kunci. Kalau kamu belum juga bersaksi, kasus ini tidak akan selesai. Sementara aku sudah muak dengan Arya. Aku ingin semua segera rampung.”“Aku tahu, Bang. Aku juga ingin semuanya segera selesai, tapi Puspita ….”“Mumpung Opa dan Oma di sana bisa menemani ke rumah sakit, sebaiknya kamu pulang barang sehari.”Tidak ada jawaban dari Pram sampai beberapa lama hingga Prabu harus mengulang ucapannya.“Pram, kamu masih di sana, kan?”“Iya, Bang.”“Kamu sudah harus berada di sini pukul sepuluh pagi. Kita harus briefing dulu. Pengacara harus memberikan beberapa instruksi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   178. PENYERANGAN

    Pram menarik napas panjang sebelum mulai melangkahkan kakinya. Meski Prabu dan pengacara sudah menginstruksikan apa saja jawaban yang harus ia berikan saat jaksa nanti bertanya, hatinya tetap saja deg-degan.Bagaimanapun, pria yang sedang diadili itu adalah Arya. Pria yang selama ini ia anggap sebagai ayah kandungnya. Selama hampir tiga puluh tahun hidupnya, ia hanya mengenal Arya sebagai ayah karena menjadi suami ibunya.Meski Arya bukan ayah yang baik untuknya dan juga Sakti, cukup banyak kenangan yang mengikat mereka sebagai keluarga. Berdiri berseberangan dengannya di pengadilan ini tentu saja bukan perkara mudah bagi psikisnya, meski kebencian dan rasa marah membumbung tinggi.Dengan didampingi Prabu dan pengacaranya, serta dikawal beberapa pria berbadan besar di belakangnya, Pram berjalan tegak dengan langkah-langkah panjang. Ia tidak ingin membuang waktu. Hari ini, urusan di sini harus cepat selesai sebelum ia kembali ke Singapura untuk mendampingi Puspita menjalani pengobatann

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   179. VONIS

    Pram menahan napasnya, berusaha meredam gejolak yang berkecamuk dalam dadanya. Tangannya mengepal erat, kukunya hampir menembus telapak. Matanya tetap terfokus ke depan, mengabaikan semua tatapan penuh tanya yang diarahkan padanya.Sidang baru saja dimulai, tapi atmosfer ruang sidang sudah terasa begitu menyesakkan. Hatinya semakin berat saat matanya tanpa sengaja menangkap sosok Arya yang duduk di kursi roda di sisi terdakwa. Tubuh pria itu terlihat lebih ringkih daripada terakhir kali mereka bertemu. Paha yang terputus hingga pangkal membuatnya terlihat kecil dan lemah. Wajahnya tampak pucat, pipinya tirus, dan sorot matanya tak lagi sekokoh dulu. Tatapan itu, mata yang dulu penuh kebanggaan dan otoritas, kini hanya menyiratkan permohonan dan penyesalan yang terlambat.Tidak ada lagi keangkuhan yang menjadi ciri khasnya. Kini ia laksana ternak yang tak berdaya seolah menanti untuk dieksekusi penjagal di rumah pemotongan.Namun, Pram tidak akan terperdaya. Ia harus tetap kuat. Bayanga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22

Bab terbaru

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   200. SULIT DIGAPAI

    Pram mondar-mandir di kamarnya. Kalimat-kalimat Prabu yang tidak dimengertinya terus terngiang-ngiang. Ia masih tidak bisa menyimpulkan arti ucapan itu, tetapi satu hal yang ia yakini—Prabu sedang tidak baik-baik saja.Pram menengadah, lalu meremas rambutnya. Ia ingin bertanya lebih lanjut, tetapi sejak awal Prabu memang bicara tersendat-sendat dan terdengar ragu. Tidak mungkin ia memaksa kakak iparnya itu untuk bicara lebih jelas.Lalu, ia harus bagaimana?Ingin memberi solusi? Bagaimana bisa, jika masalah yang sebenarnya saja ia tidak tahu. Prabu langsung pamit setelah mengatakan itu, dan ia tidak bisa mencegahnya.Andai berada di tanah air, mungkin ia bisa sedikit membantu. Masalahnya, jika pulang pun, bagaimana dengan Puspita?Untuk mengatakan bahwa kakaknya ada masalah saja, rasanya Pram tidak tega. Ia yakin itu hanya akan menjadi beban pikiran bagi istrinya. Pram takut Puspita tidak fokus pada pengobatannya. Belum lagi jika benar-benar ingin berpisah. Lalu, apa yang harus dilaku

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   199. BERSIAPLAH!

    Pram sedang mengemas beberapa barang ke dalam ransel di kamarnya. Ia hanya sedang bersiap jika tiba-tiba Puspita mengatakan ia harus pergi.Bukannya menyerah jika ia melakukan ini sejak dini. Sekali lagi, ia hanya sedang bersiap jika suatu saat Puspita benar-benar tak menginginkannya lagi, karena setelah dua hari semenjak ia bertanya, wanita itu belum juga memberikan jawaban.Puspita seolah menggantung hubungan mereka, membuatnya berada dalam ketidakpastian. Namun, Pram sama sekali tak marah atau menyalahkan istrinya karena ia pun dulu pernah melakukan hal yang sama. Mengabaikan Puspita dalam ketidakjelasan hubungan sejak Soraya meninggal. Membuat Puspita tenggelam dalam pusaran keputusasaan. Mungkin, ini juga yang dirasakan Puspita saat itu.Semua yang terjadi padanya saat ini seolah pantulan cahaya dalam cermin. Semua berbalik padanya. Apa yang pernah ia lakukan pada Puspita dulu, kini berbalik dirinya yang harus merasakan semua ini.Pram mengembuskan napas panjang. Kini Puspita sed

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   198. KELUARGA BIMANTARA

    "Duduklah," ujar Ny. Bimantara akhirnya, sambil menunjuk kursi di seberang mereka.Irena duduk dengan tangan terkepal di pangkuannya. Perutnya terasa mual, bukan karena makanan, tapi karena suasana kaku yang menyesakkan.Pelayan datang dan mulai menyajikan makanan. Namun, bahkan setelah hidangan tersaji, tidak ada obrolan yang mengalir. Prabu sesekali mencoba mencairkan suasana dengan bertanya tentang kesehatan Opa dan Oma, tetapi jawaban yang didapat hanya sekadarnya."Jadi bagaimana, Opa, Oma? Pendapat kalian tentang rencana kami ke depannya?" Prabu terpaksa bertanya lebih dulu karena kedua orang tua itu tak kunjung bertanya sesuatu tentang mereka.Hening beberapa saat, membuat Prabu yang menunggu menjadi tidak sabar.Irena mencuri pandang ke arah Opa Rangga. Lelaki tua itu duduk dengan postur tegak, sorot matanya masih tajam meski usianya sudah senja. Lalu, tiba-tiba, pria itu meletakkan garpunya, membuat dentingan kecil yang menarik perhatian semua orang."Prabu," suaranya terdeng

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   197. IRENA

    Irena menatap dirinya di depan cermin. Seorang wanita empat puluh tahun terpampang di sana dengan wajah yang sudah dipoles make-up flawless. Garis kerutan memang jauh darinya karena ia selalu menjaga pola makan dan olahraga yang teratur. Tapi rasanya, senyum sudah jarang ia sunggingkan dalam kehidupan pribadinya.Jika pun selama ini terkesan ramah dan selalu ceria, itu hanya untuk para pasien dan siapa pun yang ia temui di rumah sakit. Selebihnya, bibirnya jarang sekali tersenyum. Perpisahan dengan Radit yang berbuntut perebutan hak asuh Chiara membuat hari-harinya seolah suram.Memang ia masih bisa menemui sang anak selama Chiara dalam pengasuhan mantan suaminya itu, tetapi dalam waktu yang sangat terbatas dan tentu saja harus mengikuti aturan Radit. Tidak bisa bertemu dan menumpahkan rindu dengan leluasa.Irena sangat menyesali hari-hari yang telah lewat. Ia terlalu sibuk bekerja hingga waktu untuk bersama Chiara sangat sedikit. Dan itu ternyata membuat Chiara lebih dekat dengan aya

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   196. PASRAH

    Pram mengganjal kepalanya dengan kedua tangan. Kini ia berbaring di sofa dengan tatapan lurus ke langit-langit. Ada banyak hal berputar-putar di kepalanya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.Puspita tidak memberikan jawaban apa pun. Dan ia memang sengaja memberikan waktu untuk istrinya itu untuk memikirkan masak-masak keputusannya. Dan apa pun nanti yang akan dikatakan wanita itu, ia harus siap. Bahkan hal terburuk sekalipun.Pram tidak ingin lagi menyakiti hati wanita itu. Sudah terlalu sering ia membuat Puspita terluka. Dan jika dengan menjauh darinya bisa membuat wanita itu bahagia, akan ia lakukan. Tidak ada lagi paksaan, tidak akan ada lagi drama. Ia juga tak akan menggunakan Prily sebagai alasan untuk menahan Puspita tetap di sisinya.Prily harus bisa tanpa Puspita jika wanita itu sudah tak lagi menghendaki mereka di sisinya. Dan tugasnya adalah membuat Prily mengerti, walaupun ia belum tahu apa yang harus ia lakukan nanti untuk membuat anak itu lepas.Entah sudah berapa b

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   195. APA YANG KAMU INGINKAN?

    Pramudya berjongkok di hadapan Prily, tangannya mengelus lembut punggung gadis kecil itu yang terus memeluk Puspita erat. Wajahnya berusaha menampilkan kelembutan, tapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. Rasa bersalah.Selama perjalanan mereka menuju unit, Prily bahkan terus berjalan di samping kursi roda Puspita, seolah merasakan firasat yang kurang baik. Lalu, setelah mereka tiba, ia sama sekali tak ingin melepaskan wanita yang sudah dianggapnya ibu kandung itu."Sayang, sama Mbak Sari dulu, ya? Mama mau istirahat dulu biar cepat sembuh," bujuk Pram dengan suara selembut mungkin.Prily bukannya melepaskan pelukan di pinggang Puspita, tetapi justru semakin erat. Kepalanya menggeleng dan menyuruk."Lily butuh tidur siang supaya nanti bisa main lagi, ya. Ayo ikut Mbak Sari, ganti baju dulu, keringatan," lanjut Pram.Prily menggeleng semakin kuat, wajah mungilnya menekan perut Puspita. "Nggak mau. Lily mau tidur sama Mama."Puspita mengusap kepala Prily dengan tatapan l

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   194. SALAH FAHAM ITU

    Puspita merasakan dunianya berguncang. Kata-kata Haidar seperti pukulan telak yang mengusik keyakinannya selama ini. Ia selalu berpikir bahwa Haidar pergi meninggalkannya begitu saja, tetapi jika yang dikatakan pria itu benar, maka ada seseorang yang dengan sengaja menjauhkan mereka.“Ini tidak mungkin,” gumamnya lirih, matanya menatap tajam ke arah Haidar. “Bukannya selama ini Akang yang ninggalin aku? Akang yang membatalkan rencana kita? Akang yang mundur karena orang tua Akang tidak setuju karena aku seorang janda dan hanya wanita miskin?”“Itu tidak benar. Orang tua Akang bahkan terus menanyakan janji Akang yang akan membawa kamu pada mereka. Mereka sangat ingin bertemu kamu, Pita. Mereka mengira Akang sedang berhalusinasi tentang kamu karena kenyataannya kamu tidak ada.” Haidar menjelaskan dengan suaranya yang serak.Puspita menggeleng keras. Matanya memanas. “Ini tidak mungkin, Kang. Tidak mungkin … Akang yang ninggalin aku.”Haidar mengembuskan napas panjang. "Tapi kenyataannya

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   193. DINGIN

    Malam ini, kamar yang biasanya terasa hangat oleh percakapan ringan dan tawa kecil kini diselimuti kesunyian yang menyesakkan. Puspita sudah lebih dulu berbaring, membelakangi Pramudya, seolah menutup dirinya dari segala bentuk interaksi. Biasanya, sebelum tidur, ia akan menunggu Pram mendekat, mengusap punggungnya yang lelah, lalu mereka akan bercanda—entah soal hal-hal kecil yang terjadi hari itu atau tentang Prily yang selalu meminta perhatian berlebihan padahal Puspita belum pulih. Tapi malam ini berbeda.Pramudya berdiri di ambang tempat tidur, menatap punggung Puspita yang tak bergerak. Napasnya teratur, tapi Pram tahu istrinya belum tidur. Sejenak, ia ingin mengulurkan tangan, menyentuh bahunya, mengembalikan kebiasaan mereka yang telah terbangun begitu lama. Namun, sesuatu yang tak kasatmata menghalangi langkahnya. Ada dinding tak terlihat yang kini memisahkan mereka.Tanpa suara, Pram naik ke tempat tidur, berbaring dengan posisi yang berlawanan. Biasanya, ia akan langsung me

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   192. BERBEDA

    Puspita memejamkan matanya, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan sesaat setelah pintu kamarnya tertutup. Tadi, Prily memeluk pinggangnya erat. Tidak mau melepaskannya, tetapi Pram terus membujuk anak itu hingga akhirnya berhasil membawanya keluar dari sana.Entahlah, kenapa situasi kembali seperti ini. Padahal hidupnya sudah terasa tenang meski belum sepenuhnya pulih. Bersama Pram dan Prily ia bahagia di sini meski sedang menjalani pengobatan. Siapa sangka kehadiran Haidar membuat semuanya berbeda.Puspita memijat pelipisnya. Mencoba mengingat kejadian sebelum ia kehilangan kontak dengan pemuda satu kampungnya itu. Benar-benar tidak ada perpisahan di antara mereka, hingga ia sempat masih berharap.Lalu setelah lama tidak ada kabar dari pemuda itulah ia mulai membuka hati untuk Pram. Saat itu ia mengira orang tua Haidar tidak menyetujui hubungan mereka karena dirinya hanya seorang wanita miskin, janda pula. Tentu saja Haidar yang anak pemilik perkebunan dan pabrik teh di sana diha

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status