“Mari kita bertemu lagi nanti,” ujar Atlanta, merasa tidak enak dengan perhatian Veronica yang telah diterimanya.
Veronica melepaskan pelukan mereka dan menatap Atlanta dengan berbinar. “Benarkah? Kau harus janji!”
Atlanta mengangguk. “Aku janji.”
Senyuman Veronica semakin merekah setelah mendengar janji yang Atlanta berikan kepadanya. Dylan juga tidak menyangka jika Atlanta akan membantu sejauh ini.
“Kalau begitu, aku harus pergi. Aku sudah terlambat,” pamit Atlanta.
Sehabis memberikan salam perpisahan, barulah Atlanta dan Dylan keluar dari ruang acara yang mewah. Di lobi hotel, Dylan dan Atlanta berdiri berhadapan.
“Terima kasih, kau berhasil menjadi kekasihku walau ada kecerobohan tak terduga. Padahal kau tidak perlu sejauh itu sampai berjanji dengan Ibuku. Sekali lagi terima kasih telah membuat Ibuku senang.” Dylan benar-benar berterima kasih atas bantuan Atlanta.
Atlanta tersenyum kecil. “Lagi pula janjiku dengan Ibumu tak ada hubungannya denganmu, itu memang keinginanku. Boleh aku bertanya kenapa kau ingin sekali menyingkirkan tunanganmu Emily?” tanya Atlanta sebelum pergi.
Dylan bergumam, sedang berpikir kalimat apa yang tepat untuk menjawabnya. Tak kunjung mendapatkan jawaban, Atlanta kembali berbicara, “ah, ralat. Aku harus tahu jawaban itu karena aku terlibat langsung dalam hubunganmu dengan Emily.”
“Aku tidak ingin memiliki tunangan apalagi menikah dengan seorang pecandu.”
Kedua alis Atlanta terangkat, sedikit terkejut karena rupanya Dylan sudah mengetahui hal ini.
“Kenapa kau bersikap pura-pura tidak tahu? Lalu bagaimana dengan Ibumu?” tanya Atlanta lagi.
“Tentu saja Ibuku mengetahui hal itu. Aku tidak ingin namaku terseret saat berita Emily seorang pecandu sudah tersebar. Maka dari itu aku menggunakanmu sebagai alasan untuk mengakhiri hubungan ini.” Dylan memberikan alasan yang masuk akal.
Rasa penasaran terjawab sudah, Atlanta tersenyum tipis. “Baiklah, urusan kita selesai. Aku harus pergi.”
“Pergi kemana? Aku akan mengantarmu,” Dylan menawarkan bantuan sebagai rasa terima kasih sekaligus rasa ingin mengenal Atlanta lebih dalam.
Atlanta melepas sepatu hak yang digunakan kemudian meninjinjingnya. Kakinya sudah terasa sakit. “Tidak perlu. Waktuku menjadi cinderella sudah habis.”
“Tunggu disini sebentar,” pinta Dylan sebelum berlari pergi dan kembali lagi dengan sepasang sandal hotel di tangannya.
“Setidaknya gunakanlah ini.” Dylan berlutut dan memasangkan sandal hotel di kaki Atlanta.
“Aspal di luar sana sangat kasar, kakimu akan terluka jika tidak dilindungi dengan baik,” lanjutnya.
Tak pernah mendapat perlakuan manis seperti ini, Atlanta dibuat terpaku. Hanya di hadapan Dylan dirinya diperlakukan dengan hormat dan dihargai.
“Terima kasih,” gumam Atlanta yang masih bisa di dengar jelas oleh Dylan.
Daripada kata ‘sayang’ yang Atlanta katakan padanya tadi penuh kedustaan. Dylan tahu bahwa kata ‘terima kasih’ inilah yang paling tulus Atlanta ucapkan. Tanpa ingin berlama-lama lagi, Atlanta segera pergi dari hadapan Dylan untuk menyelesaikan misinya.
***
Dylan masuk ke dalam kantor setelah menyelesaikan tugasnya di lapangan. Kantor menjadi tempat yang Dylan lebih sering tinggali daripada rumahnya sendiri. Dalam ¾ waktu dari satu tahun, Dylan habiskan di kantor.
“Dimana Orion?” tanya Dylan.
“Lapangan,” jawab Zunaira singkat.
Sambil menikmati permen loli, Zunaira menatap penampilan Dylan dengan kagum. Menunjukkan perasaan kagumnya secara terang-terangan.
“Ada baiknya kau bekerja setiap hari dengan penampilan seperti ini. Sungguh muak melihat penampilan kunomu.”
Dylan melayangkan tatapan sinis kepada Zunaira. “Kenapa kau masih disini? Bukannya kau harus mengawasi Emily?”
Zunaira berdecak. “Kenapa kau terlahir kuno? Kau tidak tahu apa itu sosial media? Selain pembisnis, Emily juga sangat aktif di akun sosial medianya. Aku bisa mendapatkan kabarnya setiap lima belas menit sekali.”
“Pergilah, maka kau akan mendapatkan kabar gerak-geriknya setiap menit. Lima belas menit terlalu lama.” Dylan memberi perintah.
Meski Zunaira mendengus, namun wanita yang telah Dylan kenal sebagai rekan kerja terbaiknya tetap pergi untuk melaksanakan tugas dari Dylan.
Dylan menghela napas setelah duduk di hadapan komputer. Jari-jarinya bergerak mengetik nama ‘Nyx Atlanta’ di laman khusus pencaharian data pribadi masyarakat.
“Kenapa namanya tidak tersedia? Apa jaringannya eror?”
Mengira jaringan eror, Dylan memutuskan untuk pergi ke dapur untuk memasak mie dan membuat kopi hitam. Selesai membuat makanan dan minuman, Dylan me-refresh komputer tersebut dan baru menemukan data seorang Nyx Atlanta.
“Riwayatnya bersih. Tidak ada yang aneh.”
Dylan tidak menyadari bahwa bukan jaringanlah masalahnya. Tetapi Atlanta memang belum mendambahkan identitas palsunya secara resmi.
***
Belum memiliki tempat tinggal, Atlanta bersantai di atap gedung pencakar langit. Atlanta sibuk makan camilan selagi menunggu Lee Tania melakukan transaksi memindahkan uang simpanannya ke rekening luar negeri. Selagi ada laptop atau komputer, Atlanta tidak masalah melakukan aksinya dimanapun.
“Cepatlah Lee Tania, kau pikir aku akan membelikanmu tas menggunakan uangku sendiri,” desis Atlanta.
Mendengar bunyi ting, Atlanta langsung bergerak cepat untuk memindahkan uang transaksi Lee Tania ke rekening luar negeri milik Atlanta.
“Empat juta dollar? Wow.” Atlanta hanya mencuri uang yang tidak bisa di laporkan oleh sang korban. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Atlanta meretas rekening bank.
“Sepertinya aku harus membuat data diri baru bernama Atlanta. Pria itu terlihat seperti bukan orang biasa.”
Kini Atena meretas server pemerintah dan menambahkan data dirinya ke dalam data penduduk.
“Mari kita tambahkan anggota baru Nyx Atlanta. Bulan kelahiran? Bulan Januari terdengar bagus. Menyenangkan sekali bisa membuat data diri sesuka hati.”
Lima belas menit kemudian, Atlanta tersenyum puas setelah menekan tombol ‘enter’ pada laptopnya.
“Apa yang sedang kau lakukan?” bisikan di pundak Atlanta berhasil membuat Atlanta terkejut dan refleks menutup laptopnya secara kasar.
Brak!
“Kau siapa?” Atlanta tidak bisa menyembunyikan kepanikannya.
Seorang pria seumuran dengan Atlanta tersenyum lugu seraya menikmati sekaleng bir menggunakan sedotan.
“Kau tidak punya tempat tinggal? Aku melihatmu beberapa hari terakhir menghabiskan waktu di atap yang dingin ini,” komentarnya.
“Aku tanya, kau siapa?” Atlanta mengulangi pertanyaannya.
Pria itu mengulurkan tangan kanannya, mengajak salaman. “Kenalkan, aku Orion Albastar.”
“Kenapa aku harus berkenalan denganmu?”
“Karena aku adalah penyelamatmu,” jawab Orion santai.
Tidak ingin menanggapi percakapan aneh, Atlanta lebih memilih untuk mengabaikan kehadiran Orion.
“Kenapa kau selalu disini selama beberapa hari terakhir?”
“Kau sendiri kenapa?”
“Kau tidak boleh bertanya kembali sebelum menjawab pertanyaan. Itu tidak sopan.”
“Aku belum menemukan tempat tinggal. Terlalu sibuk, tidak sempat mencari yang cocok.”
“Sepertinya aku tahu tempat yang cocok untukmu.”
Atlanta menaikkan kedua alisnya. Walau kehadiran Orion terlalu aneh, tapi Atlanta tidak merasa keberatan apabila Orion ingin membantunya menemukan tempat tinggal. Atlanta juga tidak bisa berlama-lama berada disini.
Orion meberikan Atlanta senyuman misterius.
***
Sudah lima menit Atlanta dan Orion berdiri di depan pintu sebuah Apartemen seseorang. Menunggu pemiliknya datang untuk membukakan pintu. Seorang pria datang berlari menghampiri Orion.
“Ada apa? Ada keadaan darurat apa?” tanyanya dengan napas terengah-engah.
Orion menarik rekan kerjanya menjauh dari Atlanta. “Ada seorang wanita yang terus berada di atap gedungku selama beberapa hari terakhir. Katanya dia tidak memiliki waktu untuk mencari tempat tinggal. Lagi pula kau jarang di rumah, kau bisa menyewakan ruangan kepadanya.”
“Kau gila? Kenapa seenaknya memutuskan sendiri?”
“Ayolah. Paling tidak tinggal dulu di rumahmu sampai aku bisa mendapatkan tempat tinggal untuknya.”
“Kenapa kau begitu merepotkan? Kenapa membantu orang asing jika kau saja tidak mampu?”
“Walau mukanya galak, dia selalu memberi makan burung yang aku rawat di atap. Kau tahu bukan bahwa aku masih tinggal bersama kedua orang tuaku. Tolonglah.” Orion memberikan tatapan memelas.
“Setidaknya kau bisa mewawancarai wanita itu sebelum memutuskan. Please,” bujuk Orion.
Meski berdecak kesal, tapi pria itu tetap menghampiri Atlanta yang masih memunggungi mereka.
“Permisi.”
Ketika Atlanta membalikkan badan, Atlanta tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya melihat siapa calon teman satu atapnya.
“Dylan?”
Terima kasih sudah membaca ceritaku, jangan lupa tinggalkan jejak ya!
“Dylan?” “Atlanta?” “Ow, ternyata kalian saling kenal? Pasti ini takdir.” Kompak Atlanta dan Dylan memberikan Orion tatapan sinis. Tidak terima dengan kata ‘takdir’ yang Orion sebutkan. Rasanya kata tersebut terlalu berlebihan bagi mereka yang baru bertemu tiga kali. “Pergilah,” usir Dylan pada Orion. “Kau mengusirku ketika tidak lagi membutuhkanku?” Orion mendramatisir keadaan. “Aku mengenal wanita ini. Terima kasih sudah membawanya kepadaku. Kau tidak lagi diperlukan jadi silahkan pergi.” Orion berdecih sinis kemudian pergi meninggalkan Atlanta dan Dylan. Orion rasa perannya hanya sebagai penghubung peran utama saja. Selepas Orion pergi, barulah Dylan menyadari penampilan Atlanta hari ini. Penampilannya sama seperti mereka pertama kali bertemu. Hanya saja yang berbeda adalah Atlanta menggunakan celana pendek. Atlanta memberikan kesan yang sangat berbeda ketika tampil mewah dan tampil sederhana. “Jika aku tahu
“Nyx Atlanta, mari kita menikah,” ajak Dylan dengan penuh keyakinan. Sontak Atlanta langsung tersedak saking terkejutnya. Tidak menyangka Dylan akan melamar dirinya dalam kondisi Atlanta sedang makan bak orang kelaparan. Apalagi pertemuan mereka masih bisa di hitung oleh jari. Alih-alih menanyakan ‘maukah menikah denganku?’, lamaran Dylan lebih terdengar seperti orang yang sedang mengajak bermain. Bahkan orang yang mengajak kencan pun tak akan sesantai ini. “Apa kau gila? Kau mengajakku menikah atau mengajakku bermain?” cerca Athen. Dylan merubah mimik wajahnya menjadi serius. “Aku serius Atlanta. Aku tidak bercanda. Mari kita menikah,” ulangnya. Atlanta lebih memilih untuk mengabaikan lamaran gila Dylan. Orang gila macam apa yang baru bertemu tiga kali sudah langsung melamar? “Atlanta,” panggil Dylan karena Atlanta tak menghiraukannya. “Biarkan aku menghabiskan makanan terlebih dahulu, kau benar-benar membutku kehila
Siulan Dylan memecah keheningan sepanjang Dylan berjalan menuju Apartemen. Hari ini pekerjaannya tidak membuat Dylan sibuk sehingga Dylan bisa pulang lebih cepat. Hari yang jarang terjadi. “Ah, tidak biasanya aku pulang ke rumah bersemangat seperti ini. Apa karena pekerjaan hari ini tidak banyak? atau karena kini ada seseorang yang menungguku di rumah?” Dylan dibuat terkejut bukan main mendapati sosok Atlanta yang hilang kesadaran di depan pintu Apartemennya. Dylan langsung memangku Atlanta dan menepuk-nepuk pipinya berulang kali. “Atlanta! Atlanta! Bangun! Atlanta sadarlah!” “Ada apa dengan wajahnya? Kenapa pipinya sangat merah?” Dylan segera menggendong Atlanta ala bridal style ke dalam ruangan. Dylan langsung membaringkan Atlanta di ranjang. Berniat mengganti hoodie Atlanta yang sudah di basahi oleh keringat, Dylan melepaskan hoodie tersebut dan mendapati banyak luka lebam di tubuh Atlanta. “Luka seperti ini sudah san
Zunaira dan Orion tersenyum kaku ketika Dylan membukakan pintu untuk mereka. Mereka berdua kompak tersenyum seperti orang bodoh. Satu detik kemudian Zunaira dan Orion kompak berdecih sinis karena Dylan yang muncul, bukan Atlanta. “Aku kira Kakak cantik yang membukakan pintu,” rungut Orion. Setelah Dylan memastikan jika Atlanta belum menyadari tamu mereka telah datang, Dylan menarik Zunaira dan Orion keluar dan menutup pintu dari luar. “Ada apa?” tanya Orion. “Apa sesuatu terjadi?” tambah Zunaira. “Apakah dalam tiga hari ini ada kasus penyerangan di sekitar sini? Radius lima kilo meter.” “Dalam tiga hari ini hanya ada kasus perampokan mini market dan tabrak lari. Tidak ada kasus penyerangan secara fisik,” jawab Zunaira. “Ada apa memangnya?” tanya Orion penasaran. “Atlanta mendapatkan banyak luka lebam tiga hari yang lalu. Jelas-jelas itu luka semacam penyerangan atau penganiayaan. Dia bilang orang asing yang meluLaynya t
“Aku memperingatimu untuk segera membatalkan pernikahan kalian jika tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi diantara kalian.” Dylan terkekeh. Tidak menganggap peringatan yang Zunaira berikan dengan serius. “Kau cemburu karena aku menikah lebih dahulu dari pada kau?” “Aku serius Dylan!” suara Zunaira naik satu oktaf, merasa kesal karena Dylan tidak mempercayainya. Ting! Begitu pintu lift terbuka, Dylan memegang kedua bahu Zunaira kemudian mendorongnya pelan supaya segera masuk lift. “Aku akan masuk kerja besok. Jangan lupa siapkan apa yang telah aku pinta,” pesan Dylan. “Tapi Dylan, kau harus mempercayaiku. Atlanta bukanlah—” “Sampai jumpa!” Dylan melambaikan tangan setelah menekan tombol pintu lift. Hal yang terakhir Dylan lihat adalah raut wajah kesal Zunaira sebelum pintu lift tertutup dengan sempurna. Dylan menghela napas. Tidak ingin menganggap serius apa yang dikatakan oleh rekan k
Ketika hendak keluar dari Bandara, Atlanta tidak sengaja melihat Dylan dan Zunaira yang sedang berjalan bersama penuh wibawa menggunakan seragam. “Ternyata Dylan adalah pilot sungguhan. Aku juga tidak menyangka jika Zunaira telah menjadi pramugari.” Atlanta tersenyum. “Itu bagus. Setidaknya mereka bukan pembohong sepertiku.” *** Kim Hani adalah seorang ilmuwan sekaligus mata-mata Hilton. Annie meminta bantuan agen Interpol untuk menyelamatkannya dan membantu Kim Hani untuk mendapatan kesempatan hidup baru. Tentu saja agen Interpol menyetujuinya karena Kim Hani akan menjadi jalan mereka untuk menangkap petinggi Hilton. Selagi menunggu tim investigasi menyelidiki kasus kematian Kim Hani, Orion masih duduk lemas karena gagal untuk melindungi informan mereka. Sementara Dylan menarik Zunaira ke tempat sepi untuk berbincang dua mata. “Dari mana kau tahu jika Kim Hani di bunuh?” Dylan mengulangi pertanyaan yang sama. ‘Dimanapun tunanganmu
“Leona, jangan menikah.” “Tenanglah, aku tidak akan berhenti bekerja hanya karena sudah menikah,” balas Atlanta dengan tenang. Tidak terpengaruh sedikitpun dengan larangan yang diberikan. “Kau boleh menikah dengan seseorang yang berlatar sama denganmu, memiliki pekerjaan yang bisa mengertimu. Tapi jangan menikah dengan orang asing.” Atlanta tersenyum miring. “Sejak kapan petinggi Hilton ikut mengatur urusan pribadiku? Ini nomor Boss, kenapa kau bisa menggunakannya Valeria?” “Boss marah besar ketika dia tahu jika kau akan menikah, Leona. Aku di utus olehnya untuk melarangmu. Omong-omong jangan menyalahkan tentang petinggi, kau juga bagian dari petinggi Hilton.” “Leona sudah mati lima tahun yang lalu. Aku menikah sebagai Atlanta, jadi katakan pada Boss untuk tenang saja. Kau akan tahu ada beberapa keuntungan yang bisa kau dapatkan jika memiliki seseorang di sampingmu.” “Berhentilah bicara omong kosong. Uru
Atlanta tidak bisa menahan rasa harunya saat mendengar janji suci yang Dylan janjikan kepadanya dan janjinya kepada Tuhan. Kini giliran Atlanta yang mengucapkan janji suci pernikahan mereka.“I Nyx Atlanta, take you Dylan Jordan to be my husband. I promise to loving and honor you. Ftom this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health. All the day of my life until death do us apart.”“Do you Dylan Jordan take Atlanta to be your wife?”“Yes, I do,” jawab Dylan mantap.Sang pendeta kini beralih kepada Atlanta. “Do you Nyx Atlanta take Dylan Jordan to be your husband?”“Yes, I do.” Dalam hidup Atlanta, ini adalah pertama kalinya Atlanta memutuskan sesuatu tanpa ada keraguan.“Sekarang kalian adalah pasangan menikah. Silahkan melakukan ciuman pernikahan,” ujar sang pendeta mempersilahkan.
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta