Share

125. SURAT WASIAT

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-22 14:47:45

“Untuk apa dia di sini?” Pram bertanya dengan nada tegas, menatap ayahnya tajam, setelah beberapa saat ia hanya mematung dalam ketidakpercayaan.

Arya mengangkat alis. “Imel adalah pendampingku sekarang. Tentu saja dia berhak tahu tentang semua ini.”

“Ini urusan keluarga, bukan orang luar,” balas Pram dengan suara tinggi. Ia selalu tidak bisa mengontrol diri jika sudah berhadapan dengan ayahnya.

“Hati-hati bicara, Nak!” Arya memperingatkan dengan nada tajam. “Aku masih ayahmu. Aku berhak menentukan apa pun atas keluarga ini.”

Pram berdiri dari duduknya. Matanya memicing tajam.

“Berhak apa?” Pram mengangkat tangannya. “Pak Arya bahkan tidak lagi peduli bagaimana kondisi anak. Sekarang aku tanya, apa Pak Arya pernah menanyakan kabar Sakti? Menanyakan perkembangan psikisnya? Tidak sama sekali!”

“Itu karena kamu membawa Sakti pergi, Pram! Seharusnya kamu tidak membawanya pergi dari rumah!”

“Lalu, aku harus membiarkan adikku sendiri di rumah yang kepala keluarganya saja tidak peduli padanya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Maysaroh Anisah
syukurinn tuhh Arya gak kebagian kan .. mantap thorr kasih jerah buat Arya biar gk sombong
goodnovel comment avatar
afin vicki
gk sabar nunggu lnjutanya
goodnovel comment avatar
endang setyorini
puasss bgt bacanya...Arya gigit jari nggak dapet apa²,habis ini Imel ninggalin dia terus deketin sakti dengan segala drama nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   126. CUKUP!

    Ruangan itu mendadak hening mencekam setelah suara pukulan keras terdengar. Semua orang bahkan menahan napas. Pram memegang pipinya yang memerah, matanya tetap tajam menatap Arya.Sementara Arya menatap tangannya yang bergetar. Tangan yang baru saja meninggalkan jejak. Bukan hanya di kulit wajah Pram, tetapi juga di hati anak-anaknya.Semua orang membeku, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Semua berlangsung begitu cepat.Imel memegang lengan Arya, berusaha menenangkannya, namun pria itu malah menghempaskan tangan wanita itu dengan kasar.“Apa ini, Pak Arya?” tanya Pram akhirnya dengan suara berat dan bergetar. “Apa ini wujud kasih sayang seorang ayah?” sindirnya.Arya memejamkan matanya sebentar. Lehernya terlihat bergerak berat, tanda ia menelan ludah dengan susah payah.“Maaf, Pram. Tapi kamu keterlaluan,” ujar Arya kemudian dengan suara melemah. “Ayah tahu kamu mencintai ibumu, tapi aku juga ayahmu, bukan? Aku berhak mendapat penghormatan darimu.”Giliran Pram yang me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   127.

    “Cukup! Jika Anda tidak mampu mengontrol emosi, saya akan meminta Anda meninggalkan ruangan ini, Pak Arya!” Suara Chandra akhirnya menggelegar memenuhi ruangan saat Arya semakin brutal. Pria itu bahkan menyingkirkan tubuh ringkih Sakti karena menghalanginya.Arya menatap Chandra dengan tatapan yang nyaris meledak. “Kau pikir siapa dirimu, hah?! Berani menyuruhku keluar?!”“Sebagai pengacara yang ditunjuk oleh almarhumah Hasna Subrata, saya punya hak penuh untuk memastikan pelaksanaan wasiat ini berlangsung tanpa hambatan. Jadi, tolong, Pak Arya, kendalikan diri Anda, atau saya akan memanggil pihak keamanan.”Arya mendengus dengan wajah merah padam, tetapi ia menahan diri untuk tidak melangkah lebih jauh meski dadanya masih turun naik, pertanda emosinya masih meluap.“Sekali lagi, kalau Anda tidak kooperatif, saya akan panggil petugas, Pak Arya!” Ucapan Chandra lebih seperti ancaman. Pria paruh baya itu sengaja berdiri menghalangi tubuh Pram dan Sakti.Arya masih mengendalikan dirinya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   128.

    Pram mengembuskan napasnya, lalu menahan tangan Puspita yang masih mengoleskan salep.“Tidak bisa begitu, Sayang. Itu wasiat Ibu, dan Ibu tidak akan membuat keputusan seperti itu tanpa alasan.”“Tapi bagaimana kalau Tuan Arya terus mempermasalahkan warisan itu?”Pram meneguk ludahnya dulu. “Kalau itu pasti. Kita tahu Ayahku seperti apa. Dia bahkan sudah sesumbar tidak akan menerima begitu saja wasiat ini.”“Mas ….” Puspita menggenggam tangan suaminya. Tatapannya penuh kekhawatiran. “Aku takut, Mas ….” Genggamannya semakin menguat.“Takut apa?” Mata Pram memicing.“Aku takut terjadi sesuatu yang buruk sama kamu.”Kedua sudut bibir Pram tertarik ke samping. Ia mengerti Puspita sangat mengkhawatirkannya.“Sayang, jangan berpikir terlalu jauh. Semua akan baik-baik saja. Hanya saja, mungkin sejak saat ini kamu dan kita semuanya harus lebih waspada dalam segala sesuatunya. Kamu tidak boleh keluar rumah tanpa pengawalan, ya. Dan terutama jangan ke mana pun tanpa seizinku. Lalu jika di tempat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   129.

    “Kalau Mas bilang sangat beruntung, kamu percaya tidak?” tanya Pram lembut. Matanya yang sedikit bengkak menatap penuh cinta.Tatapan yang tidak pernah terbayang di benak Puspita akan ia dapatkan dari pria itu, mengingat dulu begitu dingin dan penuh kebencian.“Beruntung apanya, Mas? Aku sama sekali tidak memiliki kelebihan dibandingkan Bu Soraya. Semua yang aku miliki tidak lebih baik dari istri pertamamu.”“Siapa bilang?”“Itu benar, kan?”“Salah.”“Salahnya di mana?”“Kita urai satu-satu, ya. Kamu lebih muda dari Soraya.”“Itu bukan kelebihan.”“Kamu muda tapi pikiranmu dewasa. Kamu bisa mengurus anak padahal belum menjadi ibu. Kamu bisa berperan menjadi ibu padahal belum pernah melahirkan. Bagi Mas, itu suatu kelebihan.”Pram menjeda kalimatnya, memberikan waktu untuk Puspita mencerna ucapannya.“Yang kedua, kamu bisa bersabar berbulan-bulan dengan tetap mengurus Mas dan Prily, padahal tidak pernah diperlakukan layaknya seorang istri. Tidak akan banyak wanita seperti itu, Sayang.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   130.

    Dengan keranjang bunga di tangan, Puspita berjalan di samping suaminya. Pakaian serba hitam, masker hampir menutupi sebagian wajah, sebelah tangannya menggamit lengan suaminya. Mereka berjalan menyusuri gang kecil berumput di mana kanan dan kirinya berbaris rapi kotak-kotak persegi panjang berukuran sama, di mana bagian ujungnya terdapat batu nisan bertuliskan nama seseorang.Mereka terus berjalan menuju tempat peristirahatan terakhir Soraya. Ini kali pertama Puspita diajak ke sana setelah permintaannya.Dulu, saat pemakaman kakak madunya itu, ia tidak ikut karena harus menjaga Prily di rumah. Pram melarangnya ikut karena tidak mau Prily dibawa ke sana.Hari-hari setelah kepergian Soraya pun ia tidak bisa berkunjung ke sana, karena Prily tidak bisa terlepas. Ia bukan tidak tahu jika Pram hampir setiap hari datang ke sana. Duka yang teramat dalam karena kepergian istri pertamanya itu, membuat Pram seperti tidak rela Soraya meninggalkannya.Tentu saja Puspita tahu itu, dan ia tidak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   131. SKAKMAT

    “Sayang … apa yang terjadi?” Suara Pram cukup nyaring, membuat wanita yang sudah melayangkan tangan ke arah Puspita mengurungkan niat. Tangannya menggantung di udara seiring dadanya yang bergerak cepat.“Imel! Apa yang kamu lakukan di sini?” Pram berbalik menghadap wanita dengan wajah merah setelah memeluk istrinya yang tetap terlihat tenang. Mata Pram menatap tajam seolah ingin menguliti wanita di hadapannya.“Kamu mau mengganggu istriku lagi?” bentak Pram penuh emosi, membuat wanita di hadapannya menelan ludah dengan susah payah. Wajahnya memucat.“Aku … Puspita yang menggangguku.” Imel menjawab konyol, mencoba membela diri. “Dia mengatai dan ingin menyerangku.”Pram nyaris terbahak. Lucu sekali wanita pucat itu. Mencoba membalikkan situasi seolah sedang bicara dengan orang dungu.“Anak SD sekalipun akan tahu siapa yang mengganggu dan siapa yang diganggu,” Pram berkata tegas.“Apa maksud kamu, Mas Pram?” Imel salah tingkah.Pram memiringkan bibirnya. “Lihat kamu sedang berada di man

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   132. ANAK MACAM APA?

    “Apa yang diinginkan ayahmu, Mas?” tanya Puspita sambil memegangi lengan Pram.Pram memejamkan mata sebentar sebelum menjawab. Mereka kini dalam perjalanan pulang. Entah berapa kali ia menghubungi orang rumah untuk memastikan agar tidak mengizinkan Arya masuk.“Mas juga tidak tahu, Sayang. Mas takut Sakti kenapa-napa," jawab Pram lirih.Puspita menelan ludah dengan susah payah. Melihat suaminya yang tegang dan sangat khawatir, ia ikut cemas. Walaupun belum tahu apa yang sedang terjadi di rumah, ia yakin pria yang berstatus ayah mertuanya itu tengah membuat masalah baru—sebuah makar buntut dari wasiat yang tidak sesuai harapannya.Puspita teringat perkataan Imel tadi bahwa Arya akan melakukan apa pun untuk mengambil apa yang kini dimiliki Pram. Penjemputan paksa Sakti pastilah salah satunya.Puspita tidak habis pikir. Kenapa ada orang tua seperti Arya yang terus mengusik bahkan sanggup mengorbankan anak demi ambisi dan hasrat sendiri? Bukankah sebagai seorang ayah seharusnya ia mengede

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   133. JANGAN SUNGKAN

    “Bos, ingat siang ini ada meeting dengan Pak Prabu. Jangan diundur lagi, tetap usung profesionalisme karena itu yang akan dinilai relasi.”Pram memejam mendengar ujaran Regan yang masuk membawa sebuah dokumen. Bukan tanpa alasan jika Regan mengingatkan seperti itu. Sudah berkali-kali Pram menunda untuk meeting dengan Prabu karena persoalan pribadi. Regan takut Prabu yang sudah berbaik hati menawarkan kerja sama akhirnya membatalkan karena menilai Pram tidak profesional.“Seharusnya bos bersyukur Pak Prabu selalu bersedia dan mau mengerti untuk menukar waktunya karena bos berhalangan. Saya takutnya ia menilai kita tidak profesional dan tidak kompeten, Bos. Ingat, perusahaan ini berada di ujung tanduk. Jangan pernah sia-siakan kesempatan ini.”Regan memaparkan panjang lebar opininya karena dirasa Pram mulai keterlaluan. Selalu menunda-nunda untuk bertemu Prabu. Regan bukan tidak mengerti kondisi Pram saat ini yang tengah dilanda banyak permasalahan keluarga, hanya saja profesionalisme t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   156. SHOCK

    “Sayang ….”Nyonya Rangga menghampiri Puspita yang masih bersandar di pangkuan Pram. Wanita berambut putih itu dibimbing suaminya karena ia pun terlihat oleng. Kedua matanya dipenuhi embun tebal. Kedua tangannya gemetar saat ingin meraih Puspita.“Sayangku … ini Oma, Sayang … pantas saja Oma langsung menyukaimu begitu kita bertemu ….” Suaranya pun gemetar. Wanita itu ingin meluruh, tetapi suaminya melarang. Menahan tubuh sepuh itu agar tetap berdiri.“Pram, bawa istrimu ke kamar kalian,” perintah Rangga karena tidak tega melihat Puspita yang sangat lemah. Hanya matanya yang berkedip lemah.“Biarkan Puspita istirahat di sana. Ada dokter dan perawat yang akan mengecek kesehatannya,” lanjutnya seraya meminta dua orang panitia laki-laki untuk datang.Tapi saat mereka ingin membantu mengangkat tubuh Puspita, Pram melarang. Ia tidak ingin istrinya disentuh pria lain.“Aku bisa sendiri,” ujarnya seraya bangkit. Sebelumnya, Puspita dipegangi Rangga dan istrinya.“Kalau begitu gunakan lift unt

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   155. TIDAK JADI

    Puspita merasakan dadanya sesak seolah oksigen tidak mau masuk ke paru-parunya. Pandangannya berkunang-kunang, dan tubuhnya terasa lemas. Semua yang baru saja tersaji di depan matanya seolah cerita dongeng fantasi yang hanya ada dalam khayalan.Otaknya mendadak tidak bekerja hingga sulit mencerna apa yang baru saja terjadi. Suara melengking Tika yang memanggil namanya dan meminta tolong masih terngiang hingga memekakkan telinga. Tetapi, slide-slide nyata dalam kehidupan yang dijalaninya terus berputar di kepalanya.Tubuhnya nyaris terjengkang jika Pram tidak sigap menangkapnya. Pram sampai duduk bersimpuh untuk menahan tubuh Puspita yang tidak bertenaga sama sekali. Tubuh wanita itu ia sandarkan di pangkuannya. Sejatinya, ia pun terlalu kaget dengan semua ini hingga tak mampu melakukan apa pun selain ternganga.Nama Putra Pradipta ia sebut dua kali saat menikahi Puspita sebagai ayahnya, tetapi siapa sangka jika itu adalah Pradipta Putra Bimantara, anak tunggal Rangga Bimantara dan jug

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   154. BERCANDA?

    Ruangan mendadak penuh dengan gemuruh para tamu yang saling berbicara heran, sebelum akhirnya pandangan mereka tertuju pada Puspita yang mulutnya menganga.Wanita itu sejak tadi sudah merasa lelembutnya tak lagi di sana. Bahkan suara Prabu bagai seorang pendongeng yang jauh dan hanya terdengar suaranya saja.Yang dirasakan Puspita adalah kembali ke masa lalu, masa-masa kecilnya yang penuh kebahagiaan bersama kedua orang tuanya. Sebelum akhirnya semua kebahagiaan itu direnggut paksa darinya bersamaan dengan meninggalnya orang tuanya.Puspita di sini, tapi hati dan pikirannya kembali ke masa-masa itu. Masa-masa yang diceritakan Prabu. Semua tergambar dengan jelas dalam ingatannya, seperti yang terjadi dalam semua slide foto itu.Puspita masih mematung. Ia tidak mengerti apa arti semua ini. Sementara mata semua orang kini tertuju padanya. Sebagian menatap iba, sebagian lagi meremehkan, dan sebagian lainnya tampak bingung. Semua orang di sana kembali berdengung, saling bicara sambil menat

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   153. ADIK PRABU

    “Ini adalah orang tua saya.”Prabu menunjuk layar besar yang kini menampilkan pasangan muda yang sangat serasi. Tampan dan cantik.“Pradipta Putra Bimantara dan Riyanti Rahman,” lanjut Prabu dengan bangga."Mereka pasangan yang bahagia dan saling mencintai. Sayangnya ….” Prabu menjeda kalimat, terlihat ada napas yang berat untuk diembuskan. Kilat luka berpendar di matanya.“Ibu saya harus meninggalkan kami semua saat menghadirkan saya ke dunia. Ibu saya berpulang dan meninggalkan luka yang mendalam untuk ayah saya.” Akhirnya, Prabu menarik napas meski terlihat sangat berat.Semua hadirin sepertinya ikut larut dengan apa yang Prabu rasakan. Terlebih ada getar dalam kalimat terakhir Prabu. Nyonya Rangga yang berdiri didampingi suaminya, juga Tika, bahkan sudah menghapus sudut matanya dengan tisu.“Ayah saya frustrasi berat atas meninggalnya wanita terkasih hingga akhirnya memutuskan menanggalkan semua yang sudah ia miliki sebagai satu-satunya penerus Bimantara Group. Ayah pergi jauh den

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   152. CERITA PRABU

    Puspita menoleh dan mendapati Pram yang menatapnya kesal. Ternyata pria itu menunggunya. Hanya saja, saking tidak mau bicara, sang suami hanya menatapnya.Puspita mengerjap dan menunduk, lalu menghampiri Pram dan mengekorinya. Mereka bergabung dengan tetamu lain yang sudah menyimak Prabu di panggung sana.Baru saja beberapa detik mereka bergabung, seseorang datang dan berdiri di samping Pram. Lalu mengucapkan kalimat yang membuat mood Pram semakin buruk.“Halo, anak laki-lakiku, aku tidak menyangka akan bertemu di sini denganmu.”Pram menelan ludah tanpa melirik sama sekali. Ia mencoba fokus pada Prabu di depan sana.“Oh, ya, perkenalkan dulu, ibu barumu,” lanjut suara itu seraya menunjuk wanita muda yang bergelayut manja di lengannya.“Mungkin kamu belum tahu kalau kami sudah menikah secara resmi, Pram. Jadi mulai sekarang hormati Imel sebagai istriku, ya.”Pram sama sekali tidak peduli, mencoba mengabaikan apa pun yang Arya ucapkan. Jika pun ada banyak hal yang ingin ia bicarakan, b

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   151.

    Puspita sontak menarik tangannya dari genggaman Prabu. Seakan tersengat, matanya membelalak lebar. Ia tidak menyangka Pram menemukannya di sini. Dalam keadaan yang akan membuatnya semakin salah paham.Lorong yang sepi pun terasa sangat mencekam saat Pram melangkah mendekat. Suara ketukan sepatunya yang bersatu dengan lantai berlomba dengan detak jantung Puspita yang melonjak-lonjak.“Jadi … memang begini perbuatan kalian di belakangku?” tanya Pram dengan tatapan perpaduan antara kekecewaan dan kemarahan. Ada luka juga di sana.Puspita menggeleng cepat. Ia ingin menyangkal, tetapi Pram dengan cepat mendahului.“Apa kamu mau bilang lagi ini tidak seperti yang aku pikirkan?” tanya Pram sinis. “Jadi, apa yang harus aku pikirkan melihat istriku berduaan bahkan berpegangan dengan pria lain?”“Mas ….” Kepala Puspita semakin menggeleng. Bibirnya bergetar.“Kemarin kamu bisa bilang aku salah paham karena hanya melihat foto. Apa aku masih salah paham juga jika sudah melihat dengan mata sendiri

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   150. TOLONGLAH

    Puspita mencuri-curi pandang saat Pram berbincang dengan Rangga dan istrinya. Ia mencari keberadaan Prabu. Ia berharap bisa bicara dengan pria itu sebelum acara dimulai. Sayangnya, pria itu tidak terlihat di mana pun di ruangan itu. Matanya justru menangkap seseorang yang wajahnya sangat familiar.Puspita sampai terjengkit kaget.Di sana, di antara para tamu undangan yang ia yakin semuanya adalah relasi bisnis keluarga Bimantara, ia melihat ada pria berusia lebih dari setengah abad yang menatap sinis ke arahnya.Puspita mengucek matanya setelah beberapa saat terperangah. Sayangnya, setelah ia mengucek mata, orang itu sudah tak terlihat lagi di sana. Puspita berkedip beberapa kali, lalu mencari dengan matanya ke semua penjuru ruangan, tetapi ia tidak mendapati orang yang dicarinya.Wanita itu kemudian menggeleng. Mungkin ia sedang berhalusinasi karena melihat pamannya berada di antara para tamu undangan.Bagaimana mungkin sang paman ada di sana? Bukankah semua tamu hanya dari kalangan

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   149. PESTA APA?

    Puspita menarik napas panjang sebelum turun dari mobil. Dadanya terasa sangat sesak karena selama dalam perjalanan menuju rumah keluarga Bimantara itu, tak sepatah kata pun Pram berucap. Mereka hanya saling diam meski duduk berdampingan.Saat menerima surat undangan dari Prily, sebenarnya ia malas untuk ikut datang. Toh, hubungannya dengan Pram sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, Pram hanya menitipkan surat itu pada anaknya. Sebenci itukah Pram padanya, bahkan sekadar menyampaikan kartu undangan saja tidak sudi?Kalau mau egois, Puspita lebih baik tidak ikut datang. Toh, ia juga tidak tahu pesta apa gerangan yang harus dihadirinya itu. Namun, ia tidak ingin Pram malu. Ia bahkan masih memikirkan reputasi Pram meski sang suami sedang marah padanya.Lagipula, bukankah di sana ia bisa bertemu dengan Prabu? Ini kesempatan baik, harus ia gunakan untuk meminta tolong Prabu menjelaskan yang sesungguhnya. Bagaimanapun caranya, ia harus bicara dengan pria itu. Jika bukan pada kesempatan ini, i

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   148. BERNYALI ATAU TIDAK?

    Wanita berrok pendek berlari menuju pintu ruangan Prabu saat mendengar suara gaduh dari dalam sana. Ia sebenarnya sudah curiga sejak awal karena tamu bosnya datang dengan wajah tegang dan penuh amarah.Suara bentakan terdengar menggema di ruangan megah itu. Sekretaris membuka pintu dan langsung memekik melihat bosnya tersungkur di lantai dengan tamunya masih melayangkan tangan.Wanita itu berlari untuk melerai, berusaha menenangkan Pram yang tengah dikuasai amarah. Setelahnya, ia membantu Prabu untuk bangun dan memapahnya ke sofa.Pram berdiri dengan rahang mengeras, napasnya memburu. Tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan amarah yang membara dalam dadanya.Sementara itu, Prabu yang kini duduk bersandar di sofa mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Tatapannya tetap lurus di wajah merah Pram. Senyum sinis tersungging dari bibir pecah Prabu. Sama sekali tidak ada rasa marah atau takut yang ia tampakkan."Beginikah cara seorang Pramudya Adiguna menyelesaikan masalah?" tanya Prabu san

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status