Hyun Jae nampak kebingungan saat melihat dirinya menangis dalam kegelapan. "Kau di mana sebenarnya Hyun Jae! Tidak adalah yang dapat menolong? Tolong... Tolong!" Pekiknya. Guan Si langsung mendekat dan meraih cermin mimpi dari tangan Kim Young Jo. Sementara Kim Young Jo menggenggam tangan Hyun Jae dengan erat.
Sementara Hyun Jae nampak bingung dari dalam cermin.
"Ayo berteriaklah Hyun Jae minta bantuan. Dengarkan suara Kim Young Jo. Ayo cepat...!" pekiknya."Hyun, kau memanggilku? Kau di mana?"
Hyun Jae menghapus air matanya, Kim Young Jo mendengarnya..
"Kau mendengar suaraku?""Aku dengar, tapi suaramu jauh sekali. Kau di mana? Pulanglah. Ayo bangun, kembali. Ikuti suaraku.""Aku berada di lorong yang sangat gelap. Tapi, aku tidak tau di mana. Aku sudah berjalan mengikuti suaramu. Tapi, aku tidak sampai-sampai. Gelap sekali di sini. Aku takut.""Apa kau mendengar suaraku?""Aku tau. Aku mendengar kau bercerita tentang jiwa yang pePagi itu kamar Hyun Jae sedikit terasa sesak dengan kehadiran rekan kerjanya termasuk kapten Jo. Kim Min Jae sendiri pagi- pagi sekali sudah memasak banyak sekali makanan untuk ia bawa ke rumah sakit. Sementara Kim Young Jo dan Guan Si pergi ke bukit penantian untuk mengembalikan cermin mimpi pada Dewa Lu Fei Tong. "Kau harus segera masuk, aku sudah bosan lembur setiap hari," bisik Myeong Na Ri di telinga Hyun Jae. "Aku dengar Na Ri. Gajimu sudah siap di potong?" sahut kapten Jo sambil mencebik ."Hari ini aku akan menjalani pemeriksaan secara keseluruhan, baru dokter memutuskan apakah aku bisa langsung pulang atau tidak," jawab Hyun Jae. "Tentu saja, setelah sebulan kau hanya tertidur. Kau harus di periksa terlebih dahulu," ujar Kim Min Jae sambil memegang dadanya.Hyun Jae sekilas melihat wajah ibunya yang nampak kesakitan. "Ibu kenapa?" tanya Hyun Jae. Kim Min Jae langsung menoleh dan tersenyum pada Hyun Jae. "Ibu tidak apa- apa, Hyun. Ay
Pagi itu, Yukio sudah bersiap untuk membawa Kim Min Jae ke dokter. Hyun Jae tentu saja ikut. Gadis cerewet yang sangat mencintai keluarga itu tentu saja langsung panik saat Yukio mengatakan tentang kesehatan Kim."Beberapa malam ini, ibu sering sekali bermimpi. Bahkan, ibu seperti melihat film. Kadang ibu melihatmu, melihat Kim Young Jo. Kadang juga melihat diri ibu sendiri.""Memang, apa yang ibu mimpikan tentang aku?" tanya Hyun Jae sambil mengerutkan dahi."Kim Min Jae menghela napas panjang."Ibu melihat ... Seperti mimpi di dalam mimpi. Tapi, ibu ingat itu adalah kejadian saat bibimu akan pergi. Hanya saja, mengapa ibu melihat Kim Young Jo, Daek Wo dan Ye Jin adalah malaikat maut?""Sudahlah, ibu jangan memikirkan apapun lagi.Sekarang kita ke dokter. Mumpung hari ini aku belum kembali bekerja." *** "Ibumu mengalami penyumbatan pada jantungnya, nona Hyun. Penyumbatan jantung in
Kim Min Jae melirik jam, masih pukul 2 pagi. Ia pun memutuskan untuk tidur kembali. Baru saja memejamkan mata, ia merasa Eun Tak datang sambil tersenyum. "Kau darimana? Cantik sekali malam ini," ujar Kim Min Jae mengomentari penampilan Eun Tak. "Aku ingin menunjukkan kepadamu semua kenangan kita, Kim. Supaya kau tidak lupa saat kita bertemu."*****Dua gadis cantik itu sedang duduk sambil belajar bersama. Keduanya sama-sama cantik dan baik hati. Munjeong dan Eun Jeong sejak kecil sudah bermain bersama, dan tumbuh bersama dengan baik. Ayah Eun Jeong adalah seorang panglima tinggi kerajaan. Kaisar Gong Chao sudah melamar Eun Jeong. Namun, Eun Jeong mengajukan syarat agar Munjeong di jadikan selir. Awalnya Kaisar Chou menolak, namun setelah beberapa pertimbangan akhirnya Kaisar Gong Chou menyetujui persyaratan yang di ajukan oleh Eun Jeong."Kenapa aku harus menikah juga dengan Kaisar, Eun Jeong? Aku tidak mau!" seru Munjeong. Eun Jeong menatap sahabat ya
"Kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Hyun Jae pada Kim Young Jo sore itu dengan tatapannya yang tajam menusuk. Kim Young Jo menghela napas panjang. "Ibumu sakit kan?" "Waktunya sudah tiba? Kapan? Akhir- akhir ini ibu sering bermimpi. Bahkan kemarin ia menanyakan tentang bukit penantian dan Hotel Jeongwol padaku.""Bibimu memang datang pada Dewa Lu Fei Tong, ia meminta izin untuk menemui ibumu dalam mimpi. Untuk memberikan pertanda. Dan, Dewa Jug Eun juga sudah...""Iya, aku tau. Berapa lama lagi?" "Masih satu bulan, Hyun. Memang ibumu bertanya apa?"Hyun Jae menghela napas panjang.****"Hyun, apakah ada yang di namakan bukit penantian dan Hotel Jeongwol itu, nak? Apakah benar, tempat itu hanya bisa di lihat oleh mereka yang bisa melihat sepertimu? Benarkah, para roh yang belum reinkarnasi menanti di sana?" tanya Kim Min Jae sambil menyiapkan sarapan. Hyun Jae menatap ibunya dengan dahi berkerut. "Kenapa ibu menanyakan hal itu?"
Malam mulai merayap naik. Hyun Jae masih berada di kamar ibunya. Ia tidak ingin kehilangan setiap moment berharga bersama ibunya. Sedikit pun."Kau mau tidur bersama ibu?" tanya Kim Min Jae. Hyun Jae mengangguk."Boleh kan, bu? Aku ingin mengenang masa kecil saat kita selalu bersama. Aku ingin bercerita seperti dulu saat aku masih kecil."Kim Min Jae mengelus rambut Hyun Jae perlahan."Kau sangat lucu ketika kecil, Hyun. Kau adalah permata hati dan harta berharga untuk ayah dan ibu. Terlebih kau lahir saat bulan purnama bersinar penuh. Suatu keajaiban yang hadir di malam itu.""Bu, aku ingin bercerita pada ibu, apakah boleh? Apakah ibu akan percaya pada ceritaku?""Apa yang ingin kau ceritakan?""Apakah ibu ingat pertama kali bibi Hyun tinggal bersama kita?""Ya tentu saja." "Malaikat maut yang hendak membawa bibi Eun Tak adalah Kim Young Jo, bu..."Kim Min Jae menatap Hyun Jae tak percaya dengan apa yang pu
Kim Young Jo menatap Kim Min Jae dengan sedikit canggung. Namun, wanita separuh baya yang masih tampak cantik itu langsung memeluk Kim Young Jo dengan erat."Anakku..." bisiknya lirih. Kim Young Jo menatap Hyun Jae mencari jawaban atas apa yang terjadi."Aku menceritakan semuanya kepada ibu. Termasuk bahwa kalian dulu adalah ibu dan anak." Hyun Jae menjelaskan seolah tau apa yang di pikirkan oleh Kim Young Jo."Maafkan jika aku tidak mengenalimu dengan baik."Kim Young Jo tak menjawab. Ia hanya mendekap Kim Min Jae penuh kasih sayang."Itu sudah takdir, bu.""Kita makan bersama sekarang ya, aku sudah menyiapkan makanan yang istimewa."Kim Min Jae langsung mengajak mereka untuk langsung makan. Yukio yang sudah menunggu di meja makan hanya tersenyum- senyum sendiri."Hyun Jae bilang, kau mendapatkan hukuman dari Raja langit karena menyelamatkanku dulu.""Sudahlah, bu. Tidak usah di pikirkan.. Lagipula, semua itu sudah lewat."
Sementara itu, Hyun Jae nampak fokus ke layar komputer miliknya.Beberapa hari ini ia sedang menangani sejumlah kasus perjudian online yang sudah merenggut banyak korban jiwa. Bukan pembunuhan secara langsung. Tapi, para penjudi yang kalah, beberapa diantaranya memilih untuk bunuh diri, karena merasa putus asa kehilangan seluruh harta bendanya di meja judi.Untuk hal seperti itu, Hyun Jae merasa tidak perlu menolong mereka."Bunuh diri sajalah. Aku malas juga menolong orang malas seperti itu. Orang seperti itu hanya akan merugikan keluarganya. Jadi, buat apa aku tolong," katanya pada Kim Young Jo pada waktu itu.Berdasarkan hasil penyelidikan, polisi menemukan fakta bahwa ada sejumlah orang yang menjadi dedengkot sindikat judi online lintas negara. Mereka memboyong anak buah untuk dipekerjakan di luar negeri.Pekerja- pekerja itu direkrut dari kota Seon untuk mengerjakan tugas operasional, dari maintenance, pembaruan (update), atau menjadi semacam customer service.Kem
Chan Seong dan Myeong Na Ri saling pandang. Tanpa menunggu lama Myeong Na Ri langsung melakukan perintah Hyun Jae. Dia merasa kagum atas kepintaran gadis itu. "Kau bisa yakin Sanchez akan menang dari mana?""Feeling saja. Mereka memancing dengan memberikan Kemenangan terlebih dahulu. Tentu untuk menjebak korban, dan menghabiskan uangnya.""Maksudmu?" "Logikanya begini, kenapa para penjudi itu betah sampai mempertaruhkan semua miliknya? Coba, kau lihat. Sanchez, kau sudah mengisi saldo penggunamu?" "Sudah, hanya seratus ribu. Lalu apa?" "Pilih permainan yang mana saja. Di sini, mereka akan melihatmu sebagai pengguna baru kan pastinya. Nah, sekarang kita buktikan ucapanku," kata Hyun Jae dengan yakin.Sanchez memilih permainan kartu, selama beberapa saat mereka melihat bagaimana Sanchez bermain selama beberapa putaran. Dan, hasilnya tepat seperti yang Hyun Jae perkirakan. "Bagaimana? Bertambahkan? Nah, sekarang kau pertaruhkan lagi semua uangmu