Kim menyentuh bahu Eun Tak perlahan. "Aku akan membantumu untuk membayar hutang-hutangmu. Aku masih memiliki sedikit tabungan. Jika digabungkan dengan penjualan rumah ini mungkin cukup membayar tiga perempat dari hutang itu. Dan kau bisa tinggal bersama kami. Itu akan jauh lebih baik," ujar Kim.
"Aku tau, itu adalah tabungan pendidikan untuk Hyun Jae,kan? Mana mungkin aku bisa memakainya. Tidak, aku tidak bisa. Itu milik Hyun. Aku tidak bisa,Kim." "Aku tidak apa- apa. Kau tidak bisa terpuruk seperti ini. Ayolah, izinkan aku untuk membantumu."Eun Tak menunduk sedih. Belum lagi kering air mata akibat kehilangan suaminya, kini masalah lain datang melanda. Eun Tak menghela napas panjang berulang-ulang. "Ak-aku tidak tau apa yang harus aku lakukan saat ini. Tapi, mengenai tawaranmu biar aku pikirkan lagi."
"Pikirkanlah lagi, Eun. Aku tidak masalah jika kau tinggal bersama kami. Hyun Jae pasti juga akan merasa senang jika kau tinggal bersama kami."888 dan 444 berjalan mendekat menghampiri Eun Tak dan Kim. Hyun Jae yang melihat hal itu bergegas menghampiri ibunya. Tanpa sengaja, tangan Hyun Jae menyentuh ujung pakaian 888. Dan, ekspresi gadis kecil itu berubah seketika. Ia menatap tajam ke arah 888 dan 444. Kedua malaikat maut itu saling berpandangan melihat tatapan Hyun Jae yang seolah sedang menghakimi mereka.
"Ibu, bagaimana jika kita menginap disini atau bibi Eun Tak saja yang menginap. Ya, tidak usah lama, dua atau tiga hari saja. Bagaimana bu?"tanya Hyun Jae. Kim menatap putrinya itu. Melihat sorot mata Hyun Jae yang memohon membuat Kim merasa tidak tega.Kim menepuk bahu Eun Tak. "Sepertinya Hyun Jae benar. Kau tidak boleh di biarkan sendiri disini. Bagaimana jika kau ikut kami pulang saja."
Eun Tak nampak berpikir sesaat, dan akhirnya ia beranjak menuju ke kamarnya untuk membereskan barang-barangnya. "Baiklah, aku akan ikut kalian," kata Eun Tak sambil tersenyum dan mengelus rambut Hyun Jae.888 menatap Hyun Jae kesal. "Kau mencampuri urusan langit sekali lagi," kata 888. Hyun Jae tidak menjawab karena Kim sedang memperhatikannya. Ia hanya menahan senyuman yang hampir berkembang di bibir mungilnya. Hyun Jae melihat gambaran kematian Eun Tak yang menggantung dirinya sendiri. Hyun Jae tidak mau hal itu terjadi. Maka, ia mengambil inisiatif untuk membawa Eun Tak bersamanya dan Kim.
Merasa Eun Tak terlalu lama, Kim menyuruh Hyun Jae duduk menunggu. Sementara, ia sendiri menyusul Kim ke kamarnya.
"Kau ini nakal sekali sih. Kau mencampuri urusan langit. Seharusnya, kau dan ibumu pulang saja. Tidak perlu mengajaknya segala," omel 888 pada Hyun Jae. "Aku kan sudah bilang, aku akan membantu orang lain. Jika kematian yang memang sudah seharusnya, tidak akan aku ikut campur. Tapi, aku melihat bibi Eun Tak menggantung dirinya sendiri di tengah rumah. Apa aku harus tinggal diam? Kau ini tega sekali.""Bukan tega, memang itu sudah tugasku. Kau ini pernah melihat sebelumnya malaikat maut mencegah kematian?""Karena bukan tugasmu aku ya mewakilinya."888 merengut kesal. Bukan tidak mungkin, kematian Eun Tak akan tertunda karena campur tangan Hyun Jae. Ia melihat amplop yang ada di balik pakaiannya. Dan, benar saja. Kertas berisi data Eun tak kini menjadi kertas kosong tanpa tulisan.
"Kenapa kertasnya menjadi kosong 888?" tanya 444.888 mendengus sebal. Ia melirik Hyun Jae yang sedang tersenyum penuh kemenangan. "Tentu saja hilang, karena gadis ini menyelamatkannya," jawab 888 sambil melangkah pergi. 444 yang kebingungan langsung menyusul langkah 888. Dan dalam sekejap mata, mereka menghilang. Hyun Jae pun bisa bernapas dengan lega.
Tak lama kemudian, Kim dan Eun Tak muncul dan mereka pun bergegas untuk pulang. Jarak antara rumah Kim dan Eun tak tidak terlalu jauh. Namun, mereka memutuskan untuk naik bus saja.
Namun, saat di halte Hyun Jae melihat 888 dan 444. Masih dengan pakaian yang sama. Namun, saat di perhatikan mereka berdua tidak mengenakan pin di dada mereka. Sehingga Eun Tak dan Kim mengangguk ramah pada keduanya.
"Ibu bisa melihat mereka berdua?" bisik Hyun Jae. "Tentu saja, sejak tadi mereka sudah berdiri di sana Hyun. Bagaimana mungkin ibu tidak melihat mereka."Hyun Jae mendelik dan mencibirkan bibirnya kepada 888 yang juga sedang menatapnya sebal. Ia merasa bertambah sebal saat 888 dan 444 menaiki bus yang sama dengan mereka.
"Paman mengikuti kami?" tanya Hyun Jae sebal. Kim langsung menyikut lengan putrinya itu. "Hyun, tidak sopan. Maafkan putri saya ya." "Tidak apa- apa. Kami pernah beberapa kali bertemu, jadi adik kecil ini mungkin menganggap kami ini penguntit," jawab 444 sopan. Kim menoleh pada Hyun Jae . "Benar apa yang paman ini katakan?" tanya Kim memastikan. Hyun Jae menarik napas panjang dan menganggukkan kepalanya. "Benar bu, beberapa waktu yang lalu, kami bertemu di halte bus saat aku hendak berangkat sekolah. Dan, saat kita pulang dari Mall minggu lalu.""Ah, maaf saya kurang memperhatikan."444 hanya tersenyum kecil. "Tidak mengapa. Oya, siapa namamu adik kecil?" tanya 444.
"Namaku Hyun Jae. Dan paman?""Aku Chin Hae dan dia Kim Young Jo.""Namaku juga Kim," sahut Kim kepada 888 dan 444."Ah, kebetulan sekali."Berbeda dengan 444 yang nampak berbaur. 888 hanya diam sambil sesekali mencuri pandang ke arah Hyun Jae. Sudah kedua kalinya tugasnya di gagalkan oleh Hyun Jae. Dan, 888 merasa kesal sekali.
"Ingat, kita masih punya perjanjian,"bisiknya pada Hyun Jae yang kebetulan duduk di samping nya. "Ya, tentu saja aku ingat . Tapi, perjanjian itu di mulai jika aku menjadi polisi nanti," jawab Hyun Jae berbisik juga. "Kau ini memang gadis kecil yang licik sekali," gerutu 888."Aku mendengar ucapanmu," balas Hyun Jae.444 yang melihat kelakuan 888 dan Hyun Jae hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak lama, bus pun sampai ke halte selanjutnya. Kim dan Eun Tak pun bergegas turun. Sementara 888 dan 444 melanjutkan ke halte berikutnya.
"Kau kenapa Hyun? Sepertinya kau tidak suka dengan kedua paman tadi?" tanya Kim. "Tidak juga bu, aku hanya sebal saja melihat paman yang bernama Kim Young Jo itu. Dia sama sekali tidak ramah. Lihat saja wajahnya garang dan tidak bisa tersenyum," jawab Hyun Jae.Kim dan Eun Tak hanya bisa tertawa mendengar perkataan Hyun Jae.
"Mereka keliatan ramah dan baik kok, mereka juga cukup tampan," seloroh Eun Tak. "Tampan? Ah, bibi ini. Tampan dari sebelah mananya bi?""Bibimu benar Hyun. Mereka memang tampan kok," sahut Kim. Merasa kalah dan malas berdebat Hyun Jae memilih diam dan tak menjawab lagi. Hanya dalam hati, ia berharap tidak melihat lagi malaikat kematian berjalan di dekatnya.888 mengejar Hyun Jae yang berjalan pergi meninggalkannya. Dia berusaha menghentikan langkah gadis berusia 13 tahun itu."Hei, gadis kecil! Tunggu dulu, kau ini pemarah sekali!" ujar 888 sambil menarik tali tas yang dibawa Hyun Jae hingga mau tak mau dia menghentikan langkahnya."Paman ini mau membuatku jatuh ya? Apa salahnya jika menghentikanku dengan menarik tanganku," omel Hyun Jae. 888 langsung menatap penuh rasa bersalah, membuat Hyun Jae mencebikkan bibirnya kesal."Aku tidak mau menyentuhmu karena aku bisa melihat semuanya. Termasuk bisa melihat bagaimana dirimu di kehidupanmu sebelumnya.""Memangnya kenapa jika kau bisa melihat semua itu? Apa itu salah?" 888 menggaruk pucuk hidungnya yang tidak gatal. "Sebenarnya tidak masalah, tapi aku tidak mau. Nanti kau bertanya bagaimana kehidupanmu sebelumnya,hal itu tid
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat,888 sedang membantu Hyun Jae saat Kim Min Jae dan Eun Tak pulang. Kim tampak terkejut melihat 888 sedang menyirami tanaman bunga miliknya sementara Hyun Jae menyapu halaman mereka."Wah, ada tamu rupanya? Bukankah, anda yang pernah bertemu di bus tempo hari?" sapa Kim. 888 tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Betul nyonya, saya Kim Young Joo.""Ah ,ya aku ingat namamu. Apakah kau tinggal di sekitar sini? Bagaimana kalian bertemu?""Paman Young Joo tadi membantuku,bu. Ia menolongku dari beberapa anak nakal yang menggangguku," jawab Hyun Jae dengan cepat. Kim tersenyum, ia langsung menghampiri 888 dan menyentuh bahunya. "Terimakasih sudah membantu Hyun," ucapnya tulus. 888 tersentak, ia terdiam sejenak. Selama beberapa saat ia melihat kehidupan Kim di masa lalu,seketika hatinya merasakan kerinduan yang teramat sangat."
888 mondar mandir sejak pagi membuat 444 merasa jengah dan risih."Hyaa! 888 kau tidak bisa diam? Apa kau harus berjalan mondar mandir seperti itu sampai sore nanti? Kita harus segera berangkat.""Apa dia akan membenciku? Kemarin kita akan mengambil Eun Tak, kali ini ibunya. Bagaimana perasaan Hyun? Dia akan kehilangan ibunya. Apa Eun akan menjaganya nanti?" 444 mengerutknan dahinya. "Sejak kapan kau begitu peduli dengan perasaan manusia? Apalagi hanya seorang gadis kecil berusia 13 tahun?""Ah, kau ini banyak bertanya," gerutu 888 sambil melangkah menuju pintu lemari yang biasa mereka gunakan berteleportasi. Tentu saja 444 merasa heran bukan kepalang. Biasanya 888 akan mengajaknya berjalan terlebih dahulu ke lobby bawah baru kemudian mereka pergi. Kenapa kali ini? Haah, memang malaikat maut yang aneh, batin 444 kesal. Saat ti
Hyun Jae menatap Yee Soo sedikit tak percaya. "Memangnya apa sih kelebihan 888 dibandingkan Malaikat maut lain?" tanya Hyun Jae penasaran. "Haduh, dia itu malaikat yang paling sadis,paling tidak bisa kompromi. Katanya, dia itu di hukum raja langit, tapi sekaligus diberi berkah. Satu-satunya malaikat maut yang pernah menang melawan raja neraka." Hyun Jae terbelalak, "Betulkah, bibi? Waah, pantas dia jarang sekali tersenyum dan keliatan sangat menyebalkan," ujar Hyun Jae."Dia salah satu malaikat maut yang wajahnya tidak diubah oleh Raja langit. Biasanya, malaikat maut itu tidak memiliki wajah mereka saat hidup. Tapi, 888 memiliki wajahnya yang dulu," cerita Yee Soo."Lalu, mengapa bibi selalu berlari jika melihat para malaikat maut? Apa bibi takut mereka membawa bibi?" tanya Hyun Jae. Yee Soo mengangguk, "Seharusnya, lima tahun lalu aku dan suamiku dapat rein
Akhirnya hari yang ditakutkan oleh malaikat maut 888 tiba, sejak pagi ia sudah merasakan kepanikan yang luar biasa. Hal yang sangat memalukan di mata 444 tentunya."Apa kau akan tetap seperti ini? Atau kau akan berangkat sekarang?!"888 menoleh dan menatap 444, ia menghela napas panjang. "Kita tidak perlu turun ke bawah, kita langsung ke sana saja. Ingat, jangan sampai Hyun melihat kita." 444 hanya mampu menggelengkan kepalanya. Dalam sekejap, mereka sudah berada di depan pagar rumah Hyun Jae. Tampak Hyun Jae berlari dengan tergesa-gesa, rupanya ia sudah kesiangan. 888 menghela napas panjang, karena Hyun Jae tidak melihatnya. Tak lama kemudian tampak Kim dan Eun Tak keluar untuk berangkat kerja. 888 dan 444 pun langsung mengikuti langkah mereka. "Aku merasa sedikit malas sebenarnya untuk bekerja hari ini. Sejak semalam, kepala
Kim membuka matanya perlahan, ia mencoba untuk duduk, namun kepalanya terasa begitu sakit. 888 yang melihat Kim mulai sadar langsung menghampiri dan membantu Kim untuk duduk."Anda sudah sadar, Nyonya?""Ah, dimana ini? Kau ... Ya Tuhan kau Young Joo,kan?" ujar Kim."Betul, anda demam tinggi, ketika menyebrang jalan tadi sebuah truk hampir saja menabrak anda," jawab 888."Kau membawaku pulang? Ah, aku minta maaf sudah merepotkan,sejak semalam aku merasakan sakit kepala,tetapi aku memaksakan untuk bekerja. Untung saja, kau melihat dan menyelamatkan diriku. Aku berhutang budi kepadamu, terima kasih banyak," ucap Kim. 888 tersenyum, "Lain kali, jika sakit jangan memaksakan diri nyonya. Anda bisa saja tidak selamat dan meninggal dunia di tempat kejadian," sahut 444. Kim menoleh dan tersenyum. "Ah, Chin Hae. Terima kasih juga untukmu,kalian berdua baik sekali.""Apa kau m
Bukit penantian sebenarnya terletak tidak jauh dari tengah kota. Tapi, bukit itu hanya bisa terlihat pada bulan dan malam tertentu saja oleh manusia biasa. Yang bisa melihat bukit itu hanya orang- orang yang memiliki anugrah khusus untuk melihat hal- hal tak kasat mata. Jika kebetulan ada yang tersesat, maka akan sangat susah untuk dapat menemukan jalan untuk turun dari bukit itu. Tepat di puncak bukit berdiri sebuah hotel mewah dan megah. Bukan hotel sembarangan. Tapi, hotel khusus untuk arwah-arwah. Bahkan ada arwah yang sudah ratusan tahun tinggal di sana karena ia masih menanti sesuatu di dunia ini. Malam hari ini tampak raja langit, raja neraka dan beberapa dewa berkumpul tepat di sebuah pohon yang di namakan pohon bulan."Dia sudah menyalahi aturan langit dengan menyelamatkan manusia yang seharusnya ia jemput jiwanya. Malaikat maut 888 harus diadili!" seru raja neraka mar
Malaikat maut 888 dan 444 pun segera menghilang dari pandangan mata Hyun Jae. Mereka langsung pulang ke aparteman mereka. Namun betapa terkejutnya 888 dan 444 saat melihat sepasukan prajurit kerajaan langit sudah menanti mereka. Tetapi, malaikat maut 888 tidak menunjukkan rasa gentar sedikit pun."Malaikat maut 888, kau harus ikut kami menghadap raja langit dan mempertanggung jawabkan kesalahanmu. Kau di nilai telah mencampuri urusan takdir manusia. Kau sudah dengan sengaja menyalahi perintah raja langit." 888 menatap kepala pasukan raja langit dengan tajam. "Bawa saja,tapi jangan libatkan 444,dia tidak terlibat dalam hal ini," kata 888."444 harus ikut dengan kami ke bukit penantian. Dia akan tinggal sementara di hotel jeongwol sampai tiba saatnya dia reinkarnasi kembali. Ini adalah perintah Raja Langit.""Maksud kalian hukuman 444 sudah selesai dan ia dapat reinkarnasi?" tanya 888."Betul, jadi