Beranda / Romansa / Mysterious CEO / Bab 5. Persiapan Acara Kantor.

Share

Bab 5. Persiapan Acara Kantor.

Penulis: BEBBIKITTEN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dalam perjalanan menuju kantor, Dean duduk di bangku belakang sambil menatap indahnya kota New York. Melihat para pejalan kaki membuat Dean kembali teringat pada kejadian kemarin pagi saat supir pribadinya melindas air dan membasahi tubuh Kensky. Tawanya lepas saat mengingat kembali tubuh gadis itu basah akibat percikan air kotor.

 

Sang supir yang mendengar tawanya pun dengan cepat menatap Dean dari kaca spion. "Apa Anda baik-baik saja, Pak?"

 

Dean terkejut dan merasa malu. Dengan cepat ia mengubah raut wajahnya kembali datar. "Tidak apa-apa, Matt. Sungguh aku tidak apa-apa." Ia mengarahkan pandangan ke arah jendela. Pikiran yang tadinya diselimuti oleh wajah cantik Kensky, kini tenggantikan dengan masa lalunya yang kelam akibat perbuatan ayah Kensky. Ia menatap tajam. "Kau harus menyaksikannya, Sky! Kau harus menyaksikan bagaimana ayahmu menderita. Kau juga harus menyaksikan bagaimana caranya meyebabkan dua wanita yang paling kucintai."

 

"Pak? Kita sudah tiba," kata Matthew.

 

Dean tersadar dan menatap ke arah toko kue yang ada di sebelah kanan. Dengan cepat ia turun saat Matt membukakan pintu. Seperti biasa, sebelum melangkah masuk, Dean merapikan jas-nya sesaat lalu melangkah cepat memasuki toko.

 

"Selamat pagi. Selamat datang di Lamu Bakery. Ada yang bisa dibantu, Pak?" sapa pegawai toko begitu Dean menghampirinya.

 

"Aku pesan kue ulang tahun," katanya dengan suara berat yang mampu membuat karyawan kemayu itu berdebar-debar.

 

"Baik. Ayo ikut saya, Pak." Pemuda itu mengajak Dean ke etalase di mana letak berbagai macam kue basah. "Ini, Pak, silahkan. Anda bisa memilih model dan ukurannya sesuai selera Anda."

 

Dean melihat berbagai bentuk kue yang terpajang di dalam etalase beserta harganya. Mulai dari bentuk kotak, segi empat, bahkan bentuk karakter binatang juga ada. Ia tersenyum saat melihat kue yang bentuknya bulat. "Aku pesan satu yang ini," katanya seraya menunjuk kue cokelat yang diameternya 26cm dengan tinggi 6cm.

 

"Baik, Pak. Apa ada tulisan khusus untuk kue ini?"

 

"Tidak," sergah Dean, "Tapi apa kalian bisa merangkaikan kata-kata untuk kue ini?"

 

"Dengan senang hati, Pak. Kue ini untuk siapa? Orang spesial atau keluarga Anda?"

 

Dean menggeleng. "Bukan, kue ini untuk ulang tahun kantor. Nama kantornya Kitten Group. Terserah kalian saja akan membuat kata seperti apa, yang jelas jangan lupa untuk mencantumkan nama Kitten Group di kue ini."

 

"Baik, Pak, Anda tenang saja," katanya sambil menunduk paham.

 

"Aku minta kue yang baru, ya? Aku tidak mau yang sudah dipajang seperti ini."

 

"Baik, Pak. Kalau begitu, silahkan melakukan transaksinya. Apa ada lagi tambahan?"

Dean mengucapkan tambahannya lalu menyelesaikan transaksi. "Itu saja."

"Baik, Pak, terima kasih banyak."

 

Dean mengangguk. "Besok anak buahku yang akan mengambil kue ini. Toko kalian tutup jam berapa?"

 

"Jam sembilan malam, Pak."

 

"Baik, aku pastikan anak buahku akan datang sebelum jam delapan malam."

 

"Baiklah, Pak, serahkan saja semuanya pada kami."

 

Dean menangguk lalu pergi meninggalkan toko. Setelah selesai dengan urusan kue, ia pun mulai memikirkan hal apa yang cocok untuk pesta kantor besok.

 

Tak ingin repot-repot, ia melontarkan semua tugas-tugas yang menurutnya repot kepada Matt. "Pastikan restorannya yang enak, Matt. Aku tidak mau karyawan-karyawan perempuan itu membicarakan Kitten Group di belakang layar hanya karena menu makannya yang tidak enak. Kau tahu kan bagaimana mulut Ibu-Ibu di staf marketing dan keuangan?"

 

Matt menahan tawa sambil mengemudi. "Baik, Pak, Anda tenang saja. Aku akan memesan makanannya di restoran langganan Anda."

 

"Bagus. Nanti aku akan menyuruh Mr. Hans untuk mengkalkulasi semua anggarannya lalu mengirim biayanya di rekeningmu."

 

"Baik, Pak."

 

Sejurus kemudian mereka pun tiba di depan gedung Kitten Group. Dengan gerakan dan langkah cepat Dean memasuki gedung berlantai sepuluh itu dengan pandangan dingin dan wajah datar. Tatapan dan wajah datarnya itu selalu menjadi ciri khas seorang Dean Bernardus bagi semua anak buahnya.

 

Di lantai satu gedung itu ditempati oleh Customer Service dan Satpam, sementara di lantai dua dihuni oleh semua Staf Administrasi dan pembukuan. Di lantai tiga dihuni oleh tim HDR, sedangkan di lantai empat dan lima ditempati oleh Tim Marketing. Di lantai enam dan tujuh dihuni oleh semua Tim Keuangan yang sudah diberikan tugas masing-masing. Semenentara di lantai delapan dan sembilan dihuni oleh Manager dan GM perusahan. Di lantai sepuluh tentu saja dihuni oleh sang pemimpin yang tak lain adalah Dean Bernardus Stewart, sosok manipulator yang kaya dan arogan.

 

Lelaki yang biasa disapa Pak Bernar itu keluar dari lift lantai sepuluh. Kim dan Soraya langsung berdiri begitu melihatnya. "Selamat pagi, Pak."

 

"Pagi," balas Dean tanpa menoleh lalu berjalan memasuki ruangannya.

 

Setelah mendengar pintu ruangan CEO tertutup barulah Kim dan Soraya mendongak menatapnya. "Apa dia sedang marah?" tanya Soraya.

 

"Dia? Kau ini ...." Rasanya Kim ingin meremas mulut Soraya. "Ingat, ya? Di kantor ini tidak ada yang berani memanggil beliau dengan sebutan nama saja. Aku harap kau bisa merubah sikapmu itu jika ingin lebih lama bekerja di sini." Ia berdiri untuk meninggalkan Soraya, tapi bunyi interkom membuat Kim terpaksa kembali duduk dan mengangkatnya. "Iya, Pak? Baik, Pak!" Ia menutup kembali gagang interkom itu lalu menekan tombol untuk panggilan lain dan berkata, "Halo, Mr. Hans?"

 

"Ya, Kim, ada apa?"

 

"Pak Bernar menyuruh Anda ke ruangannya sekarang. Ada hal yang akan dibicarakan dengan Anda mengenai acara kantor besok."

 

"Baik, Kim. Aku akan segera kesana. Terima kasih."

 

"Kembali kasih, Mr. Hans."

 

"Acara kantor? Memangnya ada acara apa?" tanya Soraya begitu melihat Kim selesai bicara.

 

"Besok ulang tahun kantor. Ayo sekarang kerjakan yang ini," titah Kim yang mulai bosan terhadap Soraya, karena banyak membuang waktu, "Kau harus menguasai ini dalam waktu satu bulan. Jika sudah sebulan kau tidak juga menguasai programnya, jangan salahkan aku jika Pak Bernar memecatmu atau memindahkanmu ke divisi lain."

 

Dengan kesal Soraya menuruti perintah Kim. "Memecatku?" pekiknya dalam hati, "Kau yang akan kupecat!"

 

Di sisi lain.

 

"Miss Oxley?" panggil Mr. Hans.

 

Dengan cepat Kensky berdiri. "Iya, Pak?"

 

"Tolong buatkan laporan ini untukku. Aku akan memeriksanya setelah kembali dari ruangan Pak Bernar. Beliau mengundangku ke ruangannya sekarang. Kau bisa, kan?"

 

"Baik, Pak." Kensky meraih dokumen itu dari tangan kepala divisinya. "Hanya ini saja, Pak?"

 

"Iya. Kalau begitu selamat bekerja dan selamat datang."

 

Kensky tersenyum. "Baik, Pak, terima kasih." Kensky menatap pria yang rambutnya sudah mulai beruban. Tapi uban yang timbul di kepalanya itu, bukan karena usianya yang sudah tua, melainkan faktor keturuan. Dalam hati Kenksy berkata, "Semoga saja pria gila itu tidak akan mengatakan yang macam-macam pada Mr. Hans." Tak ingin pekerjaannya tertunda, Kensky pun kembali ke kursinya dan mulai mengerjakan tugas yang diberikan Mr. Hans.

 

Di sisi lain.

 

"Apa beliau ada di dalam?" tanya Mr. Hans pada Kimberly.

 

"Ada, Mr. Hans. Pak Bernar sudah menunggu Anda."

 

"Baik, terima kasih, Kim. Ngomong-ngomong ini siapa?" tanya Mr. Hans saat melihat wanita cantik dengan make-up tebal yang duduk di samping sekertaris Dean.

 

Kim melirik Soraya. "Dia karyawan baru, Mr. Hans. Dia saudara tirinya asisten, Anda."

 

Perkataan Kim membuat Soraya menatap tajam, sedangkan Mr. Hans langsung bergerak dan masuk ke dalam ruangan CEO seakan tidak mau tahu.

 

"Selamat pagi, Pak Bernar," sapa Mr. Hans begitu masuk ke dalam ruangan.

 

Dean yang kebetulan sudah menunggu di sofa yang disediakan khusus untuk tamu, langsung berdiri dan berjabat tangan dengan kepala divisi bagian keuangan itu. "Pagi, Mr. Hans. Silahkan duduk." Mereka pun sama-sama duduk. "Begini, Mr. Hans, karena besok adalah ulang tahun kantor, aku ingin Anda men-totalkan semua anggaran untuk acara besok. Mulai dari makanan dan minuman," kata Dean to the point.

 

"Baik, Pak. Tapi ngomong-ngomong aku lupa kalau besok ulang tahun kantor."

 

Dean tersenyum samar. "Namanya juga sudah tua, pasti suka lupa," kata Dean dalam hati. Ia mengubah wajahnya kembali datar. "Saya sudah menyuruh Matt untuk melakukan reservasi makanan di restoran langgananku. Dia akan mengirimkan daftarnya lewat email Anda nanti. Jadi, kumohon kalian bisa bekerja sama demi kelancaran pesta besok."

 

"Baik, Pak."

 

Dean meletakkan tungkainya di kaki sebelah. Tangannya yang satu merangkul sandaran sofa. "Apa Anda punya ide tambahan untuk acara besok, Mr. Hans?"

 

"Ide? Apa, ya?" Mr. Hans tampak berpikir. "Apa pestanya akan diadakan di kantor, Pak?"

 

"Menurut Anda bagusnya di mana?" tanya Dean sambil menatapnya.

 

Mr. Hans kembali berpikir. "Bagaimana kalau kita rayakan di salah satu mension Anda, Pak? Menurut saya ada bagusnya kalau kita adakan pesta itu malam hari dengan suasana berbeda. Kalau di kantor, takutnya akan mengganggu aktivitas operasional."

 

"Sudah tua bangka, tapi jiwanya masih muda ternyata," pikir Dean, "Aku setuju. Kalau begitu besok pukul delapan malam saja, bagaimana? Dan pastikan di jam itu semua karyawan harus ada."

 

"Itu ide yang bagus, Pak," balas Mr. Hans kaku.

 

"Tapi dengan satu syarat."

 

Mr. Hans terkejut. "Syarat apa, Pak?" tanya Mr. Hans sambil mendorong kaca mata yang hendak merosot ke hidungnya.

 

"Pastikan semua karyawan harus hadir tanpa terkecuali. Dan aku tidak mau menerima alasan dalam bentuk apa pun."

 

"Itu sudah pasti, Pak. Siapa bilang mereka tidak akan hadir di pesta itu, apalagi pesta ini adalah ulang tahun kantor. Saya yakin, mereka semua pasti akan hadir, apalagi besok malam minggu."

 

"Oh iya, ya? Aku sampai lupa kalau besok malam minggu. Anda ternyata jiwa remaja, ya?"

 

Mr. Hans terkekeh. "Fisik boleh tua, tapi tenaga dan pikiran jangan, Pak."

 

Tawa Dean nyaris meledak. Ia coba membayangkan bagaimana Mr. Hans yang tubuhnya sedikit bungkuk dan keriput itu memiliki tenaga yang kuat di atas ranjang. Dean terbahak.

 

Mr. Hans menatap aneh. "Apanya yang lucu, Pak?"

 

"Kakek Sugiono!"

 

"Hah? Kakek Sugiono? Siapa dia, Pak Bernar?"

 

Dean menahan tawa. "Lupakan! Kalau begitu tolong Anda umumkan berita ini ke semua anak buah Anda." Dean berdiri mendekati mejanya. "Aku akan menyuruh Kim menempelkan undangan ini di pintu masuk sore nanti, agar besok pagi semua karyawan bisa membacanya."

 

"Baik, Pak. Apa ada lagi?"

"Kurasa itu saja."

Kalau begitu saya permisi dulu." Mr. Hans langsung berdiri dan pamit undur diri.

 

Saat Dean hendak meraih gagang interkom, Mr. Hans sudah mendekati pintu. Ia bahkan sudah memegang handle dan membuka pintunya saat Dean berteriak. "Mr. Hans?"

 

Mr. Hans menoleh. "Iya, Pak?"

 

"Tolong bilang pada asisten baru Anda, besok dia harus hadir, begitu juga dengan yang lain. Bilang pada mereka, jika siapa yang tidak hadir di pesta besok, pastikan besoknya lagi mereka tidak usah menginjakkan kaki di kantor ini. Dan siap menerima skors dua minggu bagi siapa yang tidak hadir di acara besok." Dean menekan tombol interkom.

 

Mr. Hans yang berdiri di dekat pintu langsung menjadi patung. Ia menelan ludah dengan terpaksa. "Ba-baik, Pak."

 

"Kim! Tolong buatkan undangan ulang tahun untuk besok. Tempatnya di Mension Kitten pukul 20.00 WIB," katanya dengan nada tegas.

 

"Baik, Pak."

 

"Jangan lupa kau cantumkan catatan; bagi siapa yang tidak hadir, wajib menerima surat peringatan dan siap mendapat skorsing selama dua minggu."

 

"Ba-baik, Pak!"

 

Dean menutup gagang interkom itu lalu kembali duduk. Sambil menyandarkan diri dengan tangan yang terlipat di atas perut, ia menyeringai licik. "Baiklah, film akan segera kita mulai."

 

Continued___

 

Kira-kira film apa, ya? Hehe, yang jelas bukan filmnya Kakek Sugiono. ^^

Bab terkait

  • Mysterious CEO   Bab 6. Sikap Brengsek Dean Bernardus.

    Dengan langkah cepat Mr. Hans keluar dari lift yang berhenti di lantai enam. Ia menghampiri seluruh staf keuangan di ruangan itu lalu menyuruh mereka semua agar berkumpul di lantai tujuh. "Semuanya naik ke atas sekarang. Ada penyampaian penting dan saya tidak mau mengulangnya."Mimik wajah Mr. Hans yang datar membuat semua Staf Accounting di lantai enam itu bertanya-tanya. Bahkan ada yang saling bisik-bisik karena penasaran."Kira-kira ada masalah apa, ya?" tanya salah satu wanita muda kepada seniornya.Setelah tiba di lantai tujuh Mr. Hans langsung mengambil posisi berdiri di depan ruangannya yang baru. Setelah semuanya sudah terkumpul, ia pun memulai. "Mohon perhatian, aku minta waktu kalian lima belas menit saja untuk menyampaikan hal ini.""Ada apa, ya? Apa ada masalah?" bisik salah satu gadis pada temannya."Sepertinya iya," balasnya begitu melihat wajah Mr. Hans yang datar.

  • Mysterious CEO   Bab 7. Persepsi Soraya dan Ibunya.

    Setelah selesai mandi, Kensky kembali ke kamar atas untuk melihat kondisi ayahnya. Dengan tubuh yang mengenakan kaos oblong berwarna putih dan celana jins biru pendek, gadis itu sedikit berlari dengan rambut yang digulung sedikit acak."Sky?" panggil Rebecca dari lantai bawah. Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di anak tangga pertama lantai dua. "Ayo makan dulu. Makan malamnya sudah siap."Di saat yang bersamaan Soraya menuruni tangga dari lantai tiga."Soraya!" panggil Rebecca, "Ayo makan. Kalian makan malam saja dulu, biar Mama yang akan menjaga Ayah."Soraya memasang wajah sedih. "Ayah baru saja tidur, Ma. Jadi sebaiknya Mama jangan mengganggu Ayah dulu."Kensky bernapas lega mendengar itu. Tapi ia tak mengeluarkan suara atau merespon perkataan Soraya. Ia pun melangkah menuruni tangga, menuju ruang makan."Ma, memangnya Ayah sakit apa?" tanya Soraya u

  • Mysterious CEO   Bab 8. Sosok Di Balik Kontak Bernama CEO.

    Sesorang di balik telepon diam tak menjawab. "Halo, CEO?" panggil Kensky dengan nada pelan."Halo, Cantik." Suara laki-laki dari balik telepon akhirnya menyapa. "Selamat ulang tahun, Ratuku."Kensky terkejut, yang pertama karena sosok CEO itu ternyata bersuara laki-laki, yang kedua karena lelaki itu tahu kalau hari ini adalah ulang tahunnya. "Siapa kau? Kenapa kau tahu tanggal lahirku?" Kensky merasa senang, karena ada orang yang memberikannya selamat untuk pertama kali, tapi di satu sisi ia penasaran."Kau pasti akan tahu siapa aku. Percayalah, aku ini orang baik, Sky. Aku orang yang akan selalu menjaga dan melindungimu. Ngomong-ngomong kau ingin merayakan ulang tahun di mana? Katakan saja, biar aku yang akan menyiapkan tempat dan segala keperluannya. Kau juga ingin hadiah apa? Aku pasti akan memberikan apa pun yang .... ""Dari mana kau mengenal Mommy?" sergah Kensky yang dipenuhi rasa penarasan ol

  • Mysterious CEO   Bab 9. Kesempatan Dean.

    Para tamu undangan sudah banyak berdatangan. Ada yang dari Kitten Group, ada juga dari instansi yang lain. Mereka terbentuk seperti kelompok. Ada yang berdiri sambil berbincang-bincang bersama kolega, ada juga yang sedang duduk menikmati makanan pembuka. Di sisi lain Dean sedang berdiri di dekat pagar, tepatnya di mana meja minuman berada. Ia menatap wajah-wajah yang hadir di pesta malam ini. Kitten Group bukanlah perusahan biasa, perusahan yang bergerak di bidang properti itu memiliki cabang yang banyak di berbagai daerah dan itu berkat kerja sama antara para karyawan-karyawan itu bersama Dean. Ia sangat bersyukur memiliki karyawan seperti mereka. Karena biar bagaimana pun, tanpa kerja keras mereka Kitten Group tidak akan menjadi perusahan besar dan terkenal di seluruh Amerika dan Eropa. Lelaki yang sering di sapa Dean atau Bernar itu melirik jam tangan. "Matt, suru mereka menutup gerbangnya." Saat ini jam sudah menunjukkan pukul sembil

  • Mysterious CEO   Bab 10. Berdua Di Atas Ranjang.

    Ia menatap wajah Kensky yang kelihatannya tertidur pulas. Dengan langkah pelan Dean mendekati bathup dan duduk di pinggirannya. "Sky?" panggilnya pelan seraya mengelus pipi gadis itu. Ia tersenyum saat melihat Kensky tak merespon.Karena tidak ingin gadis itu kedinginan, Dean membopong tubuh Kensky dan membawanya ke atas ranjang. Saat itulah Matt muncul sambil membawa nampan berisi botol anggur yang tadi mereka minum dan dua gelas kristal berbentuk kotak."Matt, pastikan jangan ada yang menganggu. Jika ada yang mencariku, katakan saja aku sedang ada urusan." Dean sengaja tidak mengundang para petinggi-petinggi dari perusahan lain, karena memang niatnya malam ini ingin bersama Kensky."Baik, Pak."Setelah Matt pergi, Dean segera mengunci pintu kamarnya. Perlahan ia mulai membuka jas kemudian kancing kemeja. Rasa panas akibat minuman anggur membuatnya gerah, apalagi saat melihat tubuh Kensky di bagian

  • Mysterious CEO   Bab 11. Hasrat Yang Bergolak.

    Karena saling menginginkan, Dean menuruti semua yang diperintahkan oleh pikirannya. Tubuh mereka hangat oleh gairah yang meluap-luap ingin segera meledak. Perlahan Dean menyusuri tubuh Kensky dengan bibirnya. Mulai dari dada, perut, hingga ke bagian lembut di antara perut dan ... "Kau ingin aku menghentikannya?" tanya Dean. Kensky yang juga sudah diliputi gairah justru tak ingin Dean berhenti. Ia menggeleng pelan. Matanya yang masih terpejam hanya terbuka sedikit seakan mengintip. "Jangan. Jangan berhenti. Kumohon." Dean tak tahan lagi. Perkataan yang keluar dari mulut Kensky justru terdengar seperti desahan yang semakin membuatnya bergairah. Dengan lembut ia membuka kedua kaki gadis itu hingga terkangkang. Balutan kain hitam transparan yang menutupi bagian mulus berwarna kemerahan itu membuat bara dalam diri Dean semakin membara. Tangannya yang kokoh perlahan menyentuh dan membuka kain itu h

  • Mysterious CEO   Bab 12. Saling Mencintai.

    Tok! Tok! "Soraya!" teriak Rebecca, "Soraya, buka pintunya!" Tok! Tok! "Soraya?!" "Hmmm," gumamnya dari dalam kamar. Ia menggeliat di atas ranjang. Suara ibunya membuat gadis itu terbangun dari tidurnya yang nyanyak. "Soraya, ayo cepat buka pintunya!" "Iya, iya!" balasnya sambil bergerak dari kasur. Ia menepiskan selimutnya, kemudian berjalan menuju pintu. Clek! "Ada apa? Kenapa___" "Di mana Kensky? Kenapa Mama periksa kamarnya tidak ada. Kasurnya bahkan masih rapi. Kalian sama-sama ke pesta tadi malam, bukan?" Soraya mengucek matanya dengan punggung tangan. "Aku tidak tahu, Ma," balasnya malas lalu kembali ke atas kasur. Rebecca mengekor. "Bukannya tadi malam kalian berdua pergi ke acaranya Bernar?" Soraya meng

  • Mysterious CEO   Bab 13. Kedatangan Seorang Pengacara.

    Dalam perjalanan Kensky terus memikirkan Dean. Perlakuan pria itu terhadapnya sangat membuat Kensky penasaran. "Jika dia benar-benar menginginkanku, kenapa dia tidak melakukannya seperti di film-film; sengaja membuatku mabuk, kemudian meniduriku?" pikirnya, "Padahal kan aku juga ingin diperlakukan begitu." "Miss Oxley, kita sudah tiba." Suara Matt mengejutkan Kensky. "Oh, iya! Maaf." Ia melihat pria itu keluar dari pintu kemudi, kemudian mengintari mobil untuk membukakan pintu untuknya. "Oh iya, nama kamu siapa?" tanyanya pelan sambil keluar dari mobil. "Namaku Matthew, Miss." "Oke, Matt, terima kasih banyak, ya." Pria itu menunduk hormat. "Anda akan dijemput jam berapa, Miss?" Kensky terkejut. "Dijemput?" "Iya, tadi Tuan Dean menyuruhku untuk menjemput Anda kembali jika urusan Anda sudah selesai." Ken

Bab terbaru

  • Mysterious CEO   Bab 83. Malam Pengantin Part. 2

    Kensky bergairah. Dari awalnya hanya iseng saat mulutnya yang kecil mengulum pucuk buah dadanya Dean, kini sambil memejamkan mata ia memindah posisi dan berlutut di hadapan lelaki itu. Tangannya yang halus dengan lembut bergerak ke arah handuk dan melepaskannya. Dean terkejut. Dengan mata sayu ia menatap Kenksy yang sedang menyerang perutnya dengan kecupan-kecupan kecil hingga membuatnya terasa nikmat. Kensky yang semakin lama dilanda gairah ketika merasakan elusan lembut dari tangan Dean, kini menunduk dan melihat bagian yang mengeras dan tegas. Ia terkejut melihat bagian itu untuk pertama kalinya yang ternyata lumayan panjang dan berisi. Sambil menatap Dean ia tersenyum dan berkata, "Ini ukuran yang sangat menakjubkan, Dean." Lelaki itu mencondongkan badan dan melumat bibir Kensky. Setelah puas saling melumat, mereka melepaskan bibir dan saling bertatap. "Kau tidak perlu melakukannya, Sayang."

  • Mysterious CEO   Bab 82. Malam Pengantin.

    Di dalam kamar vila mewah dan terbesar di Amerika, Dean sedang berdiri sambil menghadap jendela kaca dengan tubuh yang hanya mengenakan celana pendek. Tubuh bagian atasnya terbuka, sedangkan sebelah tangannya menahan ponsel yang menempel di telinga."Maafkan aku, Dean. Padahal aku dan istriku ingin sekali menghadiri pernikahanmu, tapi kakak iparku mendadak menyuruh kami ke Rusia pagi tadi. Mertuaku meninggal, karena kecelakaan.""Aku turut berduka cita. Kapan pemakamannya?""Terima kasih, Dean. Pemakamannya besok. Anak-anaknya ingin mempercepat pemakaman, karena bagian tubuhnya hancur. Jadi mereka tidak mau menahan jenazah-nya lebih lama lagi.""Maafkan aku, Mister. Aku ingin sekali hadir ke pemakaman itu, tapi Anda sendiri tahukan?""Aku mengerti, Dean. Tapi ngomong-ngomong soal vila, kau suka kan tempat itu, kan? Aku sengaja memberikan kamu vila di atas puncak biar kau bisa men

  • Mysterious CEO   Bab 81. Bertemu Soraya.

    "Enam sembilan?""Iya," balas Tanisa, "Tunggu di sini. Aku akan mengambil laptop dulu."Kensky menatap bingung ke arah Tanisa yang kini berjalan memasuki kamarnya."Kau harus melihat ini, Sky," kata Tanisa yang tiba-tiba muncul sambil membawa laptop. Ia duduk di sebelah Kenksy kemudian mengotak-atik benda itu, "Ini adalah situs terbaik yang pernah aku lihat."Zet!Kensky terkejut. "Kau sering melihatnya di situs ini, ya?"Tanisa tertawa. "Memangnya kenapa? Kan mencari pengalaman bukan harus mempraktekkannya saja. Sama seperti sekolah, kita akan mendapat materi dulu, baru dipraktekkan. Bukan begitu?"Kensky terdiam karena apa yang dikatakan Tanisa ada benarnya. Ia tidak perlu bercinta dulu baru mendapatkan pengalaman, tapi hanya dengan berbagi pengalaman bersama Tanisa dan melihat video di situs itu sudah cukup bagi Kensky untuk mempraktek

  • Mysterious CEO   Bab 80. Meminta Tips.

    Mata Dean berubah sayu. Perlahan ia mulai membuka kancing kemeja Kensky hingga semuanya terlepas. Setelah semua kancing terlepas, ia membuka lebar kemeja itu hingga terlihat bagian suburnya yang tegas. Perlahan Dean membenamkan wajah di sana untuk menghirup aroma di balik pelindung tipis yang masih melekat di tubuh Kensky.Gadis itu mendesah saat Dean menyentuh bagian itu dengan lidahnya. "Dean ...."Lelaki itu mendongak menatap wajah Kensky. Tangannya perlahan menyusup ke balik punggung untuk membuka pengait yang menghalanginya.Kensky pasrah dan sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari wajah Dean. "Aku ingin sesuatu yang beda di malam pengantin kita nanti."Tepat di saat itu pengait bra gadis itu terlepas. Sambil mengangkat pelindung itu dengan pelan ia berkata, "Kau ingin apa?" Dean menunduk dan mencium pucuknya yang berwarna cokelat.Kensky memejamkan mata sambil mengusap

  • Mysterious CEO   Bab 79. Menyerahkan File.

    Dengan perasaan sedih dan bahagia Eduardus mengangguk. Ia bahkan tak bisa mengeluarkan suara, akibat air mata yang kini membasahi pipinya.Mata Kensky ikut berkaca-kaca. "Apa itu artinya Papi menerima lamaran ini?"Eduardus menarik cairan hidungnya. "Tentu saja. Tentu saja, Sayang. Papi menerima lamaran Dean merestui hubungan kalian."Dengan cepat Kensky beranjak dari sofa dan mendekati ayahnya. Mereka saling berpelukan dan menangis bersama. "Terima kasih, Pi. Terima kasih karena Papi telah mengijinkan Dean menjadi suamiku."Mrs. Stewart ikut menangis. Dalam hati ia bertanya-tanya, "Jika Eduardus tahu kalau Kensky adalah cucu kandungnya, apakah dia akan menerima Dean sebagai suami Kensky?"Dean yang duduk sambil menatap mereka pun sama pemikiran. Ia bertanya-tanya dalam hati, "Seandainya Eduardus tahu aku punya hubungan dengan keluarga Barbara, apakah dia akan menerima lamaranku

  • Mysterious CEO   Bab 78. Pertemuan Keluarga.

    Seminggu pun berlalu. Kensky yang seharusnya sudah kembali ke Eropa akhirnya tertunda akibat permintaan Dean."Aku terlalu lama di sini. Kalau aku lebih lama lagi, yang ada pekerjaanku semakin tertunda. Aku tidak mau meskipun kau pacarku, tapi melalaikan tugas sebagai karyawanmu."Dean tersenyum sayang. Saat ini mereka sedang berada di restoran langganan sambil menikmati makan siang. "Kau tidak perlu khawatir, aku sudah menghubingi Mr. Bon dan menyuruhnya untuk menangani semuanya. Kau tenang saja.""Aku tidak ingin mereka menganggap aku dispesialkan olehmu, Dean. Aku tidak ingin mereka menilai bahwa kau membeda-bedakan karyawan."Lelaki itu menyudahi makannya. "Kenapa kau harus khawatir? Kau kan memang orang yang spesial bagiku dan Kitten Group. Hanya saja mereka tidak tahu bahwa kaulah pemilik Kitten Group yang sebenarnya, bukan aku."Kensky menatap haru. Perlahan ia meraih sebe

  • Mysterious CEO   Bab 77. Penyebab Kematian Barbara.

    Ekspresi Dean langsung berubah. "Saat malam ulangtahunmu yang ketujuh tahun, ibumu menemuiku waktu itu."Kensky tampak berpikir. "Kalau itu aku ingat, tapi mami tidak bilang kalau mau ke mana.""Malam itu dia datang untuk meramaikan acara yang aku, kakek da nenekmu laksanakan demi memperingati hari ulangtahunmu. Jadi setiap tanggal lima belas juni, kami merayakan ulangtahunmu tanpa kau ketahui."Mata Kensky kembali berkaca-kacaa. "Benarkah?"Dean tersenyum. "Iya. Dan saat itulah kami sepakat membuat ulang tahun Kitten Group tepat di tanggal yang sama dengan tanggal kelahiranmu.""Ya, Tuhan. Jadi barusan peringatan itu bukan karena ulang tahun kantor?""Iya, tapi peringatan untuk tanggal kelahiranmu. Dan itu tidak ada yang tahu kecuali aku dan semua keluargamu."Kensky kembali menangis. "Aku tak menyangka, ternyata keluarga mami tidak pernah melupakanku

  • Mysterious CEO   Bab 76. Rahasia Besar.

    "Dean, kumohon kabulkanlah permintaanku ini . Mungkin bagimu ini sangat tidak mungkin, tapi hanya kamulah orang yang kupercaya. Kumohon, Dean. Berjanjilah padaku bahwa kau akan menikah dengan Kensky. Hanya kau laki-laki yang kupercaya untuk menjaganya. Aku tak peduli kau mau atau tidak, pokoknya yang aku tahu Kensky harus menikah denganmu. Aku tak peduli bagaimapun caramu mendapatkannya, pokoknya kau harus menikahinya. Dan aku harap setelah membaca surat ini, kau mau berjanji dan melakukan apa yang sudah aku minta. Bertanda tangan, Barbara Stewart."Zet!Lagi-lagi Kensky terkejut. "Nama belakang mami Stewart?""Iya.""Sumpah, selama ini aku tidak tahu nama belakang mami. Yang aku tahu nama mami hanyalah Barbara Oxley."Dean mengusap pipi Kensky. "Kau ingat wanita yang kuceritkan padamu tempo hari ... wanita yang telah menolongku di depan tokonya?""Iya."

  • Mysterious CEO   Bab 75. Rahasia Keluarga Kensky.

    Tanpa berkata apa-apa lagi Kensky pun langsung berdiri dan memeluk Dean. "Aku juga sangat merindukanmu.""Cium aku," kata Dean.Kensky melepaskan pelukannya dan menatap Dean. "Cium?""Iya."Kensky mendunduk dan mencium dahi Dean. "Sudah.""Bibir."Wajah Kensky berubah merah. "Ini rumah sakit, Dean. Kalau perawat datang dan memperkogi kita, bagaimana?""Ini sudah larut, mereka tidak akan datang.""Tapi___""Sudah, cepat. Jangan membantah."Dengan malu-malu Kensky pun mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. Perlahan ia menunduk kemudian mencium Dean.Lelaki itu tak hanya diam. Tangan sebelahnya terulur dan menehan kepala Kensky lalu membalas ciuman Kensky. Ciuman yang awalnya hanya sebuah kecupan lembut, berubah menjadi lumatan yang penuh perasaan.&nbs

DMCA.com Protection Status