Keesokan paginya. Tim penelitianNorthern Union Lootberkumpul di ruang kerja lantai dua. Namun, pagi ini tak hanya ada aku, Johan dan Edgar saja di ruangan ini. Tapi juga ada Jaimerson. Kami bertiga tengah duduk di bangku meja panjang, sembari papan tulis besar di depan meja panjang. Johan tengah menerangkan langkah selanjutnya untuk melanjutkan penelitian kami, dengan papan tulis yang ditempeli kertas berukuran besar. Terlihat juga sebuah kardus besar berisi berbagai macam tumpukan serta gulungan kertas berbagai ukutan. Kami semua menyiapkan catatan untuk menyalin hasil pemaparan Johan.Kertas besar yang tertempel menunjukkan gambar samping sebuah struktur pulau. Sebuah pulau berbentuk lonjong dengan semacam pembatas berwarna biru melengkapi setengah gambarnya. Bentukan pulau di bawah batas biru terlihat lebih lebar ketimbang di atasnya. Terlihat pula beragam tulisan tangan Johan disekitar gambar tersebut. Samar-samar menerangkan apa yang ada dalam
Kamis, 23 Desember 2004. Tersisa tiga hari sebelum Hari Natal tiba. Disaat orang lain menjeda pekerjaanya untuk menghabiskan sekitar tiga minggu bersama keluarga dalam menyambut datangnya Natal, disinilah kami, sibuk melanjutkan penelitian Northern Union Loot. Mobil MPV berwarna silver yang ku kendarai berjalan begitu lengang di jalanan. Tentu saja, Bristol tak begitu padat kendaraan saat waktu masih menunjukkan pukul 09:00 pagi. Bahkan Edgar yang duduk di jok depan terlihat begitu tenang menaiki mobil yang kukendarai, menatap keluar jendela sembari menikmati kentang tumbuk berlumur kacang merah yang tersaji dalam wadah stereofoam. Dapat kulihat jelas dari jendela mobilku, mulai dari setiap sudut jalanan, trotoar, atap rumah, meja dan kursi di luar restoran mulai diselimuti salju yang tebal. Para pejalan kaki yang hilir-mudik mengenakan pakaian tebal tak lupa sarung tangan, sama seperti yang Edgar dan aku kenakan. Asap makanan Edgar tak ada apa-apanya dibandingkan dengan asap yang k
Jumat, 24 Desember 2004. Dibutuhkan waktu sekitar 12 jam penerbangan yang harus kami tempuh untuk sampai di negara Skotlandia, tepatnya di Bandara Glasgow. Penerbangan panjang ini begitu melelahkan, bahkan untuk seorang Arkeolog yang sudah lama melakukan berbagai macam penelitian. Kami memutuskan untuk beristirahat di motel terdekat dari bandara kemudian melanjutkan perjalanan menuju Blackwaterfoot di keesokan harinya. Pukul 12 siang, tengah hari. Kini kami telah sampai di Blackwaterfoot, tepatnya di bibir pantai yang terletak di barat daya desa, lokasi yang ditetapkan Johan untuk melakukan survei. Berdasarkan penuturan warga dan tokoh masyarakat setempat, pantai ini biasanya dijadikan lokasi wisata untuk para turis dari luar Skotlandia. Namun, dikarenakan musim dingin telah dimulai hingga cuaca menjadi sulit untuk diprediksi, maka pantai ini ditutup untuk sementara waktu. Begitulah musim dingin, tampilan langit yang cerah sudah tak bisa dipercaya. Walau kami bertiga sudah mengenaka
Eksplorasi dimulai. Pantai di barat daya Blackwaterfoot berangsur hilang dari pandangan seiring dengan kapal layar menjauhi. Arus laut yang mengantarkan kapal begitu tenang, meski sesekali gelombang laut menggulung mencipta tanjakkan pelayaran. Layar menggembung seiring angin mendorong, menambah laju kapal yang sudah dilengkapi generator pendorong bawaan. Pada pelayaran ini, Doktor Wesley bertindak sebagai nahkoda. Di dalam ruang kemudi yang dilengkapi jendela horizontal, dengan telaten ia mengoperasikan kemudi kapal sambil sesekali memperhatikan jarum kompas di genggamannya. Selagi Doktor Wesley mengemudikan kapal, penumpang lain termasuk aku tengah berdiri di atas dek luar. Menikmati pelayaran yang disertai desiran angin kencang, hingga membuat mata para penumpang memicing karena tak kuasa menahan hembusannya. Ditengah pelayaran, aku berjalan menuju bagian belakang dek, mencoba memandang lamat-lamat pantai yang kami jauhi sembari menadahkan tangan di atas dahi, mencegah desiran an
Tak ada banyak hal yang bisa kami lakukan kini, selain menunggu Doktor Archie dan Doktor Sabrina kembali dari penyelaman. Edgar tak henti-henti memperhatikan Anemometer yang baling-balingnya terus berputar. Johan terus menggenggam erat tiang pembatas di pinggir dek kapal, pandangannya tak lepas dari lautan, terus berharap Doktor Archie dan Doktor Sabrina kembali dengan aman. Meski belum sama sekali mendapatkan data-data berarti dalam survei hari ini, aku tetap mencatat setiap detil kemajuan yang kami dapatkan dalam jurnal penelitian. Mulai dari para peneliti SAMS yang menjemput kami di pesisir pantai Blackwaterfoot hingga kami sampai di wilayah laut tepat di pertengahan Pulau Arran dan Semenanjung Kintyre. Tak banyak yang kuketahui terkait rekam jejak historikal Firth of Clyde, selain apa yang telah disampaikan oleh Johan pada rapat. Karena sejatinya wilayah ini tak terlalu populer bagi sebagian besar rakyat Britania, terkecuali mereka yang merupakan warga negara Skotlandia. Meski be
Satu minggu telah berlalu semenjak survei pertama penelitian Northern Union Loot berubah menjadi tragedi mengenaskan. Selama satu minggu tim SAR dikerahkan untuk mencari keberadaan Johan dan Edgar. Namun tak membuahkan hasil sama sekali. Firth of Clyde terlalu luas, serta laut yang pasang turut menyulitkan pencarian. Laut yang pasang, gelombang laut yang mengamuk serta rendahnya suhu lautan di musim dingin. Kemungkinan selamat begitu kecil. Aku begitu berat menerima fakta ini. Namun apa daya, tak ada yang bisa kusangkal lagi. Satu minggu berlalu semenjak Johan dan Edgar dinyatakan tewas dalam survei penelitian. Selama itu pula Natal berlangsung. Disaat semua orang tengah merayakan Natal dengan bahagianya, tak sama halnya dengan para jajaran CBA, yang telah kehilangan dua orang Arkeolog kebanggaannya. Kepulan awan hitam menutupi pancaran mentari siang ini. Berlangsung lama, namun tak ada tanda-tanda hujan akan datang, hanya sekelibat gemuruh guntur dan kilat yang mengiringi. Langit s
Semua sudah terungkap, alasan mengapa Sir Edric memberi tugas kepada Elly untuk mengungkap keberadaan Northern Union Loot, serta tragedi kelam yang terjadi dibalik pencarian itu. Nafas Elly berubah sesak, begitu berat dia mendengarkan semua yang telah diungkapkan oleh Bernard. Bahkan tangannya tak berhenti gemetar, perlahan air mata mulai mengalir. "Jadi, yang kubaca selama ini adalah hasil penelitian ayahku. Sir Edric sudah tahu siapa aku hingga mencetak ulang hasil penelitian ini dengan huruf braile. Kenapa Sir Edric tidak memberitahukan ini dari awal? Kenapa ayah tidak merujuk catatan historis kerajaan? Kenapa? KENAPA!? KENAPA DIA BISA SECEROBOH ITU," maki Elly.Elly tak bisa lagi berpikir jernih. Pilu berkecamuk dalam hati dan pikirannya. Hanya bisa memaki. Seakan niatnya sedari awal mulai diguncang hebat. Dia mulai menunduk, mencengkram kuat kepalanya, berteriak karena tak mampu mengatasi kebingungan yang begitu pekat menutupi jalan pikirannya. Reaksi Elly membuat Albert dan Wi
Langit malam kota Blackpool terkesan sendu, bulan dan bintang terpandang samar tertutup awan mendung. Sunyi terpancar di jalan utama kota Blackpool, mobil-mobil yang melintas bisa dihitung jari. Sebuah mobil Limousin menyusuri jalan kota yang sepi itu, didampingi dua mobil Mercedes Benz yang melintas sejajar di depannya. Di dalam mobil Limousin, Sir Edric terus memandang keluar jendela dengan raut lara dan mata sembab menghiasi wajahnya."Kau belum tidur dua hari ini, Sir. Istirahatlah sejenak, perjalanan kita ke Scarborough masih panjang," imbau pengawal Sir Edric yang duduk berhadapan dengannya.Sir Edric dapat mendengar jelas imbauan pengawalnya, namun pandangannya tak kuasa beralih dari jendela. "Sudah tiga hari semenjak pertemuanku dengan Eleanor. Selama itu pula aku tidak bisa semenitpun tenang. Pergerakan mereka semakin lama semakin mengkhawatirkan. CBA dan SAMS sudah menerima imbasnya. Entah siapa lagi yang akan meregang nyawa," ucap Sir Edric yang masih memandang keluar jende