"Adek." tegur Dennis. Azyan yang sedang serapan langsung tersedak, agar sedikit meyakinkan pemirsa.
"Lanjutkan makannya." Azyan mengangguk dan mencium aroma tubuh Dennis yang wangi. Semenjak hamil, Azyan semakin suka dengan aroma tubuh Dennis. Pagi ini Azyan sarapan roti panggang dan susu ibu hamil yang telah Dennis siapkan dan laki-laki itu bersiap mandi, untuk mengantarkan Azyan ke kampus. Terkadang, Azyan merasa ia masuk dalam kehidupan Dennis khusus untuk menyusahkan lelaki ini. Tapi bukankah, ia memang tanggung jawab Dennis?
"Makan yang banyak. Dan mulai sekarang dipanggil Adek."
"Heh? Kenapa gitu?"
"Kenapa?"
"Ditanyain." Azyan memajukan bibirnya, sambil menekuk wajahnya. Dennis terlalu memanjakan dirinya, hingga ia gadis mandiri berubah jadi seorang wanita manja.
Dennis mengelus pipi Azyan, membuat gadis itu menutup matanya. Ah, semua sentuhan kecil ini membuatnya la
"Kan awalnya kesepakatan kita cuman kempesin bannya aja, bukan sampai buat remnya blong.""Sumpah, aku ngajak Afdal, buat bantuin kempesin ban aja, dia juga orang bengkel jadi ngerti kayak gitu."Darris terduduk lesu begitu juga Ilene, keduanya menyesal. Ide iseng mereka, berakhir celaka. Tapi, yang membuat mereka semakin merasa bersalah adalah melihat Azyan. Rasa tak tega saat melihat bagaimana gadis langsung terpuruk dan seperti orang gila, padahal ibu hamil tak boleh stress. Dendam mereka membahayakan nyawa orang lain. Bahkan, sampai sekarang Dennis tak sadarkan diri, Azyan terus menangis membuat Ilene dan Darris terpukul atas kejadian ini."Pas itu aku yang bagian kempesin bannya, dan Afdal aku nggak tahu dia ngapain.""Bodoh kau!" maki Ilene. Darris hanya meremas rambutnya."Mending ide aku kalau kayak gini." Ilene hanya bolak-balik, semuanya sudah terlanjur dan mer
"Teman kamu baik bangat Ai. Dia mau bantuin kamu merawat Abang."Semua orang terdiam, tidak dengan hati Azyan yang retak seribu. Pegangan Azyan pada kursi roda itu melemah. Gadis itu urung mendorong kursi roda Dennis. Hari ini, Dennis keluar dari rumah sakit, setelah dua Minggu dirawat walau ia belum bisa berjalan normal, jadi Dennis hanya bisa beraktivitas dengan menggunakan kursi roda."Ayo." ajak Ilene pada Azyan yang hanya diam. Kata sederhana itu, meluluhkan pertahanan dan kesabaran Azyan. Rasanya Azyan ingin berlari sejauh mungkin, dan tak seorang pun dapat menemukannya dan ia bebas melakukan segala perasaannya, tanpa ia menutupi semuanya."Abang boleh ajak kawan ke rumah?" tanya Ilene pada abanganya. Dennis hanya mengangguk. Tapi, Azyan hanya berjalan dengan lemah mengikuti dua bersaudara itu dari belakang. Setelah ini, ia hanya perlu menghilang dari kehidupan lelaki ini dan amnesia seperti Dennis, dan melupakan apa ya
"Bunda mohon, tolong pikirkan ini. Bagaimana kamu mau merawat anakmu, jika kamu sendirian. Gimana kalau malam-malam perutnya mules." Azyan hanya menunduk, beribu cara Ilona membujuknya, beribu cara juga ia menghindar."Kehamilan Bella sudah lima bulan, sebentar lagi banyak drama yang keram, tak bisa gerak leluasa. Pokoknya hamil itu banyak drama, dan memang harus ada yang mendampingi tak bisa hidup sendiri kayak gini."Ilona mengantarkan Azyan mencari kontrakan terbaru. Azyan benar-benar menghilang dari kehidupan mereka. Harusnya, Azyan menjadi tanggung jawab mereka, namun gadis itu keras kepala, ditambah Dennis punya penyakit. Ah, semuanya terasa serba salah."Ya, Bella berhak marah. Tapi, pikirkan kondisi anaknya." Azyan hanya mengangguk.Dan Ilona kewalahan, bagaimana mengatur semua ini. Azyan sudah sakit hati dan kecewa, Dennis juga butuh penanganan. Dan dua anak kembarnya sudah mendapatkan hukuman mer
"Akhirnya, libur juga kita." Ilene memeluk lengan Azyan yang hanya diam.Perutnya makin membesar, sudah 7 bulan atau 32 minggu. Membuat Azyan lebih cepat merasa lelah dan juga wajahnya begitu pucat. Ia mengalami anemia."Habis ini, Bella akan fokus pada kehamilan dan juga kelahirannya." Azyan tak perlu menanggapi, karena memang ia masih marah pada dua kembar tersebut. Ia belum bisa berdamai, beruntung ia melewati masa-masa sulit."Wah, kebetulan aku lagi dapat duit hehehe. Tenang, bukan uang haram. Aku mau traktir." ujar Darris tiba-tiba sudah bergabung sambil nyegir.Ilene langsung melotot pada adiknya. "Bukan dia. Tapi abang." rasanya seperti pertahana Azyan runtuh. Tapi ia berpura-pura tegar. Jantung Azyan berdetak lebih cepat, rasanya mau copot. Gadis itu menelan ludahnya gugup, matanya sudah memanas. Ia merindukan bau itu, baju Dennis yang beberapa bulan lalu, sudah hilang baunya karena ia gosokan di
Azyan bolak-balik, sambil memegang perutnya.Kontraksi.Peluh mulai membasahi wajahnya, walau ia masih bisa menahan semuanya dan sedikit beraktivitas."Biasanya disuruh jangan makan. Puasa dulu, tapi sekarang masih lama, Bella makan aja dulu." Azyan hanya meringis memegang perutnya. Penantiannya telah tiba, tapi banyak banyak hal yang ia pikirkan. Terutama, bagaimana nasib anaknya setelah ini, karena Dennis sama sekali tak mengingatnya. Bahkan, jadi nanny juga, Azyan tak bisa menjamin ini akan berhasil. Apa ia bisa berpura-pura di depan semua orang, jika ia adalah pengasuh untuk anaknya sendiri?"Udah jangan banyak mikir yang aneh-aneh. Fokus ke kandungan, setelah keluar, semua kesakitan ini hilangnya dengan sendirinya. Ini nggak bohong, dan ini disebut keajaiban."Azyan duduk di atas atas kursi, memandang kosong ke arah salad buah di atas meja. Sakitnya bisa ia tahan, karena belum terlalu intens. Walau saatnya datang
"Saya seperti kau menyerah. Ini tidak berjalan dengan baik. Hidup bersama, ada anak, tapi abang memang nggak ingat apa-apa."Azyan tersedu sambil menggeleng, mengadu pada Ilona, sambil mengendong Danish. Bayi yang sudah berumur empat bulan. Azyan mengira, setelah 4 bulan Dennis akan sadar dari amnesia dan sadar siapa dirinya. Nyatanya semua terasa asing di mata Dennis. Laki-laki itu tetap menganggap Azyan seorang pengasuh bukan ibu dari anaknya."Bunda punya ide yang lebih bahaya lagi. Tapi nggak tahu, Bella setuju atau nggak?" kata Ilona sambil memegang tangan mungil Danish yang berusaha memasukan tangannya dalam mulut bayi itu. Azyan langsung memandang nenek Danish. Wanita yang sangat berperan besar dalam kelangsungan hidupnya. Tapi anaknya yang sakit, tak ingat apa-apa tentang dirinya, membuat Azyan ingin menyerah dan membawa Danish pergi sejauh mungkin agar Dennis tak menemukan mereka kembali. Dan laki-laki itu tahu, arti kehilangan.
Kecewa.Azyan kecewa pada Ilona yang melakukan semuanya tanpa menunggu persetujuan dari dirinya. Bukankah ia belum menjawab ide yang Ilona rencanakan? Walau Azyan memang tak punya jawaban, seperti maju salah, mundur salah. Lebih baik ia kabur dan menghindar agar tak lagi memikirkan semua hal ini.Azyan memperhatikan anak semata wayangnya yang sibuk memasukan jari-jari kaki dalam mulut dengan badan gempal karena gemuk dan terlihat makin mengemaskan. Danish adalah bayi paling mengemaskan, tapi perjuangan untuk mendapatkan bayi ini begitu susah.Azyan berbaring kembali dan mengelus-elus kepala Danish sayang. Harusnya ia menjumpai Ilona dan menyatakan keberatannya, bukan sepihak seperti ini, karena masa depannya dipertaruhkan disini, memangnya Ilona mau Danish tak punya ayah karena Dennis akhirnya jatuh cinta pada Alena? Oh sialan! Memikirkan ini Azyan tak sanggup.Azyan mengangkat Danish dan meletakan bayi it
Berita tentang kecelakaan pesawat menjadi trending topic di berbagai social media dan Televisi. Bahkan, Dennis bersumpah ia ingin menghancurkan Tv tersebut, karena setiap ia mengganti channel hanya berita itu yang ditampilkan. Membuatnya semakin khawatir.Entah sudah berapa ribu panggilan yang Dennis lakukan pada ponsel Azyan, tapi tidak aktif.Dan sekarang, Dennis mengacak-ngacak, laci di kamar Azyan berharap gadis itu memberi pentunjuk kemana dirinya pergi atau meninggalkan pesan seperti di novel-novel atau ada pesan tersembunyi tapi tak jumpa apa-apa. Hanya barang-barang peninggalan Azyan dan Danish yang membuat Dennis semakin lemah.Dennis berharap menemukan petunjuk, tapi tidak ada. Laki-laki itu terduduk dan mengacak rambutnya, bahkan ia tak tahu kemana harus menyusul Azyan. Operator sampai muak, karena sehari beribu kali Dennis menelpon Azyan tapi tak ada hasil.Beginikah penyesalan? Atau beginikah