"Jadi kau yang telah membuat papi sembuh hingga sehat kembali?"
"Iya."
Kensky ternganga. Sedangkan Dean terus menceritakan semuanya.
"Memang aku ingin balas dendam kepada ayahmu, tapi aku tidak ingin memberikan satu juta dolar kepada mereka. Seandainya dia tidak mendesakku untuk menikahi Soraya, mungkin ayahmu saat ini sudah lumpuh total. Soal hutang ayahmu kepadaku itu ide Rebecca, aku sampai terkejut waktu dia bilang aku harus menyetujuinya; bila mana ayahmu punya hutang dan jaminannya adalah perusahan kalian. Aku bahkan kebingungan saat dia memaksaku untuk memberikanmu toleransi."
"Tapi faktanya aku tidak minta toleransi, bukan?" Kensky terkekeh, "Terus selanjutnya bagaimana?"
"Di samping aku bicara dengan Rebecca, aku juga bicara dengan pengacara asli ayahmu. Beliau bernama Mr. Pay."
"Oh, iya? Jadi di sisi lain kau bersikap jahat, di satu sisi kau bersika
"Terus, Rebecca mau?""Papi tidak perduli, Nak. Dia mau atau tidak keputusan papi sudah bulat. Papi ingin bercerai dengannya."Wajah Kensky berkerut-kerut. "Aku khawatir Rebecca akan mencelakai Papi lagi. Aku tidak ingin itu terjadi lagi, Pi.""Tidak, Sky. Papi tidak ingin lagi hidup dengan wanita jahat seperti dia. Memang semua ini rencana Dean, tapi setidaknya dengan masalah ini papi bisa tahu bahwa Rebecca tidak benar-benar mencintai papi.""Baiklah. Tapi Papi janji jangan pernah berurusan dengan mereka lagi, ya? Aku tidak ingin mereka berpura-pura dan akhirnya mencelakai Papi hanya karena sakit hati."Eduardus meraih tangan anaknya. "Kamu tenang saja. Papi tidak akan lagi tinggal di rumah itu, papi akan tinggal bersama Mr. Bla."Kensky tersenyum sayang. "Kira-kira mami akan marah tidak ya jika tahu rumah dan perusahannya sudah jatuh ke tangan orang lain?"
Ting! Tong!Bunyi bel membuat Soraya dan Rebecca saling bertatap. "Biar aku saja," kata Soraya sambil beranjak dan berdiri dari sofa.Rebecca duduk diam. Sambil menatap anaknya berjalan meninggalkan ruangan ia tampak berpikir. "Mudahan-mudahan saja caraku itu bisa berhasil. Semoga Dean bisa peka dan segera membuat sertifikatnya. Dengan begitu aku masih punya waktu tinggal di sini sampai sertifikat itu selesai.""Ma?"Suara Soraya mengejutkan Rebecca. "Iya, Nak?""Ada yang ingin bertemu, Mama."Alis Rebecca berkerut. "Siapa?"Mata Soraya beralih pada sosok yang sedang berjalan memasuki ruang tamu."Halo, Nyonya Rebecca."Mata Rebecca melotot. "Anda?"Sosok yang berdiri di samping Soraya tersenyum lebar. "Iya, aku. Kenapa? Anda kaget?"Wajah Rebecca kontan m
Mata Eduardus berkaca-kaca. "Ya, Tuhan. Seandainya waktu bisa diulang, aku tidak akan pernah menjahatimu, Dean. Sumpah."Dean tersenyum samar. "Justru aku bersyukur kau menjahatiku, Eduardus. Berkat sikapmu yang jahat itu aku bisa bertemu dengan Kensky."Tawa bahagia pun terdengar dari suara Dean, Eduardus dan Mr. Pay."Tapi aku minta kau jangan dulu memberitahukan hal itu kepada Kensky, aku ingin memberi kejutan kepadanya," tambah Dean."Kau tenang saja, Nak. Sekarang, apapun yang kau perintahkan akan kulaksanakan."Mr. Pay dan Eduardus kembali tertawa. Sedangkan Dean dengan tatapan bahagia menatap Eduardus yang kini mengeluarkan air mata karena bahagia.***Aktivitas kantor yang cukup menguras tenaga membuat tubuhnya berkeringat. Berendam air panas ditemani scent white jasmine dari produk Lucerna membuat Kensky merasa nyaman. Saking nya
"Laki-laki itu.""Oh, pantasan saja dari tadi aku menghubingimu tidak bisa."Kensky tahu Dean sedang sensitif karena kecemburuannya terhadap laki-laki lain. Tapi demi menjaga hubungan mereka, mau tidak mau ia harus jujur kepadanya."Tadi begitu selesai bicara denganmu, tiba-tiba dia menghubungiku. Padahal sudah sekian lama dia tidak menghubungiku, tapi malam ini dia kembali meneleponku.""Apa yang dia katakan?"Kensky bergerak dan duduk di kursi. "Dia mengajakku menikah."Dean diam cukup lama. Dan hal itu membuat Kensky khawatir."Kau menerima lamarannya?""Aku belum memberi keputusan. Hanya saja ... aku mengajak dia bertemu.""Untuk apa?" Nada Dean terdengar tidak senang."Aku ingin mengatakannya secara langsung, siapa yang akan kupilih di antara kalian berdua sebagai calon s
Kensky pun segera menyudahi mandinya. Dengan cepat ia membilas diri kemudian kembali ke kamar. Ia meraih ponsel di atas nakas, mencari kontak Ceo kemudian mengiriminya pesan."Aku tunggu kau di kantor Kitten Group jam dua belas siang. Jika ada yang melarangmu masuk, bilang saja kau sudah buat janji temu denganku."Selepas mengirim pesan itu Kensky menekan lama tombol samping untuk mengnon-aktifkan ponselnya.Zet!"Maafkan aku, Dean. Maafkan aku. Aku terpaksa melakukan ini."***Di dalam gedung kantor yang tinggi, Dean baru saja menyelesaikan pekerjaannya."Matt?""Iya, Bos?""Hubungi Eduardus, katakan aku akan mengajaknya makan siang.""Siap, Bos."Sambil menunggu sang supir menghubungi calon mertua, Dean menyandarkan kursi sambil menatap layar ponsel. Beg
Mendengar nama anaknya disebut membuat Eduardus terkejut. Tapi mengingat Mrs. Stewart adalah pemilik perusahan di mana Kensky bekerja, Eduardus pun tahu kenapa wanita itu sampai mengenali anaknya Kensky. "Sudah, Nyonya. Tadi saat nona Kensky menghubungi kontak tuan Dean, aku yang mengangkat dan memberitahukan keadaan tuan." "Ya, ampun ... dia pasti sangat khawatir." Melihat ekspresi Mrs. Stewart membuat Eduardus terharu. Itu artinya wanita itu sangat memperdulikan kondisi anaknya. "Nyonya, sebaiknya Anda duduk dulu," kata Eduardus. Mrs. Stewart menatapnya. Dan tepat di saat itu pintu ruangan operasi terbuka. Clek! Mrs. Stewart-lah orang yang lebih dulu bergerak dan menghampiri para petugas medis yang baru saja keluar dari ruangan itu. "Bagaimana keadaan putra saya, Dokter?" Dokter muda itu tersenyum ke
Tanpa berkata apa-apa lagi Kensky pun langsung berdiri dan memeluk Dean. "Aku juga sangat merindukanmu.""Cium aku," kata Dean.Kensky melepaskan pelukannya dan menatap Dean. "Cium?""Iya."Kensky mendunduk dan mencium dahi Dean. "Sudah.""Bibir."Wajah Kensky berubah merah. "Ini rumah sakit, Dean. Kalau perawat datang dan memperkogi kita, bagaimana?""Ini sudah larut, mereka tidak akan datang.""Tapi___""Sudah, cepat. Jangan membantah."Dengan malu-malu Kensky pun mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. Perlahan ia menunduk kemudian mencium Dean.Lelaki itu tak hanya diam. Tangan sebelahnya terulur dan menehan kepala Kensky lalu membalas ciuman Kensky. Ciuman yang awalnya hanya sebuah kecupan lembut, berubah menjadi lumatan yang penuh perasaan.&nbs
"Dean, kumohon kabulkanlah permintaanku ini . Mungkin bagimu ini sangat tidak mungkin, tapi hanya kamulah orang yang kupercaya. Kumohon, Dean. Berjanjilah padaku bahwa kau akan menikah dengan Kensky. Hanya kau laki-laki yang kupercaya untuk menjaganya. Aku tak peduli kau mau atau tidak, pokoknya yang aku tahu Kensky harus menikah denganmu. Aku tak peduli bagaimapun caramu mendapatkannya, pokoknya kau harus menikahinya. Dan aku harap setelah membaca surat ini, kau mau berjanji dan melakukan apa yang sudah aku minta. Bertanda tangan, Barbara Stewart."Zet!Lagi-lagi Kensky terkejut. "Nama belakang mami Stewart?""Iya.""Sumpah, selama ini aku tidak tahu nama belakang mami. Yang aku tahu nama mami hanyalah Barbara Oxley."Dean mengusap pipi Kensky. "Kau ingat wanita yang kuceritkan padamu tempo hari ... wanita yang telah menolongku di depan tokonya?""Iya."