Share

PEMBICARAAN YANG SERIUS

    Kim Young Ju atau 888 menimang amplop dengan warna hitam di tangannya. Tutup amplop itu memiliki segel berwarna merah. Cap langsung dari raja Langit. Perlahan ia membukanya. Amplop itu berisi data seseorang. Nama dan tempat tanggal lahir, profesinya dan bagaimana kehidupannya. Juga, bagaimana ia akan menemui kematian. Ia melihat tanggal kematiannya, masih dua hari lagi dari sekarang. 

 

    Namun, sesuai prosedur dua hari sebelumnya, para malaikat maut sudah harus membayangi jiwa manusia itu disisa- sisa harinya menjelang kematian. 888 melangkah ke kamar sebelah. Saat akan mengetuk pintu Chin Hae atau 444 tiba- tiba membuka pintu kamarnya.

"Kau ini seperti manusia saja," omel 888. 444 hanya melongo, "Hah? Aku keluar dari kamarku apa harus menembus pintu? Aku tidak memakai pin ku," jawab 444. 

 

    888 mendengus sebal dan ia menyerahkan amplop di tangannya pada 444."Pakai pin mu kita harus segera bekerja," ujar 888 sambil melangkah.

"Kau mau kemana?"

"Aku merasa sedikit lapar, kau keberatan?"

888 melangkah menuju dapur yang ada di apartemen itu. Lalu, ia mengeluarkan salad dari kulkas dan mulai memakannya. 444 berjalan menghampiri sambil merengut sebal.

"Menyuruh orang lain cepat, sementara kau malah enak makan disini," gerutu 444. 888 hanya tertawa kecil. 150 tahun yang lalu, dialah yang menjemput jiwa 444 dan mengantarnya menuju pengadilan raja langit. Karena suatu kesalahan fatal yang dibuat 444 di masa hidupnya, membuat dia harus menjalani hukuman sebagai malaikat maut. Dan, karena Wo Bin rekannya sudah bisa bereinkarnasi maka 444 pun menjadi rekan 888. Tentu saja ingatan 444 dihapuskan. Ia akan memperoleh kembali ingatan itu, jika masanya untuk bereinkarnasi sudah hampir tiba.

 

    444 memang masih remaja saat ia meninggal akibat kecelakaan maut yang menimpa bis sekolahnya. Sehingga , kelakuannya pun kadang masih seperti anak remaja pada umumnya. Suka sekali merajuk dan 888 sangat senang menggodanya. 

"Eun Tak, usia 35 tahun seorang pegawai Bank. Meninggal karena...oh Dewa, dia bunuh diri? Apa dia siap menghadap raja neraka dan menjalani hukuman," ujar 444 dengan wajah penuh kengerian. 

"Tugas kita hanya menjemput nya dan kemudian mengantarkannya ke pengadilan akhir. Mengapa wajahmu menjadi begitu menyedihkan?" tanya 888. 

"Entahlah, aku sering merasa kasian jika membawa jiwa- jiwa itu kepada raja neraka." 

"Malaikat maut yang aneh," gerutu 888.

 

    Akhirnya, setelah sarapan dan lainnya, mereka pun keluar dari apartemen. 

"Kenapa sih, kau ini senang sekali keluar dari apartemen dalam wujud manusia biasa?" gerutu 444. 

"Loh, apa kau mau orang- orang curiga bahwa kita ini malaikat maut? Hadeeh, kau ini!"

"Tapi, lebih cepat jika kita menggunakan teleportasi saja."

"Jangan malas, sesekali kita juga perlu berolahraga," ujar 888 dengan santai. 444 hanya bisa mencebikkan bibirnya. 

 

    Teleportasi itu adalah pengalihan materi dari satu titik ke titik lain, secara instan. Para malaikat maut memiliki kemampuan untuk berteleportasi. Mereka hanya tinggal memikirkan suatu tempat kemana mereka akan pergi. Lalu mereka bisa berjalan melalui apa saja. Dengan cara masuk ke dalam lemari lalu saat pintu terbuka mereka akan terhubung ke pintu lain di ruangan yang lain. Begitu juga dengan 888 dan 444 mereka bisa pergi kemana saja sesuka hati. Hanya dengan memikirkannya saja.

 

     Namun, 888 sangat suka jika mereka berjalan kaki terlebih dahulu sampai ke lobby bawah apartement mereka baru mereka akan berteleportasi ke tempat yang mereka tuju. Meskipun dia sangat tidak ramah jika berpapasan dengan orang lain. Itulah mengapa 444 malas jika harus berjalan kaki terlebih dahulu. Karena ia terpaksa membalas sapaan tiap orang yang bertemu dengan mereka dan menyapa 888. 

 

    Di sudut lobby Apartemen ada sebuah toilet. Biasanya mereka akan masuk ke toilet dan memakai pin mereka baru mereka akan berteleportasi ke tempat yang akan mereka tuju.

"Pakai pinmu. Kita akan segera menjumpai Eun tak," ujar 888. Tanpa di perintah dua kali 444 segera memakai pin nya dan mereka berdua pun hilang di balik pintu toilet.

 

     Mereka tiba di sebuah rumah yang sederhana. Nampak seorang wanita sedang duduk termenung sambil memegang selembar kertas. Wajahnya nampak sangat kebingungan. Sesekali ia menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan berat. 444 yang penasaran langsung berdiri di belakang wanita itu dan ikut membaca kertas yang ada di tangan wanita itu.

 

    Pletak...

Dengan keras 888 memukul kepala 444 menggunakan tongkat yang ia bawa. 

"Aduuuh, kenapa kau memukulku sih!" protes 444.

"Tidak usah penasaran dengan urusan manusia, 444."

"Kita juga dulu manusia seperti dia. Haaah ... entah apa salahku, hingga aku harus menjalani hukuman untuk menjadi malaikat maut seperti ini." 

 

    Tidak lama terdengar suara bel di pintu. Wanita itu, Eun Tak segera bergegas membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah seorang wanita dan anak kecil yang waktu itu sempat bertemu dengan 888. 

"Wajahmu pucat sekali, ada apa? Apa kau sakit?" tanya wanita yang baru datang itu. Eun Tak menggelengkan kepalanya.

"Aku pusing sekali, kau lihatlah ini," jawab Eun Tak sambil menyerahkan kertas yang tadi ia baca. 

 

    Hyun Jae gadis kecil itu menatap 888 dan 444 yang sedang berdiri dengan pandangan tak bersahabat. 

"Kalian lagi," gumamnya nyaris tak terdengar. Namun, terdengar jelas di telinga 888.

"Kau bisa melihat kami?"tanya 888 menyakinkan. Hyun Jae mengangguk sekilas, lalu ia bergabung dengan ibunya dan Eun Tak duduk di sofa. 

"Ada apa, Hyun Jae?" tanya Kim, ibunya. 

 

    Hyun Jae menoleh ke arah Eun Tak dan memegang tangan wanita itu. "Bibi, berhati-hati lah ya," ujarnya. Eun Tak membelai rambut Hyun Jae yang panjang dan hitam itu. "Kenapa kau berkata begitu? Apa bibi terlihat seperti orang yang ceroboh?"tanya Eun Tak. Hyun Jae tersenyum, "Tentu tidak. Bibi adalah Bibiku yang paling baik hati. Hanya saja, aku merasa hal yang kurang menyenangkan akan terjadi. Itu sebabnya aku meminta bibi untuk berhati-hati," jawab Hyun Jae sambil tersenyum. Kim dan Eun Tak saling berpandangan. 

"Kau lakukan saja apa yang ia katakan," ujar Kim. 

"Apa yang harus aku lakukan, kak? Rasanya berat untuk membayar semua hutang yang di tinggalkan oleh Do Yun. 5 tahun gajiku pun tidak akan bisa untuk menbayar semua tagihan hutangnya. Jika rumah ini dijual pun, hanya bisa setengah nya saja. Lalu aku akan tinggal dimana?" Eun Tak mulai terisak. Kim memeluk sahabatnya itu, Eun Tak baru saja kehilangan suaminya. Tanpa setau Eun Tak, ternyata Do Yun meninggalkan hutang yang sangat banyak. Dan, Kim tau uang itu dulu di pergunakan oleh Do Yun untuk membayar pengobatan Eun Tak. 

 

    888 yang melihat pemandangan di hadapannya hanya diam tanpa ekspresi. 444 menyenggol tangan 888, "Mungkin itu yang membuatnya memutuskan untuk bunuh diri," ujar 444. 

"Bukan urusan kita. Tugas kita hanya menjemput jiwanya ketika dia mati lusa nanti," jawab 888 dingin.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status