Selepas Myeong Na Ri dan Chan Seong pamit pulang, Yukio pun pamit pulang. Ia harus menjaga Kim Min Jae juga. Sementara Hyun Jae dijaga oleh Kim Young Jo dan Guan Si. Jika perawat datang untuk membersihkan tubuh Hyun Jae, Kim Young Jo akan menunggu di luar. Kim Young Jo menatap wajah Hyun Jae yang nampak cantik itu. "Kau cantik sekali jika sedang tertidur. Tapi, aku lebih suka melihatmu terjaga dan mengomel serta bercerita tentang banyak hal."
Kim Young Jo mengelus pipi Hyun Jae dengan lembut. Ia menyapu dahi gadis itu dengan bibir nya. Penuh cinta dan segenap hatinya. "Aku sangat mencintaimu Hyun Jae. Sangat mencintaimu."
Miok So menyempatkan diri menjenguk Hyun Jae. Siang itu Guan Si yang sedang menjaga Hyun Jae dalam kamar perawatan. Saat melihatnya masuk Guan Si hanya tersenyum.
"Ibumu sudah membaik?" sapa Guan Si. Miok So mengangguk. "Mereka hanya tinggal pemulihan saja. Kemana Kim Young Jo dan Yukio?""SMelihat dirinya sendiri telah berhasil menyelamatkan Jan Mi Aeri membuat Hyun Jae menghela napas panjang. Namun, Kim Young Jo melihat ada air mata yang menetes dari kedua netra Hyun Jae."Jika kau seorang malaikat maut, bagaimana cara kita untuk bersatu?" bisik Hyun Jae. Hati Kim Young Jo bergetar saat mendengar ucapan Hyun Jae. Tak terasa air mata pun membasahi kedua netranya. Ia menggenggam tangan Hyun Jae dan menempelkan tangan itu ke bibirnya."Apapun akan aku lakukan agar kita berdua dapat bersama," bisik Kim Young Jo sambil membelai rambut Hyun Jae.Kim Young Jo kembali menatap ke dalam cermin mimpi. Kali ini Hyun Jae tengah bersama dengan Yukio saat ia datang dan membuat Hyun Jae terkejut. "Kau membuat kami kaget," sahut Hyun Jae yang di angguki Yukio."Ibumu mana?""Ibu sudah tidur. Ada apa?""Kalian berdua ikut sebentar denganku. Dewa Jug Eun ingin bertemu dengan kita."Hyun Jae mengerutkan dahinya."Kita? Kio juga?""Y
Hyun Jae nampak kebingungan saat melihat dirinya menangis dalam kegelapan. "Kau di mana sebenarnya Hyun Jae! Tidak adalah yang dapat menolong? Tolong... Tolong!" Pekiknya. Guan Si langsung mendekat dan meraih cermin mimpi dari tangan Kim Young Jo. Sementara Kim Young Jo menggenggam tangan Hyun Jae dengan erat.Sementara Hyun Jae nampak bingung dari dalam cermin. "Ayo berteriaklah Hyun Jae minta bantuan. Dengarkan suara Kim Young Jo. Ayo cepat...!" pekiknya."Hyun, kau memanggilku? Kau di mana?"Hyun Jae menghapus air matanya, Kim Young Jo mendengarnya.."Kau mendengar suaraku?""Aku dengar, tapi suaramu jauh sekali. Kau di mana? Pulanglah. Ayo bangun, kembali. Ikuti suaraku.""Aku berada di lorong yang sangat gelap. Tapi, aku tidak tau di mana. Aku sudah berjalan mengikuti suaramu. Tapi, aku tidak sampai-sampai. Gelap sekali di sini. Aku takut.""Apa kau mendengar suaraku?""Aku tau. Aku mendengar kau bercerita tentang jiwa yang pe
Pagi itu kamar Hyun Jae sedikit terasa sesak dengan kehadiran rekan kerjanya termasuk kapten Jo. Kim Min Jae sendiri pagi- pagi sekali sudah memasak banyak sekali makanan untuk ia bawa ke rumah sakit. Sementara Kim Young Jo dan Guan Si pergi ke bukit penantian untuk mengembalikan cermin mimpi pada Dewa Lu Fei Tong. "Kau harus segera masuk, aku sudah bosan lembur setiap hari," bisik Myeong Na Ri di telinga Hyun Jae. "Aku dengar Na Ri. Gajimu sudah siap di potong?" sahut kapten Jo sambil mencebik ."Hari ini aku akan menjalani pemeriksaan secara keseluruhan, baru dokter memutuskan apakah aku bisa langsung pulang atau tidak," jawab Hyun Jae. "Tentu saja, setelah sebulan kau hanya tertidur. Kau harus di periksa terlebih dahulu," ujar Kim Min Jae sambil memegang dadanya.Hyun Jae sekilas melihat wajah ibunya yang nampak kesakitan. "Ibu kenapa?" tanya Hyun Jae. Kim Min Jae langsung menoleh dan tersenyum pada Hyun Jae. "Ibu tidak apa- apa, Hyun. Ay
Pagi itu, Yukio sudah bersiap untuk membawa Kim Min Jae ke dokter. Hyun Jae tentu saja ikut. Gadis cerewet yang sangat mencintai keluarga itu tentu saja langsung panik saat Yukio mengatakan tentang kesehatan Kim."Beberapa malam ini, ibu sering sekali bermimpi. Bahkan, ibu seperti melihat film. Kadang ibu melihatmu, melihat Kim Young Jo. Kadang juga melihat diri ibu sendiri.""Memang, apa yang ibu mimpikan tentang aku?" tanya Hyun Jae sambil mengerutkan dahi."Kim Min Jae menghela napas panjang."Ibu melihat ... Seperti mimpi di dalam mimpi. Tapi, ibu ingat itu adalah kejadian saat bibimu akan pergi. Hanya saja, mengapa ibu melihat Kim Young Jo, Daek Wo dan Ye Jin adalah malaikat maut?""Sudahlah, ibu jangan memikirkan apapun lagi.Sekarang kita ke dokter. Mumpung hari ini aku belum kembali bekerja." *** "Ibumu mengalami penyumbatan pada jantungnya, nona Hyun. Penyumbatan jantung in
Kim Min Jae melirik jam, masih pukul 2 pagi. Ia pun memutuskan untuk tidur kembali. Baru saja memejamkan mata, ia merasa Eun Tak datang sambil tersenyum. "Kau darimana? Cantik sekali malam ini," ujar Kim Min Jae mengomentari penampilan Eun Tak. "Aku ingin menunjukkan kepadamu semua kenangan kita, Kim. Supaya kau tidak lupa saat kita bertemu."*****Dua gadis cantik itu sedang duduk sambil belajar bersama. Keduanya sama-sama cantik dan baik hati. Munjeong dan Eun Jeong sejak kecil sudah bermain bersama, dan tumbuh bersama dengan baik. Ayah Eun Jeong adalah seorang panglima tinggi kerajaan. Kaisar Gong Chao sudah melamar Eun Jeong. Namun, Eun Jeong mengajukan syarat agar Munjeong di jadikan selir. Awalnya Kaisar Chou menolak, namun setelah beberapa pertimbangan akhirnya Kaisar Gong Chou menyetujui persyaratan yang di ajukan oleh Eun Jeong."Kenapa aku harus menikah juga dengan Kaisar, Eun Jeong? Aku tidak mau!" seru Munjeong. Eun Jeong menatap sahabat ya
"Kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Hyun Jae pada Kim Young Jo sore itu dengan tatapannya yang tajam menusuk. Kim Young Jo menghela napas panjang. "Ibumu sakit kan?" "Waktunya sudah tiba? Kapan? Akhir- akhir ini ibu sering bermimpi. Bahkan kemarin ia menanyakan tentang bukit penantian dan Hotel Jeongwol padaku.""Bibimu memang datang pada Dewa Lu Fei Tong, ia meminta izin untuk menemui ibumu dalam mimpi. Untuk memberikan pertanda. Dan, Dewa Jug Eun juga sudah...""Iya, aku tau. Berapa lama lagi?" "Masih satu bulan, Hyun. Memang ibumu bertanya apa?"Hyun Jae menghela napas panjang.****"Hyun, apakah ada yang di namakan bukit penantian dan Hotel Jeongwol itu, nak? Apakah benar, tempat itu hanya bisa di lihat oleh mereka yang bisa melihat sepertimu? Benarkah, para roh yang belum reinkarnasi menanti di sana?" tanya Kim Min Jae sambil menyiapkan sarapan. Hyun Jae menatap ibunya dengan dahi berkerut. "Kenapa ibu menanyakan hal itu?"
Malam mulai merayap naik. Hyun Jae masih berada di kamar ibunya. Ia tidak ingin kehilangan setiap moment berharga bersama ibunya. Sedikit pun."Kau mau tidur bersama ibu?" tanya Kim Min Jae. Hyun Jae mengangguk."Boleh kan, bu? Aku ingin mengenang masa kecil saat kita selalu bersama. Aku ingin bercerita seperti dulu saat aku masih kecil."Kim Min Jae mengelus rambut Hyun Jae perlahan."Kau sangat lucu ketika kecil, Hyun. Kau adalah permata hati dan harta berharga untuk ayah dan ibu. Terlebih kau lahir saat bulan purnama bersinar penuh. Suatu keajaiban yang hadir di malam itu.""Bu, aku ingin bercerita pada ibu, apakah boleh? Apakah ibu akan percaya pada ceritaku?""Apa yang ingin kau ceritakan?""Apakah ibu ingat pertama kali bibi Hyun tinggal bersama kita?""Ya tentu saja." "Malaikat maut yang hendak membawa bibi Eun Tak adalah Kim Young Jo, bu..."Kim Min Jae menatap Hyun Jae tak percaya dengan apa yang pu
Kim Young Jo menatap Kim Min Jae dengan sedikit canggung. Namun, wanita separuh baya yang masih tampak cantik itu langsung memeluk Kim Young Jo dengan erat."Anakku..." bisiknya lirih. Kim Young Jo menatap Hyun Jae mencari jawaban atas apa yang terjadi."Aku menceritakan semuanya kepada ibu. Termasuk bahwa kalian dulu adalah ibu dan anak." Hyun Jae menjelaskan seolah tau apa yang di pikirkan oleh Kim Young Jo."Maafkan jika aku tidak mengenalimu dengan baik."Kim Young Jo tak menjawab. Ia hanya mendekap Kim Min Jae penuh kasih sayang."Itu sudah takdir, bu.""Kita makan bersama sekarang ya, aku sudah menyiapkan makanan yang istimewa."Kim Min Jae langsung mengajak mereka untuk langsung makan. Yukio yang sudah menunggu di meja makan hanya tersenyum- senyum sendiri."Hyun Jae bilang, kau mendapatkan hukuman dari Raja langit karena menyelamatkanku dulu.""Sudahlah, bu. Tidak usah di pikirkan.. Lagipula, semua itu sudah lewat."