Flashback. 18++
Kejadian, sebelum Danish lahir di dunia. Bagaimana mak-bapaknya. Na-ina.
_______________$$$__________"Selamat ulang tahun." ujar Azyan, sambil memeluk Ilene. Hari ini si kembar ulang tahun, tanggal 14 Juli 19 tahun lalu, Bunda mereka berjuang untuk mengeluarkan mereka dan sekarang umur keduanya berkurang untuk menikmati waktu di dunia ini lagi.
"Makasih."
"Hai Bubu." semacam anak muda lainnya yang memberi nama khusus untuk kekasih mereka. Darris menyebut Azyan Bubu, panggilan kesayangan. Dan Azyan hanya mampu menunduk, cowok itu suka sekali menggodanya, walau ia juga suka dan terhibur tentu saja.
"Bella nanti datanya ke rumah. Bunda udah nyiapkan semuanya, cuman teman-teman kok. Nggak rame juga, uda tua." Ilene terkikik. Ia sebenarnya malas, melakukan hal ini lagi. Sekali lagi, Bunda tetap Bunda. Apapun yang ia mau, harus tetap dilaksanakan. Dan bundanya tetap mengan
Hancur, berantakan, tak bersisa. Disaat, masa depan depan yang telah ia rancang hilang hanya dalam satu malam. Satu malam, menggerogoti habis seluruh sendi-sendi kehidupan Azyan.Azyan hanya terduduk di sisi ranjang, sambil menangis dan memeluk lututnya. Ia tak pasti, sekarang jam berapa. Tapi ... Azyan harus pergi, tak peduli jika sekarang dini hari, atau tengah malam dan kena palak preman. Hidupnya sudah sial.Setelah puas menangis, Azyan menggapai pakainnya dan memakainya kembali. Walau rasa di bagian bawah tubuhnya seperti disilet dan sayat-sayat. Tapi Azyan tak peduli, dirinya lebih hancur dari itu.Dengan kondisi yang berantakan Azyan bergegas bangun memakai pakaiannya kembali, dan membuka pintu dengan perlahan. Jangan sampai ia menyadarkan yang lain. Azyan tak perlu melihat wajah lelaki itu, karena ia akan membenci selamanya.Azyan berjalan perlahan seperti pencuri, sambil berjinjit karena tak
"Oy ..."Ilene mengetuk pintu kamar Irish, setelah meminta izin Ilene diperbolehkan untuk menjumpai Azyan. Walau sedari tadi tak ada sahutan."Anybody home? I'm home now, please open the door." Ilene mengetuk lagi, tapi tak ada respon yang berarti dari dalam."Bell ... Aku bawa boneka Anabelle kalau kau tak buka. Buka ya, kenapa nggak masuk kampus hari ini?""Bellanin. Buka oy." Ilene menoleh ke belakang, melihat abangnya yang hanya berdiri kaku disana. Kalau tak ingat uang tadi sia-sia melayang, maka Ilene ingin menendang abangnya."Bell ..."Dennis hanya berdiri disana, perlahan laki-laki itu mendekati pintu tadi dan berdiri seperti patung, berharap si empu kamar membuka pintu. Laki-laki itu ingin semua masalah secepatnya kelar."Bella ... Kawanku yang paling sabar. Pacar si cangcut ya hehehe." gurau Ilene. Azyan yang berdiri di balik pintu merasa tak te
"Mungkin kalian butuh waktu untuk membicarakan ini. Bunda percaya, Bella sudah dewasa. Kecewa hanya sekali diperbolehkan, selanjutnya jangan terus tergerus dengan rasa kecewa. Rasa kecewa bisa membawa dendam yang akan merugikan diri sendiri."Ilona menepuk belakang Azyan pelan. Gadis itu hanya menatap tak percaya, pada wanita cantik yang terlalu bijak hari ini. Walau semuanya terasa masuk akal. Gadis itu menarik napas panjang, dan menyeka semua air matanya.Ilona keluar dari kamar. Azyan hanya menunduk, ya ia masih berduka kehilangan permatanya sebagai wanita. Gadis itu menunduk, sambil memainkan jari-jari tangannya. Menimang apa yang harus ia lakukan sekarang? Kata-kata sok bijak Ilona terdengar masuk akal di telinganya."Boleh saya masuk?" Azyan langsung mengangkat wajahnya, dan lelaki laknat yang berani membuat dirinya hancur seperti ini. Walau penampilan lelaki itu tak kalah sepertinya, dalam artian mereka sama-sama st
Sedang ingin menyendiri.Azyan tak ingin diganggu siapapun, bahkan Dennis. Gadis itu ingin merenungi semua ini, sampai ia benar-benar memutuskan dan membuatnya takkan menyesal di kemudia hari. Waktu tak dapat diputar benar? Jadi, Azyan tak ingin menyesal karena ketololan yang menghantui hidupnya, karena ia tak mempertimbangkan semuanya dengan matang.Azyan masih merenungi nasibnya, walau perlahan ia kembali melihat dunia yang luas dan kembali menjalankan kegiatan kampus seperti mahasiswa yang lain. Beruntung ada Ilene yang selalu membantunya, ketika ia sedang kesusahan. Hal lain yang mendasari, Azyan menerima Dennis adalah karena sudah mengenal keluarga itu. Bagaimana perlakuan bundanya, dan Azyan tahu wanita cantik itu berhati mulia.Walau Azyan masih dilema bagaimana memutuskan hubungannya dengan Darris. Bagaimana mungkin, ia sudah jebol dengan yang lain dan berstatus kekasih orang lain? Walau Azyan sama sekali tak meras
"Cukup!"Ilona bergegas menarik Darris yang meninju abangnya membabi-buta. Ketika berhasil melepaskan, Darris berdiri masih dengan mengepalkan tangannya dan mencari kesempatan untuk menendang abangnya."Si sialan ini, nggak usah lagi datang ke rumah ini!" Darris menunjuk Dennis."Udah ..." Ilona menepuk pundak anak bungsunya menenangkan, ia sangat mengerti bagaimana patah hati Darris. Tapi memang, Dennis sudah mencuri start duluan. Mungkin memang sudah takdirnya untuk anak sulungnya yang kaku memiliki pasangan."Adek masuk kamar dulu. Bunda mau ngomong sama Abang."Ketika Darris melewati hadapan Azyan, gadis itu hanya menunduk tak berani menatap mantannya. Azyan yakin, Darris mengira dirinya wanita murahan. Walau mungkin begitu kenyataannya. Hamil dari lelaki, yang ia tak tahu betul bagaimana sifatnya.Akhirnya, Dennis duduk di hadapan bundanya dan meraba-raba wajah tampan
Azyan tak tahu, jika dua kembar kompak tidak menegurnya. Hal ini sontak membuat Azyan bersedih. Apa ia tak pantas bahagia? Harusnya mereka menerima dirinya dengan lapang dada, suka tak suka Azyan sudah menjadi bagian anggota keluarga mereka."Aku tak mau kawan sama orang yang suka nusuk dari belakang. Abang-adek diambil. Kenapa nggak sekalian tuh papah?"Kata tajam Ilene membuat Azyan memasukan dalam hati. Gadis itu merasa sedih dan hanya murung. Andai, mereka tahu kebenarannya. Dan Azyan juga tak munafik, jika orang yang telah membuat hidupnya seperti ini juga telah membuatnya jatuh cinta. Semua tingkah kaku, dan tak terduga Dennis membuat Azyan jatuh cinta pada semua perlakuan kecil itu, bagaimana Dennis memperlakukan dirinya dan begitu perhatian dan menjadikan Azyan pusat dunianya, membuat Azyan merasa besar kepala karena ini pertama kalinya ia diperlakukan oleh lawan jenis dengan berbeda.Saat bersama Darris, Azyan tak
"Adek." tegur Dennis. Azyan yang sedang serapan langsung tersedak, agar sedikit meyakinkan pemirsa."Lanjutkan makannya." Azyan mengangguk dan mencium aroma tubuh Dennis yang wangi. Semenjak hamil, Azyan semakin suka dengan aroma tubuh Dennis. Pagi ini Azyan sarapan roti panggang dan susu ibu hamil yang telah Dennis siapkan dan laki-laki itu bersiap mandi, untuk mengantarkan Azyan ke kampus. Terkadang, Azyan merasa ia masuk dalam kehidupan Dennis khusus untuk menyusahkan lelaki ini. Tapi bukankah, ia memang tanggung jawab Dennis?"Makan yang banyak. Dan mulai sekarang dipanggil Adek.""Heh? Kenapa gitu?""Kenapa?""Ditanyain." Azyan memajukan bibirnya, sambil menekuk wajahnya. Dennis terlalu memanjakan dirinya, hingga ia gadis mandiri berubah jadi seorang wanita manja.Dennis mengelus pipi Azyan, membuat gadis itu menutup matanya. Ah, semua sentuhan kecil ini membuatnya la
"Kan awalnya kesepakatan kita cuman kempesin bannya aja, bukan sampai buat remnya blong.""Sumpah, aku ngajak Afdal, buat bantuin kempesin ban aja, dia juga orang bengkel jadi ngerti kayak gitu."Darris terduduk lesu begitu juga Ilene, keduanya menyesal. Ide iseng mereka, berakhir celaka. Tapi, yang membuat mereka semakin merasa bersalah adalah melihat Azyan. Rasa tak tega saat melihat bagaimana gadis langsung terpuruk dan seperti orang gila, padahal ibu hamil tak boleh stress. Dendam mereka membahayakan nyawa orang lain. Bahkan, sampai sekarang Dennis tak sadarkan diri, Azyan terus menangis membuat Ilene dan Darris terpukul atas kejadian ini."Pas itu aku yang bagian kempesin bannya, dan Afdal aku nggak tahu dia ngapain.""Bodoh kau!" maki Ilene. Darris hanya meremas rambutnya."Mending ide aku kalau kayak gini." Ilene hanya bolak-balik, semuanya sudah terlanjur dan mer
"Manusia bisa punya rencana, tapi Tuhan yang menentukan."Kata-kata bullshit yang bikin Azyan muak. Semua orang akan sok bijak pada waktunya, dan ia tak ingin mendengar kata-kata laknat itu. Dua tahun, ia dan Dennis jungkir-balik program kehamilan dan sampai saat belum ada kabar bahagia tersebut.Setiap bulan, Azyan harus bolak-balik kamar mandi memegang testpack dan hasilnya tetap garis satu. Kadang gadis itu menangis diam-diam, tapi tak pernah tunjukan di depan suami, karena tak ingin menunjukan di depan suami kelemahannya yang membuat Dennis semakin banyak pikiran san beban. Iya tahu, Dennis juga stress dengan semua ini. Bagaimana semua cara mereka lakukan agar menambah anggota keluarga tapi tetap Tuhan belum mengizinkan atau memang Tuhan cukupkan.Danish sudah memasuki Pra Sekolah. Saat mengurus Danish, membuat perhatian Azyan sedikit teralihkan dengan anaknya. Terkadang ia berpikir, mungkin Tuhan menginginkan agar ia
"Ini serius?" Azyan berbalik pada Dennis dan mencoba bertanya meyakinkan penglihatannya. Matanya masih jernih, ia belum rabun, Azyan belum butuh kacamata, rambutnya belum putih hingga ia belum pikun dan juga, ia sedang tidak bermimpi.Siang ini, Dennis mengajaknya ke sebuah rumah makan di pinggir laut. Azyan mengira, mereka hanya makan seafood seperti orang pergi, ke rumah makan dan memesan sesukanya. Tapi Dennis mempunyai kejutan lain. Laki-laki itu, memberinya banyak kerang di hadapannya. Azyan juga mengira mereka akan berburu kerang hari ini. Tapi, Azyan selalu salah dari dugaannya. Laki-laki itu sengaja memberinya, banyak kerang yang di dalamnya terdapat banyak mutiara berbagai warna. Makanya, Azyan tak percaya dengan penglihatannya.Azyan awalnya meringis, ini disebut romantis atau menjijikan?"Saya sengaja memberi kamu ini, biar kamu tahu bahwa kamu berharga seperti mutiara. Langka tapi sangat berharga dan begitu can
Kebahagiaan demi kebahagiaan menghampiri Azyan. Saat ini, usia Danish sudah berumur 2 tahun. Tentu, makin pintar dan tetap mengemaskan seperti biasa. Dennis hanya bisa geleng-geleng, jika anak semata wayangnya sangat cerewet seperti neneknya si raja hutan.Ngomong-ngomong raja hutan, Azyan masih tak percaya jika ia mempunya mertua yang cantik, enerjik dan tak pernah terlihat tua. Garis kecantikannya masih bersinar, walau sudah kepala lima.Azyan menoleh pada anaknya yang sedang bermain. Gigi Danish yang dulunya hanya dua biji, sekarang sudah banyak gigi. Bahkan, Danish rajin menyikat gigi, karena ajaran dari ibunya. Membuat Dennis tak berhenti bersyukur dan kagum, dengan didikan Azyan. Dia benar ibu yang hebat, Dennis tak salah memilih orang. Berawal dari musibah, mereka menjadi keluarga kecil yang sempurna, di dalam rumah mereka hanya ada kebahagiaan di dalamnya. Membuat semua orang betah bertamu ke rumah Dennis.Darris s
Terdiam untuk waktu yang lama. Semua orang sedang senyap, mengheningkan cipta. Hanya Danish yang mulai risih berada dalam gendongan ibunya."Mam.." Danish mengulurkan tangannya, meminta biskuit yang ibunya beri karena bayi ini tak bisa diam dalam gendongan. Tak puas, karena terus terkurung dalam gendongan, Danish ingin turun. Bayi itu terus menunjuk ke bawah, minta diturunkan. Ayolah, dia sudah bisa jalan kenapa harus digendong terus?Dennis menoleh mengode pada istrinya agar menurut saja, karena bayi itu risih dan belum mengerti apa yang terjadi.Azyan akhirnya pergi dari sana.Hari ini adalah peringatan hari kematian Jasmine. Tanggal 24 Agustus. Dan Dennis hadir untuk memperingati kepergian Jasmine untuk selamanya, dan datanglah semua keluarga Jasmine.Saat Azyan pergi, Danish menangis tangannya ia ulur padanya. Danish ingin bersama Yaya."Yaya." Azyan menggeleng. Tapi D
Azyan tengah bersiap-siap, untuk pergi memenuhi undangan Dennis. Surprise. Walau ia sudah menduga surprise seperti apa. Tapi, Azyan akan pura-pura tak tahu, bahagia demi menyenangkan hati pasangannya.Anak mereka—sebut saja anak mereka, karena buatnya berdua. Danish sedang bermain, Azyan senang bayi itu sudah pandai bermain. Ia akan jengkel dan menangis ketika mainan yang ia mau tak bisa dikunyah.Azyan sudah memandikan Danish memakaikan baju yang rapi, bedak, minyak wangi. Azyan tak tahu, jika sudah besar wajah Danish terlihat lebih mirip seperti Dennis sekarang, padahal dulu saat bayi ia senang wajah Danish mirip dirinya.Azyan sedang menyisir rambutnya dan mungkin sedikit bedak yang tipis di pipinya. Ia merasa hari-harinya berubah. Saat Dennis sudah tahu segalanya, ia tak perlu berpura-pura di hadapan suaminya. Azyan mendekati anaknya yang sedang enteng bermain. Dennis benar membelikan banyak mainan untuk Danish. Membuat bayi itu langsung banya
"Bunda ..." Dennis berbalik pada bundanya. Dennis tahu, pasti bundanya juga menyimpan sesuatu yang tak beres disini."Kejarlah. Dia pasti punya alasan."Dennis langsung berlari, turun dari panggung. Ia mencari di mana ponselnya, dan segera menyusul Azyan.Ketika menjumpai ponselnya, Dennis melihat Azyan memberinya pesan.ABella : Jumpa di cafe Tebing.Sekarang masih siang, tapi cuaca selalu mendung seperti suasana hati Dennis tak sudah karuan seperti sekarang. Laki-laki itu memasukan ponsel dalam sakunya dan bergegas pergi. Ia harus mengejar Azyan, dan meminta penjelasan dari semua ini. Mengapa tiba-tiba Azyan menolaknya? Apa gadis itu sudah menemukan sesorang pengganti dirinya? Kenapa Azyan bisa begitu tega menolaknya? Padahal Dennis tahu, gadis itu juga mencintainya. Siapa yang tiba-tiba mencuci otak gadis itu?Dengan gerimis yang mengundang rindu, Dennis menyusul Azyan
Minggu yang sibuk.Dennis ingin memastikan semuanya berjalan seperti yang ia mau. Sempurna—untuk orang yang sempurna."Saya ingin dekornya warna hijau, jadi nanti panggungnya dibuat bulat gitu." Dennis menjelaskan bagaimana dekornya nanti. Ia yang turun tangan sendiri, memastikan semuanya seperti yang ia inginkan. Biasanya, hal-hal seperti ini bundanya yang akan turun tangan, tapi sekarang Dennis ingin membuatnya sendiri, ingin membuat Azyan terkesima dan meyakinkan gadis itu, ia tak pernah salah memilih.Pekerjaan telah dimulai, besok hari H. Dan saat itu, Dennis akan berdidih dengan gagah dan berani, sambil meminta anak gadis orang untuk menghabiskan masa tua mereka bersama."Zyan, maukah kamu menemani saya sampai hari tua?""Zyan, saya tahu. Saya dulu brengsek dan juga bodoh, telah menyia-nyiakan kamu, sekarang saya ingin kita menghabiskan masa kita bersama, menua bersama bersama
"Maaf, saya hanya laki-laki brengsek dan juga pengecut mungkin. Membawa kamu terbang tinggi dan tiba-tiba harus memutuskan ini tiba-tiba." ujar Dennis sungguh-sungguh. Ia sudah memikirkan semuanya dengan matang dan ya, Azyan rumah terakhirnya. Tempatnya berlabuh. Azyan dan Danish harta yang paling berharga yang tak bisa ia sia-siakan.Dennis juga sedikit banyak, sudah tahu bagaimana sifat Azyan yang sebenarnya. Gadis pemalu, kalem dan juga, ia akan bersifat manja sewaktu-waktu. Keluarga bahagia impiannya sebentar lagi tercapai."Jadi maaf sekali lagi.""Hahaha. Santai aja, sebenarnya aku cuman bantu kamu dulu buat kamu ingat kembali ke masa lalu, maksudnya ingat keluarga kecilmu, ingat anakmu. Tapi sepertinya nggak ya?" tanya Alena seperti merasa tak enak pada amnesia yang dialami Dennis."Ya saya tak ingat sama sekali, yang saya tahu Zyan hanya pengasuh buat Danish. Bayi yang diadopsi dari panti asuhan. B
Dennis semacam membenci teknologi, karena selalu membawa berita buruk dalam hidupnya. Atau memang Dennis benci dirinya sendiri, karena saat-saat seperti ini, ia tidak bisa berbuat apa-apa.Laki-laki itu butuh suatu pelampiasan untuk meledakan semua amarah yang ia simpan sendiri. Begini tak enaknya jadi lelaki, harus menahan segala emosi, membuat kasus bunuh diri lebih banyak dilakukan kamu adam. Jika wanita dianggap lemah, mak laki-laki harus serba kuat, bahkan laki-laki tak boleh menangis. Dan Dennis benci pada keadaan sekarang, ia tak bisa meluapkan semua perasannya yang terasa menyesakkan di dada. Dennis ingin berteriak di mana Azyan dan Danish sekarang? Bahkan, pesan Alena ia abaikan, seperti suara cicak di dinding yang berlalu begitu saja.Dennis pulang, pulang dengan tangan kosong, dada yang terasa berat dan kepala yang penuh prasangka yang buruk. Jika tidak bisa meminjam sempak Superman, Dennis ingin meminjam palu milik Thor. Atau t