Share

124. HARI YANG DITUNGGU

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 23:31:36

Malam itu, Puspita tidak bisa memejamkan mata. Wajah Tika terus membayang dalam benaknya. Perasaan janggal yang mengganggu hatinya semakin menguat, membuatnya gelisah di tempat tidur. Ia yakin perempuan yang dilihatnya di pesta tadi adalah Tika, sepupunya yang dulu sangat dekat dengannya. Tapi penyangkalan dari perempuan itu benar-benar menusuk hati. Seolah ia sok akrab hanya karena Tika sekarang cucu keluarga kaya.

Pram, yang juga belum tidur, sangat mengerti apa yang dirasakan istrinya. Ia beringsut mendekati Puspita yang berbaring menyamping, membelakanginya. Tangannya perlahan menyusup di antara pinggang dan tangan sang istri. Lalu memeluknya lembut. Mencium dan menghirup dalam-dalam tengkuknya yang menguarkan aroma mawar yang lembut. Berharap bisa menenangkan wanita yang tampak rapuh itu.

“Kamu masih memikirkan dia, Sayang?” tanyanya lembut.

Puspita mengangguk pelan. “Aku tidak mengerti, Mas. Itu jelas Tika. Tapi dia tidak mengenaliku. Apa aku terlihat seperti penjilat yang sok a
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
ning eyka
di Part sebelumnya Jadi Penasaran apakah sebenernya Puspita itu cucu dari keluarga Terkaya itu yg di Tukar dengan Tika. Dan Disini di buat geram dengan Imel yg tidak tahu malu. namanya juga Novel... ikuti saja Alurnya deh.
goodnovel comment avatar
Iis istiana
imel ikut patut puspita pon ada ya. tapi rasanya wasiap ibu nya apa ya . atau jgn² wasiat nya untuk puspita kot
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
hoekkk...pasti Imel deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   125. SURAT WASIAT

    “Untuk apa dia di sini?” Pram bertanya dengan nada tegas, menatap ayahnya tajam, setelah beberapa saat ia hanya mematung dalam ketidakpercayaan.Arya mengangkat alis. “Imel adalah pendampingku sekarang. Tentu saja dia berhak tahu tentang semua ini.”“Ini urusan keluarga, bukan orang luar,” balas Pram dengan suara tinggi. Ia selalu tidak bisa mengontrol diri jika sudah berhadapan dengan ayahnya.“Hati-hati bicara, Nak!” Arya memperingatkan dengan nada tajam. “Aku masih ayahmu. Aku berhak menentukan apa pun atas keluarga ini.”Pram berdiri dari duduknya. Matanya memicing tajam.“Berhak apa?” Pram mengangkat tangannya. “Pak Arya bahkan tidak lagi peduli bagaimana kondisi anak. Sekarang aku tanya, apa Pak Arya pernah menanyakan kabar Sakti? Menanyakan perkembangan psikisnya? Tidak sama sekali!”“Itu karena kamu membawa Sakti pergi, Pram! Seharusnya kamu tidak membawanya pergi dari rumah!”“Lalu, aku harus membiarkan adikku sendiri di rumah yang kepala keluarganya saja tidak peduli padanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   126. CUKUP!

    Ruangan itu mendadak hening mencekam setelah suara pukulan keras terdengar. Semua orang bahkan menahan napas. Pram memegang pipinya yang memerah, matanya tetap tajam menatap Arya.Sementara Arya menatap tangannya yang bergetar. Tangan yang baru saja meninggalkan jejak. Bukan hanya di kulit wajah Pram, tetapi juga di hati anak-anaknya.Semua orang membeku, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Semua berlangsung begitu cepat.Imel memegang lengan Arya, berusaha menenangkannya, namun pria itu malah menghempaskan tangan wanita itu dengan kasar.“Apa ini, Pak Arya?” tanya Pram akhirnya dengan suara berat dan bergetar. “Apa ini wujud kasih sayang seorang ayah?” sindirnya.Arya memejamkan matanya sebentar. Lehernya terlihat bergerak berat, tanda ia menelan ludah dengan susah payah.“Maaf, Pram. Tapi kamu keterlaluan,” ujar Arya kemudian dengan suara melemah. “Ayah tahu kamu mencintai ibumu, tapi aku juga ayahmu, bukan? Aku berhak mendapat penghormatan darimu.”Giliran Pram yang me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   127.

    “Cukup! Jika Anda tidak mampu mengontrol emosi, saya akan meminta Anda meninggalkan ruangan ini, Pak Arya!” Suara Chandra akhirnya menggelegar memenuhi ruangan saat Arya semakin brutal. Pria itu bahkan menyingkirkan tubuh ringkih Sakti karena menghalanginya.Arya menatap Chandra dengan tatapan yang nyaris meledak. “Kau pikir siapa dirimu, hah?! Berani menyuruhku keluar?!”“Sebagai pengacara yang ditunjuk oleh almarhumah Hasna Subrata, saya punya hak penuh untuk memastikan pelaksanaan wasiat ini berlangsung tanpa hambatan. Jadi, tolong, Pak Arya, kendalikan diri Anda, atau saya akan memanggil pihak keamanan.”Arya mendengus dengan wajah merah padam, tetapi ia menahan diri untuk tidak melangkah lebih jauh meski dadanya masih turun naik, pertanda emosinya masih meluap.“Sekali lagi, kalau Anda tidak kooperatif, saya akan panggil petugas, Pak Arya!” Ucapan Chandra lebih seperti ancaman. Pria paruh baya itu sengaja berdiri menghalangi tubuh Pram dan Sakti.Arya masih mengendalikan dirinya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   128.

    Pram mengembuskan napasnya, lalu menahan tangan Puspita yang masih mengoleskan salep.“Tidak bisa begitu, Sayang. Itu wasiat Ibu, dan Ibu tidak akan membuat keputusan seperti itu tanpa alasan.”“Tapi bagaimana kalau Tuan Arya terus mempermasalahkan warisan itu?”Pram meneguk ludahnya dulu. “Kalau itu pasti. Kita tahu Ayahku seperti apa. Dia bahkan sudah sesumbar tidak akan menerima begitu saja wasiat ini.”“Mas ….” Puspita menggenggam tangan suaminya. Tatapannya penuh kekhawatiran. “Aku takut, Mas ….” Genggamannya semakin menguat.“Takut apa?” Mata Pram memicing.“Aku takut terjadi sesuatu yang buruk sama kamu.”Kedua sudut bibir Pram tertarik ke samping. Ia mengerti Puspita sangat mengkhawatirkannya.“Sayang, jangan berpikir terlalu jauh. Semua akan baik-baik saja. Hanya saja, mungkin sejak saat ini kamu dan kita semuanya harus lebih waspada dalam segala sesuatunya. Kamu tidak boleh keluar rumah tanpa pengawalan, ya. Dan terutama jangan ke mana pun tanpa seizinku. Lalu jika di tempat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   129.

    “Kalau Mas bilang sangat beruntung, kamu percaya tidak?” tanya Pram lembut. Matanya yang sedikit bengkak menatap penuh cinta.Tatapan yang tidak pernah terbayang di benak Puspita akan ia dapatkan dari pria itu, mengingat dulu begitu dingin dan penuh kebencian.“Beruntung apanya, Mas? Aku sama sekali tidak memiliki kelebihan dibandingkan Bu Soraya. Semua yang aku miliki tidak lebih baik dari istri pertamamu.”“Siapa bilang?”“Itu benar, kan?”“Salah.”“Salahnya di mana?”“Kita urai satu-satu, ya. Kamu lebih muda dari Soraya.”“Itu bukan kelebihan.”“Kamu muda tapi pikiranmu dewasa. Kamu bisa mengurus anak padahal belum menjadi ibu. Kamu bisa berperan menjadi ibu padahal belum pernah melahirkan. Bagi Mas, itu suatu kelebihan.”Pram menjeda kalimatnya, memberikan waktu untuk Puspita mencerna ucapannya.“Yang kedua, kamu bisa bersabar berbulan-bulan dengan tetap mengurus Mas dan Prily, padahal tidak pernah diperlakukan layaknya seorang istri. Tidak akan banyak wanita seperti itu, Sayang.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   130.

    Dengan keranjang bunga di tangan, Puspita berjalan di samping suaminya. Pakaian serba hitam, masker hampir menutupi sebagian wajah, sebelah tangannya menggamit lengan suaminya. Mereka berjalan menyusuri gang kecil berumput di mana kanan dan kirinya berbaris rapi kotak-kotak persegi panjang berukuran sama, di mana bagian ujungnya terdapat batu nisan bertuliskan nama seseorang.Mereka terus berjalan menuju tempat peristirahatan terakhir Soraya. Ini kali pertama Puspita diajak ke sana setelah permintaannya.Dulu, saat pemakaman kakak madunya itu, ia tidak ikut karena harus menjaga Prily di rumah. Pram melarangnya ikut karena tidak mau Prily dibawa ke sana.Hari-hari setelah kepergian Soraya pun ia tidak bisa berkunjung ke sana, karena Prily tidak bisa terlepas. Ia bukan tidak tahu jika Pram hampir setiap hari datang ke sana. Duka yang teramat dalam karena kepergian istri pertamanya itu, membuat Pram seperti tidak rela Soraya meninggalkannya.Tentu saja Puspita tahu itu, dan ia tidak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   131. SKAKMAT

    “Sayang … apa yang terjadi?” Suara Pram cukup nyaring, membuat wanita yang sudah melayangkan tangan ke arah Puspita mengurungkan niat. Tangannya menggantung di udara seiring dadanya yang bergerak cepat.“Imel! Apa yang kamu lakukan di sini?” Pram berbalik menghadap wanita dengan wajah merah setelah memeluk istrinya yang tetap terlihat tenang. Mata Pram menatap tajam seolah ingin menguliti wanita di hadapannya.“Kamu mau mengganggu istriku lagi?” bentak Pram penuh emosi, membuat wanita di hadapannya menelan ludah dengan susah payah. Wajahnya memucat.“Aku … Puspita yang menggangguku.” Imel menjawab konyol, mencoba membela diri. “Dia mengatai dan ingin menyerangku.”Pram nyaris terbahak. Lucu sekali wanita pucat itu. Mencoba membalikkan situasi seolah sedang bicara dengan orang dungu.“Anak SD sekalipun akan tahu siapa yang mengganggu dan siapa yang diganggu,” Pram berkata tegas.“Apa maksud kamu, Mas Pram?” Imel salah tingkah.Pram memiringkan bibirnya. “Lihat kamu sedang berada di man

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   132. ANAK MACAM APA?

    “Apa yang diinginkan ayahmu, Mas?” tanya Puspita sambil memegangi lengan Pram.Pram memejamkan mata sebentar sebelum menjawab. Mereka kini dalam perjalanan pulang. Entah berapa kali ia menghubungi orang rumah untuk memastikan agar tidak mengizinkan Arya masuk.“Mas juga tidak tahu, Sayang. Mas takut Sakti kenapa-napa," jawab Pram lirih.Puspita menelan ludah dengan susah payah. Melihat suaminya yang tegang dan sangat khawatir, ia ikut cemas. Walaupun belum tahu apa yang sedang terjadi di rumah, ia yakin pria yang berstatus ayah mertuanya itu tengah membuat masalah baru—sebuah makar buntut dari wasiat yang tidak sesuai harapannya.Puspita teringat perkataan Imel tadi bahwa Arya akan melakukan apa pun untuk mengambil apa yang kini dimiliki Pram. Penjemputan paksa Sakti pastilah salah satunya.Puspita tidak habis pikir. Kenapa ada orang tua seperti Arya yang terus mengusik bahkan sanggup mengorbankan anak demi ambisi dan hasrat sendiri? Bukankah sebagai seorang ayah seharusnya ia mengede

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   206. HARI-HARI TEGAR

    Sejak saat itu, Puspita berusaha menyingkirkan semua pikiran yang bisa menghambat proses penyembuhannya. Ia ingin fokus pada kesehatannya, ingin benar-benar sembuh sebelum kembali ke Indonesia.Termasuk urusan pernikahannya dengan Pram. Bukan tak ada niatan memperbaiki apa yang sudah retak, toh rasa bersalah dan cintanya masih sangat besar. Sebesar harapannya untuk bisa kembali bersama.Hanya saja, untuk saat ini, ia benar-benar ingin fokus menjalani pengobatan agar segera sembuh dan bisa kembali ke tanah air dalam kondisi benar-benar pulih. Toh, kalau memang masih berjodoh, Tuhan akan membuka jalan untuk mereka. Namun, jika Pram sudah lelah dengan dirinya dan ingin melepasnya, ia juga tidak akan memaksa.Pram berhak bahagia dengan pilihannya. Mungkin kelak ia akan menemukan wanita yang benar-benar mencintainya dan ia butuhkan, bukan hanya sebagai pendamping, tapi juga sebagai ibu sambung yang baik untuk Prily.Puspita sudah berada di titik pasrah. Hanya bisa mendoakan kebaikan mereka

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   205. TAKDIR

    Puspita terdiam cukup lama. Terlalu lama bahkan, hingga membuat Sari mulai takut jika Puspita akan menyetujui permintaan Haidar. Permintaan yang tidak masuk akal dan tidak tahu malu menurut pengasuh itu. Bagaimana bisa seorang laki-laki berkata demikian kepada wanita bersuami? Apa pun yang terjadi pada mereka di masa lalu, bukankah itu sudah berlalu?Kenapa Puspita begitu mudah goyah dan membiarkan dirinya terjebak dalam lingkaran rasa yang tidak seharusnya? Bukankah yang ia lihat selama ini pernikahannya dengan Pram sangat bahagia? Pram bahkan memperlakukannya bak ratu, terlepas dari berkali-kali cobaan menerpa biduk mereka.Sari nyaris tak mengedipkan mata menunggu Puspita menjawab. Ia takut melewatkan apa pun yang akan keluar dari mulut majikannya. Ditatapnya Puspita yang masih membisu dan Haidar yang menunggu penuh harap bergantian, hingga ….“Maaf, Kang … aku tidak bisa,” ucap Puspita akhirnya, dengan suara yang pelan tetapi penuh keteguhan.Haidar mengerjapkan mata, seakan tidak

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   204. PERTEMUAN ITU

    “Ibu yakin?” tanya Sari menatap ragu saat Puspita mengatakan ingin bertemu Haidar. Karena ia sangat tahu apa yang menyebabkan hubungan majikannya berantakan seperti ini.Dan kini, saat laki-laki itu datang lagi, Puspita masih mengatakan ingin menemuinya.“Iya, tapi antar aku, ya. Temani aku bicara dengannya.”Sari tertegun sebelum akhirnya mengangguk, lalu mendorong kursi roda menuju pintu. Farah yang tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi dengan Puspita, memutuskan mendampinginya juga untuk turun.Sepanjang perjalanan menuju lantai dasar di mana Haidar menunggu, tidak ada yang bicara sepatah kata pun. Baik Sari maupun Farah, apalagi Puspita, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sari ingin melarang dan memperingatkan, tetapi ia tidak kuasa. Sementara Farah yang melihat wajah Puspita dan Sari sangat serius, tidak berani bertanya karena ia orang baru. Baru beberapa menit lalu mengenal Puspita.Lalu Puspita, kepalanya penuh dengan rangkaian kalimat yang sudah ia susun.Tiba di

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   203. KACAU

    Puspita menggenggam ponselnya erat, berulang kali mencoba menghubungi Prabu. Namun, hasilnya tetap sama—tidak bisa dihubungi. Ia berusaha mengatur napas, tetapi dadanya terasa sesak. Pikirannya berkecamuk, menebak-nebak apa yang sedang terjadi di tanah air.Oma masuk rumah sakit? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa ia tidak tahu apa pun? Kenapa Prabu tidak menjawab teleponnya?Ia ingin pulang. Ia ingin segera kembali ke tanah air, ke keluarganya. Namun, tubuhnya masih lemah. Kakinya belum bisa digerakkan dengan baik. Luka di wajahnya belum sepenuhnya pulih. Bagaimana mungkin ia kembali dalam keadaan seperti ini? Bahkan untuk berdiri pun masih terasa sulit.Air matanya mengalir deras, jatuh ke pangkuannya. Kepalanya mulai berdenyut karena tekanan yang ia rasakan semakin berat. Ia ingin bertanya kepada Opa, tapi pria itu pasti sedang sibuk menjaga Oma di rumah sakit. Tidak mungkin ia mengganggu.Ketidakberdayaan itu menusuknya dari segala arah. Ia merasa sendirian, terjebak di negeri o

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   202. KOSONG

    Puspita duduk di kursi rodanya dengan tatapan kosong. Ruang terapi di Mount Elizabeth Hospital yang biasanya penuh semangat kini terasa dingin dan sepi. Sari berdiri di sisinya, memberikan dukungan moral, tetapi itu tidak cukup. Biasanya, Pram yang ada di sana. Biasanya, Pram yang menggenggam tangannya sebelum terapi dimulai, memberikan kata-kata penyemangat dengan suara lembutnya.Hari ini, Pram tidak ada.Puspita menggigit bibirnya, menahan isakan yang mengancam pecah. Sejak Pram pergi bersama Prily kemarin, ia belum sekali pun mendengar kabarnya. Tidak ada pesan. Tidak ada telepon. Pram benar-benar menghilang dari kehidupannya dalam sekejap. Dan itu sangat menyakitkan."Bu, kita mulai, ya?" sapa terapis yang sudah bersiap membantunya menjalani sesi latihan hari ini.Puspita hanya mengangguk lemah. Ia memaksa tubuhnya untuk fokus, tetapi hatinya berantakan. Setiap gerakan yang biasanya ia lakukan dengan penuh usaha kini terasa lebih berat dari sebelumnya. Ketika kakinya mencoba berg

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   201. MIMPI ATAU MIMPI?

    “Mas …” panggil Puspita di antara napasnya yang memburu. Pandangan diedarkan ke sekeliling, tapi yang ia dapati hanya ruangan kosong dengan dinding-dinding bisu. Ternyata ia berada di dalam kamarnya.Puspita mengerjap dan menyeka peluh di pelipisnya. Mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ini. Tadi pinggangnya pegal karena terlalu banyak duduk, ia meminta Sari membantunya untuk berbaring. Lalu ia sengaja memejamkan matanya agar tak terjadi kontak dengan Pram. Siapa sangka ia malah tertidur dan didatangi mimpi buruk yang capeknya terbawa ke dunia nyata.Mimpi?Ya, tadi ia bermimpi sangat mengerikan. Pram terjatuh saat ingin menyelamatkannya. Dan itu seperti sangat nyata.“Mas …” panggil Puspita lagi seraya menyibak selimutnya, lalu menurunkan kaki dari ranjang. Saat ia berusaha untuk berdiri, ia memekik dan tubuhnya langsung ambruk ke lantai.Puspita meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia bahkan lupa jika kakinya belum berfungsi sebagaimana mestinya. Mimpi yang terasa nya

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   200. SULIT DIGAPAI

    Pram mondar-mandir di kamarnya. Kalimat-kalimat Prabu yang tidak dimengertinya terus terngiang-ngiang. Ia masih tidak bisa menyimpulkan arti ucapan itu, tetapi satu hal yang ia yakini—Prabu sedang tidak baik-baik saja.Pram menengadah, lalu meremas rambutnya. Ia ingin bertanya lebih lanjut, tetapi sejak awal Prabu memang bicara tersendat-sendat dan terdengar ragu. Tidak mungkin ia memaksa kakak iparnya itu untuk bicara lebih jelas.Lalu, ia harus bagaimana?Ingin memberi solusi? Bagaimana bisa, jika masalah yang sebenarnya saja ia tidak tahu. Prabu langsung pamit setelah mengatakan itu, dan ia tidak bisa mencegahnya.Andai berada di tanah air, mungkin ia bisa sedikit membantu. Masalahnya, jika pulang pun, bagaimana dengan Puspita?Untuk mengatakan bahwa kakaknya ada masalah saja, rasanya Pram tidak tega. Ia yakin itu hanya akan menjadi beban pikiran bagi istrinya. Pram takut Puspita tidak fokus pada pengobatannya. Belum lagi jika benar-benar ingin berpisah. Lalu, apa yang harus dilaku

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   199. BERSIAPLAH!

    Pram sedang mengemas beberapa barang ke dalam ransel di kamarnya. Ia hanya sedang bersiap jika tiba-tiba Puspita mengatakan ia harus pergi.Bukannya menyerah jika ia melakukan ini sejak dini. Sekali lagi, ia hanya sedang bersiap jika suatu saat Puspita benar-benar tak menginginkannya lagi, karena setelah dua hari semenjak ia bertanya, wanita itu belum juga memberikan jawaban.Puspita seolah menggantung hubungan mereka, membuatnya berada dalam ketidakpastian. Namun, Pram sama sekali tak marah atau menyalahkan istrinya karena ia pun dulu pernah melakukan hal yang sama. Mengabaikan Puspita dalam ketidakjelasan hubungan sejak Soraya meninggal. Membuat Puspita tenggelam dalam pusaran keputusasaan. Mungkin, ini juga yang dirasakan Puspita saat itu.Semua yang terjadi padanya saat ini seolah pantulan cahaya dalam cermin. Semua berbalik padanya. Apa yang pernah ia lakukan pada Puspita dulu, kini berbalik dirinya yang harus merasakan semua ini.Pram mengembuskan napas panjang. Kini Puspita sed

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   198. KELUARGA BIMANTARA

    "Duduklah," ujar Ny. Bimantara akhirnya, sambil menunjuk kursi di seberang mereka.Irena duduk dengan tangan terkepal di pangkuannya. Perutnya terasa mual, bukan karena makanan, tapi karena suasana kaku yang menyesakkan.Pelayan datang dan mulai menyajikan makanan. Namun, bahkan setelah hidangan tersaji, tidak ada obrolan yang mengalir. Prabu sesekali mencoba mencairkan suasana dengan bertanya tentang kesehatan Opa dan Oma, tetapi jawaban yang didapat hanya sekadarnya."Jadi bagaimana, Opa, Oma? Pendapat kalian tentang rencana kami ke depannya?" Prabu terpaksa bertanya lebih dulu karena kedua orang tua itu tak kunjung bertanya sesuatu tentang mereka.Hening beberapa saat, membuat Prabu yang menunggu menjadi tidak sabar.Irena mencuri pandang ke arah Opa Rangga. Lelaki tua itu duduk dengan postur tegak, sorot matanya masih tajam meski usianya sudah senja. Lalu, tiba-tiba, pria itu meletakkan garpunya, membuat dentingan kecil yang menarik perhatian semua orang."Prabu," suaranya terdeng

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status