Beranda / Semua / NILAM (PELACUR IBU KOTA) / Lo Cantik Nilam, Cantik.

Share

Lo Cantik Nilam, Cantik.

Penulis: minipau
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nik beberapa kali mengambil gambar Nilam sebelum akhirnya mengacungkan jempol ketika pose Nilam yang sedang berdiri di atas kedua lututnya sembari menggigit jari telunjuknya dan menatap malu-malu pada kamera terabadikan, di foto itu kemeja Nilam yang kancing atasnya sudah terbuka hingga memperlihatkan belahan dadanya terlihat melekat di beberapa tempat karena keringat.

"Bagus loh Nilam, keliatan polos tapi seksi hahaha" itu komentar Rara setelah melihat hasil fotonya dari kamera Nik.

Untuk sesi foto kedua Rara menyarankan Nilam untuk memakai sweater rajut yang di lengkapi dengan kaus kaki sepanjang lutut sebagai aksesori. Sweater itu jauh lebih pendek dari kemejanya barusan karena hanya mampu menutupi hingga bawah bokongnya saja, belum lagi kerah sweater rajut ini lumayan mengekspos leher, bahu dan tulang selangkan Nilam.

Di sesi foto kedua ini Nik mengacungkan jempolnya untuk foto Nilam yang menyenderkan tubuh ke dinding sembari menekuk salah satu kakinya yang sudah di lapisi kaus kaki putih sepanjang lutut dan menempelkan kakinya itu ke dinding, sedang tangan kirinyanya membentuk siku sedikit di atas kepalanya dan tangan kanannya membentuk siku tepat di samping kepalanya. Nik juga meminta Nilam untuk menggigit sedikit bibirnya yang hari ini di lapisi lipstick berwarna peach. Nilam mendengar Nik bersiul ketika sekali lagi mengamati hasil foto Nilam dalam kameranya.

"Nilam dandan dulu ya baru ganti baju, untuk foto ke tiga rambut lo harus di hair style dulu" Nilam hanya menganggukan kepala sembari berjalan mengikuti Rara yang menuntunnya menuju ruang ganti.

Nilam mengenakan stelan tanktop hitam tipis, rok rampel di atas paha dan juga cardigan tipis untuk sesi foto ketiga, Rara dan beberapa tim dari studio Nik menata rambut ikal Nilam menjadi lebih bergelombang. Rara bilang di sesi foto kali ini Nilam harus berfoto sembari memakan buah stroberi yang di celupkan ke dalam selai coklat.

"Nilam, yuk setnya udah jadi"

Rara menuntun Nilam memasuki ruangan yang menjadi set sesi foto, rupanya kali ini Nilam akan berfoto di dalam kamar. Kali ini Nik meminta Nilam untuk tidur telungkup di tas ranjang sembari menyilangkan kedua kakinya yang di angkat ketas, di hadapan Nilam sudah ada semangkuk stroberi merah dan juga selai coklat. Nilam menunggu aba-aba Nik yang sedang bersiap memotretnya dari arah samping.

“Ambil stroberinya Nilam.” Nik mengarahkan Nilam untuk mengambil satu stroberi yang paling besar dan mencelupkannya kedalam selai coklat yang cair.

Selai coklat itu terlalu cair sehingga hampir jatuh meluncur mengotori bedcover halus yang menjadi alas kasur tempat Nilam berbaring, karena takut di marahi Nilam dengan spontan menjulurkan lidah untuk menjilat selai yang akan menetes dari stroberi yang ia pegang dan Nik berhasil mengabadikan kejadian itu kedalam sebuah gambar.

"Ya ampun Nilam, tadi itu keren banget. Liat lo cantik banget di sini" Rara berteriak kesenangan di samping Nik yang tiba-tiba melirik kepadanya sembari tersenyum kecil.

“Oke, Nilam Ganti baju lagi ya.” Nilam yang sedang merangkak ke pinggiran kasur sedikit terkejut ketika Nik tiba-tiba berdiri di hadapannya. Laki-laki itu kemudian sedikit membungkukan tubuh sehingga wajah mereka berhadapan, dari posisinya itu Nilam dapat melihat mata Nik yang tidak secoklat matanya, fotografer langganan bu Darmi itu sedikit memiliki corak warna hijau di iris matanya.

"Selamat datang di ibu kota, Kembang desa" Nik begitu saja pergi meninggalkan Nilam yang tiba-tiba terpaku, sekali lagi Nilam menyentuh sudut bibirnya yang tadi di kecup oleh Nik yang sekarang kembali sibuk memeriksa kameranya.

"Nilam! Malah bengong, ayo ganti baju dan apus makeup lagi." Nilam mengerjapkan mata beberapa kali, perempuan itu berusaha mengabaikan degup jantungnya yang tiba-tiba saja menggila dan bergegas meninggalkan set untuk menyusul Rara yang sudah lebih dulu pergi ke ruang ganti.

***

              Nilam yang sedang menunggu Rara terkejut karena tiba-tiba saja pipinya terasa dingin, begitu menoleh perempuan itu menemukan Nik dengan senyum tidak bersalahnya menempelkan satu keleng soda dingin ke pipinya.

              “Hai kembang desa, belum pulang?” Nilam benar-benar tidak habis pikir, kenapa orang-orang di ibu kota bisa sangat menarik. Tiba-tiba saja perempuan itu merasa malu dengan penampilannya di hadapan si fotografer.

              “Ck, malah melamun. Gue nanya Nilam, lo belum pulang?”

              “Hah, oh. Eng, belum. Masih nunggu Rara dulu sebentar.”

              “Rara yang bawa mobil? Ck, dia sih lama. Masih payah dia soal urusan di tempat parkir.” Nilam tidak tau harus merespon bagaimana, jadi perempuan itu memilih diam.

              “Ngomong-ngomong foto-foto lo tadi bagus, enggak berminat jadi model?”

              “Hah? Hahaha mana mungkin, modelkan harus cantik.” Nilam menahan napas ketika tiba-tiba saja Nik meraih dagunya dan memperpendek jarak di antara mereka dengan cepat. Nilam bisa belihat laki-laki itu menatapnya lama sebelum kemudian mengulum senyum.

              “Lo cantik Nilam, cantik.” Nilam menelan ludahnya dengan gugup.

              “Ah ngomong-ngomong selamat datang di ibu kota, semoga lo betah ya.” Nilam mengerjap ketika Nik begitu saja bangkit dari duduknya.

              “Gue kerja lagi ya, dah!”

              “Eng, Nik. Minuman kamu!”

              “Hahaha buat lo, minuman itu gue beli buat lo kok. Dah!” Nilam menatap minuman kaleng di samping tempat duduknya dan juga pintu studio Nik yang kembali tertutup.

Bab terkait

  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Berhenti Ngikutin Saya!

    Nilam yang baru saja selesai olahraga terkejut menemukan Nik si fotografer yang satu bulan lalu memotretnya ada di dapur rumah bu Darmi. Laki-laki itu hanya mengenakan celana jeans yang menggantung rendah di pinggulnya tanpa mengenakan atasan, Nilam spontan menunduk demi mengalihkan pandangannya dari otot Nik yang kencang. "Hai kembang desa, udah liat hasil portofolionya?" tanya Nik sembari membuka tutup air mineral yang ia dapat dari kulkas rumah bu Darmi. "Belum, memang udah jadi?" Nilam berusaha bersikap sesantai mungkin ketika berjalan ke meja makan dan mengambi sebutir apel dari keranjang. "Udah, ada di Rara. Tanya aja" Perempuan itu mengangguk dan mulai menaiki tangga menuju kamarnya. Nilam mengerutkan dahinya ketika melihat Nik mengikutinya naik ke lantai tiga, semua pekerja bu Darmi entah laki-laki atau perempuan memang tinggal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Di Balik Ruang Ganti Pakaian

    “Nik!” Nilam spontan langsung mendorong tubuh Nik menjauh begitu Rara mendekat, perempuan itu menundukan kepala untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah. “Eh, kalian kenapa? Nilam, Nik gangguin lo ya?” “Eh, enggak, enggak kok. Eng saya ke bu Darmi dulu deh.” Nilam pergi begitu saja, sama sekali tidak mau tau apa yang Rara bicarakan dengan Nik. Dari tempatnya berdiri, Nilam hanya sekilas melihat dua sejoli itu seperti sedang berdebat. Nilam masih terus merasa Nik memperhatikannya, hal itu membuat perempuan itu salah tingkah. Akibatnya Nilam tidak bisa dengan jelas menyimak obrolannya dengan bu Darmi. “Nilam.”  

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Gue Enggak Tau, Lo Akrab Sama Nik

    “Gue enggak tau kalau lo akrab sama Nik.” Rara tiba-tiba saja bersuara, mereka sudah dalam perjalanan pulang sekarang. “Gue liat dia tadi keluar dari ruang ganti yang lo pake.” “Ah, eng itu..” wajah Nilam kembali memerah begitu mengingan kejadian beberapa saat lalu, beruntungnya Nik sudah pergi begitu Nilam keluar dari ruang gantinya. “Nik itu supel, gampang deket sama orang. Kadang sampe bisa bikin salah paham.” Rara melirik Nilam sekilas dari sudut matanya. “Gue enggak mau lo berharap sama sesuatu yang enggak perlu sih.” “Misalnya?” “Cinta.” Nilam tertegun sebentar. “Denger Nilam, kalau lo mau hidup di kota lo enggak boleh percaya cinta. Jadi, buang jauh-jauh apapun yang lo pikirin tentang Nik. Percuma, lo cuma bakalan sakit hati nantinya.” Rara mengetuk jarinya pelan, perempuan itu jelas sangat berhati-hati ketika berbicara dengan Nilam. “Ya, gue sih cuma ngingetin aja. Sisanya terserah lo.” Nilam tidak menjawab, Rar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Munafik

    "Duh, kamu ini. Tau aja mana barang bagus" bu Darmi tiba-tiba saja datang, Nilam memutuskna untuk bersembunyi di balik tubuh bu Darmi begitu menyadari laki-laki itu masih terus menatapnya lekat. "Bu Darmi yang keterlaluan, ada barang bagus malah diem aja. Takut saya enggak bisa beli?" bu Darmi terkikik, perempuan yang menolak di sebut tua meski usianya sudah setengah abad itu sepertinya sedang benar-benar merasa bahagi malam ini. "Mana berani saya mikir kayak gitu, yang ini butuh penanganan special, kayak bayi baru lahir. masih polos." "Udah banyak yang nawar?" lagi Nilam mendengar laki-laki itu bertanya kepada bu Darmi "Lumayan, mereka semua penasaran mau nyobain gimana rasanya main sama yang masih polos. Kadang yang belum pengalaman itu bikin greget katanya"Nilam semakin merapat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Sampe Tidur Bareng?

    “Astaga, Nik!” Rara berteriak heboh ketika Nik mengambil minuman yang sedang ia buka, dua sejoli itu memang sangat berisik sejak tadi. “Minta, pelit banget.” “Ambil sendiri!” Nik mengabaikan ucapan Rara, laki-laki itu dengan santai tetap membuka kaleng soda di tangannya dan menghabiskannya dalam satu tegukan cepat. “Nik! Lo gila ya?!” “Hahahaha, duh sakit tenggorokan gue.” Rara berdecak dan cepat-cepat mengulurkan air putih untuk si fotografer. Nilam memperhatikan semua interaksi itu dalam diam, perempuan itu tetap memangku popcorn di pahanya. Sama sekali

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Gue Enggak Pernah Main Sama Yang Enggak Pengalaman

    "Nik" “Hmm?” Nilam mengabaikan Nik yang sekarang menaikan sebelah alisnya seolah bertanya ada apa, Nilam hanya terus melangkah maju dan semakin mendorong Nik untuk menempel ke kulkas yang tertutup. Perempuan itu menyusuri dada Nik dengan jarinya sembari sesekali membuat pola abstrak, Nilam semakin merasa percaya diri ketika Nik sama sekali tidak menolaknya. Fotografer itu hanya diam bahkan ketika tangan Nilam sudah sampai di tengkuk laki-laki itu, kepalanya menengadah sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mengulum bibir tipis fotografer kesayangan Rara tersebut. Di kulumnya bibir Nik yang membuatnya penasaran. Seakan belum cukup Nilam juga menggunakan lidahnya untuk membelai bibir tipis yang masih tertutup rapat tersebut. Nilam hampir menyudahi ciuman sebelah pihak tersebut ketika akhirnya Nilam merasakan sebelah tangan Nik m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Klien Pertama

    Nilam menatap bu Darmi untuk sekedar memastikan apakah betul ia akan menemui kliennya dengan pakaian seperti ini. Setelah melakukan perawatan dari ujung kaki hingga kepala, bu Darmi membawa Nilam untuk belanja. Katanya Nilam perlu pakaian baru untuk menemui kliennya, Nilam sudah menolak dan berkata ia masih memiliki banyak pakaian bagus di lemari. Tapi bu Darmi bilang kliennya ini meminta Nilam mengenakan pakaian khusus. Dan disini lah Nilam sekarang berada, di hotel yang sama tempat ia merayakan pesta ulang tahun ke dua puluhnya satu minggu yang lalu. Nilam tidak cukup percaya diri dengan dandanannya malam ini, Nilam tidak tau pekerjaan apa yang mengharuskannya mengenakan pakaian kemeja dengan dasi pita berwarna pink dan juga rok rampel hitam yang mengembang di atas paha, bu Darmi juga melengkapi penampilan Nilam dengan sebuah kaus kaki putih sepanjang lutut dan sepatu kets berwarna putih.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Dewa Kematian

    “Kita bilas dulu ya mba.” “Oh, iya.” Nilam sedang menikmati pelayanan yang terapis salon berikan kepadanya ketika mengingat raut wajah terkejutnya Rara mendapati Nilam baru saja pulang dari klinik kecantikan bersama bu Darmi. Saat itu Rara baru saja kembali setelah selama satu minggu mengikuti klien bu Darmi ke luar negeri. "Kamu istirahat ya sayang, lusa kamu udah ada klien jadi jaga tubuh kamu baik-baik. Oke?" Nilam mengangung riang pada bu Darmi yang dengan penuh senyum kemenangan berjalan memasuki galerinya. Nilam sudah memutuskan untuk mengikuti perkataan Rara, ia akan beradaptasi. Untuk itu ia kubur dalam-dalam sosok Nilam si gadis kampung dan melahirkan satu sosok baru, Nilam si gadis ibu kota yang penuh dengan percaya diri. "Hai Ra, gimana Eropa?" Nilam dengan santai mengapit tangan Rara dan menuntun temannya itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Prakata Dari Penulis Soal Perubahan Cerita

    Hai temen-temen, sebelumnya saya minta maaf atas ketidak nyamanannya. Tapi beberapa hari lalu saya memutuskan untuk merevisi bab cerita Nilam agar lebih menarik dan enak untuk di baca :) semoga kalian akan menyukai versi cerita yang baru sebagaimana kalian menyukai versi sebelumnya :)Ada beberapa sedikit perubahan, dan sekarang sedang di tinjau oleh editor. Kemungkinan perubahan bisa di liat hari senin atau hari selasa, semoga kalian bisa tetep menikmati ceritanya :)SalamminipauHai temen-temen, sebelumnya saya minta maaf atas ketidak nyamanannya. Tapi beberapa hari lalu saya memutuskan untuk merevisi bab cerita Nilam agar lebih menarik dan enak untuk di baca :) semoga kalian akan menyukai versi cerita yang baru sebagaimana kalian menyukai versi sebelumnya :)Ada beberapa sedikit perubahan, dan semoga kalian bisa tetep menikmati ceritanya :)Salamminipau

  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Akhir Si Pelacur Ibu Kota

    “Hati-hati sayang turunnya.” Seorang perempuan mengulurkan tangan, membantu balita berusia lima tahun turun dari mobil yang di tumpanginya. “Kita mau ngapain bu, kok ke sini lagi?” “Jenguk temen ibu dulu ya.” “Temen ibu masih sakit ya? belum sembuh-sembuh?” si anak bertanya dengan suara khasnya. “Iya, makanya masih kita tengok di sini. Ana udah bawa sup yang kita bikin di rumah kan?” “Udah dong, nih.” Si anak mengacungkan rantang mungil dengan motif bunga-bunga. “Pinter,

  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Selamat Datang Kembali Nilam

    Nilam gemetaran, laki-laki di luar sana memang Dewa. Ia sudah memastikannya berkali-kali. Yang tidak Nilam ketahui adalah bagaimana bisa Dewa mengetahui tempat persembunyiannya. Di tengah kekalutannya itu ponsel Nilam berdering, nama Ru muncul di layarnya. “Gimana, suka kejutannya?” “Ru, brengsek! Penghiakat lo, gue udah kasih uang sesuai sama yang lo minta!” “Lo enggak akan ngerti Nilam, lo enggak akan ngerti. ini semua bukan soal uang, tapi dendam. Lo enggak bisa egois kan? Hidup bahagia sendirian sementara orang-orang yang udah ngebantu lo hidup menderita.” “Apa maksud lo?!” &n

  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Hai Nilam, Kita Ketemu Lagi

    Dewa sedang sibuk menggoda bayinya yang sekarang sudah tumbuh dengan sangat sehat ketika kepala pelayan datang, laki-laki itu mendelik sebal karena waktu bermainnya dengan sang putri harus terganggu. “Saya udah bilangkan, saya enggak suka di intrupsi waktu lagi main sama Ghiana.” “Maaf pak, tapi di depan ada yang nyari bapak dan ngotot mau ketemu.” “Kamu enggak bisa ngusir dia? Harus saya yang turun tangan langsung ngurus beginian?!” Desis Dewa dengan sebal, jika tidak ada Ghiana di dekatnya laki-laki itu pasti sudah menghajar kepala pelayan yang menurutnya sudah sangat tidak kompeten itu. “Laki-laki itu bilang, dia bawa informasi yang selam

  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Lo, Enggak Akan Bilang Kan?

    Setelah memastikan pintu dan pagar rumahnya terkunci sebelum berjalan menyusuri gang kecil menuju tempat kerjanya yang baru, warung kelontong milik bu Retno. “Mau berangkat kerja Nilam?” “Ah iya bu, mari.” Nilam malas berbasa basi, karena itu ia langsung melangkah pergi. Perempuan itu sama sekali tidak peduli pada segerombolan ibu-ibu kurang kerjaan yang sibuk menggosipkannya. Nilam sampai di toko kelontong dan terkejut mendapati bu Retno sudah berdiri depan pintu roling. Nilam sedikit curiga karena tidak biasanya perempuan itu datang sepagi ini. “Nilam, akhirnya

  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Setelah Tragedy

    “Jangan lupa jadwal periksa kamu Nilam, Dewa udah wanti-wanti saya sejak jauh-jauh hari.” Bu Darmi langsung pergi setelah menyampaikan pesan tersebut, sejak malam itu Dewa memang tidak lagi pernah datang mengunjungi Nilam dan selalu menggunakan bu Darmi sebagai perantara komunikasi mereka. “Haah, alat ini bener-bener nyiksa!” Nilam melemparkan bantal-bantalan pemberian Ru ke atas ranjang setelah bu Darmi keluar dari kamarnya. Belakangan Nilam merasa tubuhnya tidak enak, ia sering merasa kembung dan juga begah. “Nih, obat lo.” Rara masuk dan kemudian langsung mengunci pintu begitu melihat Nilam tidak mengenakan bantal kehamilannya. “Nilam! lo nih kebiasaan, teledor. Kalau bu Darmi tiba-tiba masuk gimana?!” “Ck enggak akan, bu Darmi sekarang males banget ketemu gue. Kalau bukan untuk ngurusin urusan gue sama Dewa dia enggak akan dateng.” “Tapi tetep aja, lo harus lebih

  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Selamat Ya Pak, Bayinya Perempuan

    “Ya ampun jambu air!” Dewa yang baru saja memasuki ruang tamu tersenyum mendengar suara antusias istrinya yang dengan sangat semangat menyambutnya di ruang keluarga. “Mbok! Mbok!” “Pelan-pelan sayang.” “Duh, Mbok!” “Iya bu,” “Ini jambu airnya tolong di buatin petisan ya, pake rawit sama garem jangan lupa.” “Iya bu,” “Jangan banyak-banyak Mbok rawitnya.” “Iya pak.” Dewa kemudian berjalan sembari merangkul istrinya menuju kamar mereka, di sana Dewi membantu mengurusi keperluan mandi dan juga baju ganti suaminya. “Kamu katanya mau pulang sore mas, kok jam tujuh jadi baru dateng?” “Aku tadi lama ngambil jambu airnya dulu, karyawan aku yang mau bawain malah kelupaan jadi aku ikut kerumah dia tadi.” “Oh. Makasih ya mas, aku seneng banget akhirnya kesampean makan jambu air.” Dewa yang sedang mengeringkan rambutnya hanya mengangguk sembari tersenyum. Laki-laki itu mengelusi wajah istrinya penuh s

  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Kok Perut Kamu Keliatan Masih Rata?

    Begitu membuka pintu kamarnya, Nilam sudah menemukan bu Darmi duduk di atas ranjangnya sembari melipat tangan di dada. Dewa pasti sudah mengadukan tingkahnya selama di restoran tadi, tapi apa peduli Nilam saat ini bu Darmi tidak bisa melakukan kekerasan untuk menghukumnya. “Kamu kira, dengan keadaan sekarang kamu bisa bebas melakukan apapun Nilam?” “Saya enggak paham maksud bu Darmi.” “Nilam..Nilam.. kamu cuma akan kehilangan banyak hal jika terus bersikap sembarang seperti sekarang.” Nilam memutar bola matanya jengah mendengar nasihat bu Darmi, perempuan itu menggerakan bibirnya mengulangi perkataan bu Darmi barusan dengan nada yang di buat-buat. Hal itu membuat bu Darmi geram, tapi perempuan itu cukup sadar diri untuk harus menahan diri. “Gimana saya bisa takut kehilangan banyak hal bu? Selama ini kan saya memang enggak punya apa-apa.” perempuan itu dengan santai melangkahkan kaki ke meja riasnya dan mulai menghapus makeupnya. “Sehar

  • NILAM (PELACUR IBU KOTA)   Kamu Yakin Disini Kliniknya?

    Nilam sekali lagi memastikan bahwa klinik yang di datanginya sama dengan alamat klinik yang sebelumnya di berikan oleh Ru melalui pesan. Nilam berhasil membujuk Dewa untuk datang ke klinik yang di tunjuk oleh Ru dengan alasan di tempat terpencil seperti ini sedikit sekali orang yang mengenal mereka. Nilam meyakinkan Dewa kalau di klinik besar laki-laki itu bisa saja bertemu salah satu kenalannya yang akan mencurigai Nilam, isu miring tentang suaminya tentu dapat membuat kesehatan Dewi menurun. “Kamu yakin disini kliniknya?” Nilam merisingis mendengar petanyaan Dewa karena kenyataannya ia juga tidak tau apakah bangunan kumuh di depannya ini adalah klinik kandungan yang di maksud oleh Ru. “Iya mas, temen kerja aku yang lain suka periksa kesini kalau mereka ke bobolan. Klinik ini juga buka jasa aborsi ilegal”

DMCA.com Protection Status