“Leona, jangan menikah.”
“Tenanglah, aku tidak akan berhenti bekerja hanya karena sudah menikah,” balas Atlanta dengan tenang. Tidak terpengaruh sedikitpun dengan larangan yang diberikan.
“Kau boleh menikah dengan seseorang yang berlatar sama denganmu, memiliki pekerjaan yang bisa mengertimu. Tapi jangan menikah dengan orang asing.”
Atlanta tersenyum miring. “Sejak kapan petinggi Hilton ikut mengatur urusan pribadiku? Ini nomor Boss, kenapa kau bisa menggunakannya Valeria?”
“Boss marah besar ketika dia tahu jika kau akan menikah, Leona. Aku di utus olehnya untuk melarangmu. Omong-omong jangan menyalahkan tentang petinggi, kau juga bagian dari petinggi Hilton.”
“Leona sudah mati lima tahun yang lalu. Aku menikah sebagai Atlanta, jadi katakan pada Boss untuk tenang saja. Kau akan tahu ada beberapa keuntungan yang bisa kau dapatkan jika memiliki seseorang di sampingmu.”
“Berhentilah bicara omong kosong. Urusi saja pernikahanmu dan kembali dua Minggu lagi untuk menyelesaikan misi.”
“Baiklah, lagi pula aku tidak akan mengundangmu. Sampai jumpa.” Tanpa menunggu jawaban Valeria, Atlanta memutuskan panggilan mereka secara sepihak.
Atlanta menghela napas melihat desain-desain interior pernikahan yang begitu indah dengan tatapan sendu. “Kenapa harus sesulit ini hanya untuk menikah? Padahal aku hanya ingin mempunyai kehidupan yang layak.”
***
“Aku hanya ingin menikah, kenapa kau terus mengingatiku dengan petinggi Hilton yang harus kita tangkap? Bisakah kau membiarkanku bernapas dengan tenang untuk melaksanakan pernikahan?”
Dylan tidak berhenti mengeluh setiap kali Zunaira memberinya peringatan. Padahal niat Dylan mengajak Zunaira makan siang di kafe bertujuan meminta bantuan Zunaira untuk mencari kontak teman-teman sekolah dulu.
“Hilton adalah organisasi spionase industri terbesar di negara kita. Mereka sudah mencuri banyak rahasia perusahaan. Tentu saja aku tidak akan berhenti memberimu peringatan bukan?”
“Aku tahu mereka sangat jahat. Tapi aku memanggilmu untuk mengundang teman-teman kita dulu, bukan membahas pekerjaan,” keluh Dylan.
“Dylan, kau harus mendengarkanku. Percaya padaku jika—”
“Jika apa?” potong Dylan cepat. “Sudah berapa lama kau mengenal Atlanta? Sudah sejauh apa kau mengetahui latar belakangnya? Kau tidak bisa menjawabnya bukan?”
Zunaira dibuat terdiam mendapati serangan Dylan.
“Aku berterima kasih karena kau sudah memikirkanku. Tapi ini sudah terlalu jauh Zunaira. Jika sesuatu terjadi pada pernikahanku dengan Atlanta pun aku akan menyelesaikannya sendiri.” Dylan menunjukkan bahwa ia sudah membuat keputusan bulat yang tidak bisa lagi di ganggu gugat.
“Bagaimana jika ternyata Atlanta memiliki rahasia besar yang ia simpan rapat-rapat darimu?” Zunaira memberanikan diri untuk bertanya.
“Aku juga memiliki rahasia besar yang di simpan rapat-rapat darinya. Jika itu memang benar, maka aku tidak bisa menyalahkannya karena aku pun seperti itu.”
Zunaira mendesah frustasi. Kehabisan akal untuk menghentikan pernikahan ini. Bukannya Zunaira tidak memikirkan kebahagiaan rekan kerjanya, tapi Zunaira juga mengkhawatirkan masa depan Dylan.
“Berhenti berusaha untuk menghentikan pernikahanku Zunaira. Sudah cukup. Aku tidak ingin tindakanmu terdengar oleh Atlanta. Aku akan baik-baik saja, sungguh,” pinta Dylan begitu menyadari raut wajah frustasi Zunaira.
“Tapi Dylan—”
“Aku harus kembali menjemput Atlanta. Calon istriku sudah menunggu.”
***
Persiapan pernikahan berjalan lancar berkat Dylan, Atlanta bisa mewujudkan pernikahan impiannya. Sebelum mengenal Dylan, Atlanta tidak pernah berencana kata ‘pernikahan’ akan ada di kamus hidupnya. Bertahan hidup adalah satu-satunya rencana Atlanta untuk masa depannya.
Hari ini pria itu tampak gagak, tampan dan menawah dalam balutan celana dengan bahan khusus, kemeja putih dan dasi kupu-kupu yang menghiasi lehernya. Begitu pula dengan Atlanta bak bidadari tak bersayap menggunakan gaun putih panjang dengan rambut panjangnya yang dibiarkan teruri ke samping.
“Kenapa kau terus menatapku?” Dylan menjadi salah tingkah sendiri terus di tatap oleh Atlanta.
Atlanta tersenyum tulus, hal itu berhasil membuat Dylan semakin jatuh cinta pada Atlanta.
“Terima kasih,” ujar Atlanta dari relung hati terdalam.
Kedua alis Dylan terangkat. “Terim kasih untuk apa?”
‘Terima kasih telah mencintaiku, terima kasih telah membuatku hidup normal, terima kasih telah memberikanku kehidupan yang layak.’ Ada banyak sekali yang ingin Atlanta ungkapkan, tapi semuanya tertahan di bibir dan Atlanta hanya bisa mengatakan,
“Terima kasih telah menikahiku.”
Dylan tersenyum dan menggenggm tangan Atlanta. Mengusap punggung tangan Atlanta dengan lembut. “Seharusnya aku yang berterima kasih seperti itu.”
Dari arah pintu masuk, Veronica masuk menggunakan gaun mewah. Begitu masuk, Veronica langsung merebut Atlanta dari genggaman Dylan.
“Astaga, anakku yang paling cantik akan segera menikah. Dylan sudah menceritakan banyak tentangmu. Mulai hari ini kau harus memanggilku Ibu. Beritahu aku jika Dylan menyakitimu. Aku akan membalasnya untukmu,” cerocos Veronica bersemangat.
Atlanta tersenyum haru. Selain mendapatkan seorang suami, kini Atlanta juga memiliki seorang Ibu. Kekosongan hati Atlanta mulai terisi sejak ia memutuskan untuk meniahi Dylan dengan segala konsekuensi.
“Coba panggil aku dengan sebutan ‘Ibu’, aku ingin mendengarnya langsung darimu,” pinta Veronica.
Atlanta membuka mulut, memerlukan beberapa detik sebelum Atlanta berani memanggil panggilan sakral seumur hidupnya. “Ibu?”
Bahkan Atlanta tidak berani mengucapkannya dengan lantang untuk pertama kalinya.
Mata Veronica berbinar. “Lebih keras Atlanta,”
“Ibu.” Panggilan kedua terdengar lebih meyakinkan dari panggilan pertama. Sontak Dylan dan Veronica kompak menebarkan senyum bahagia.
“Selamat datang di keluarga Emerlad, Atlanta. Selamat telah menjadi bagian dari keluaga Jordan,” sambut Veronica dengan hangat.
Sesaat Atlanta menahan napas. Tidak pernah sepanjang hidunya ia diterima dengan begitu mudah di suatu lingkungan. Bahkan ketika Atlanta masih tinggal di Panti Asuhan pun mengalami banyak kesulitan.
Atlanta memberanikan diri memeluk Veronica terlebih dahulu. Air mata berhasil lolos dari pelupuk mata saat Veronica mengusap punggung Atlanta dengan hangat.
***
Di depan altar, Atlanta menyambut uluran tangan Dylan. Mereka berdua memutuskan untuk berjalan bersama sepanjang altar. Tepuk tangan para hadirin memeriahkan acara khidmat hari ini. Dylan berhasil membuat orang yang paling kesepian di dunia menjadi seorang ratu hari ini.
Mereka berjalan secara perlahan-lahan, senyuman mereka tampak sangat indah, kebahagiaan mereka melipat ganda hari ini. Seakan Tuhan telah menyiapkan kebaagaiaan yang berlimpah untuk hari spesial ini, setelah bertahun-tahun Atlanta harus menahan pedihnya hidup sebatang kara.
Saat ini Dylan dan Atlanta berdiri berhadapan, ada pria paruh baya diantara mereka. Pria tersebut yang aan menyatukan janji suci kedua insan yang tengah berbahagia.
Dylan menarik napasnya dalam-dalam, kini sudah waktunya ia mengucapkan janji suci untuk mempersunting Atlanta secara resmi dan khidmat.
“I Dylan Jordan, take you Nyx Atlanta to be my wife. I promise to loving and honor you. Ftom this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health. All the day of my life until death do us apart.”
‘Dylan… Semoga keputusanmu untuk menikahiku tidak akan menjadi keputusan yang akan kau sesalkan di masa mendatang.’
Terima kasih sudah membaca ceritaku, jangan lupa tinggalkan jejak ya! Instagram : haniyahhputri
Atlanta tidak bisa menahan rasa harunya saat mendengar janji suci yang Dylan janjikan kepadanya dan janjinya kepada Tuhan. Kini giliran Atlanta yang mengucapkan janji suci pernikahan mereka.“I Nyx Atlanta, take you Dylan Jordan to be my husband. I promise to loving and honor you. Ftom this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health. All the day of my life until death do us apart.”“Do you Dylan Jordan take Atlanta to be your wife?”“Yes, I do,” jawab Dylan mantap.Sang pendeta kini beralih kepada Atlanta. “Do you Nyx Atlanta take Dylan Jordan to be your husband?”“Yes, I do.” Dalam hidup Atlanta, ini adalah pertama kalinya Atlanta memutuskan sesuatu tanpa ada keraguan.“Sekarang kalian adalah pasangan menikah. Silahkan melakukan ciuman pernikahan,” ujar sang pendeta mempersilahkan.
“Kau mirip dengan gadis bernama Leona. Hanya saja kau versi dewasanya saat ini.” Tubuh Atlanta membeku. ‘Apakah Samuel salah satu yang tertinggal di masa laluku? Tapi bagaimana bisa dia mengenaliku? Siapakah Samuel sebenarnuya?’ “Leona?” Atlanta berusaha tetap tenang. “Siapa dia? Mantan kekasihmu?” Mendengar kata ‘mantan kekasih’ Samuel terkekeh. “Bukan. Lebih tepatnya dia—” “ATLANTA!” teriakkan Orion memotong pembicaraan Samuel. Orion masuk terburu-buru dengan sekantung obat di tangannya. “Orion sialan,” rutuk Atlanta pelan, sangat pelan. “Bagaimana sakit perutmu? Aku sudah membawakan obatnya.” Orion mengeluarkan obat sakit perut satu persatu. “Kau pergi terlalu lama hingga sakit perutku sudah membaik,” balas Atlanta sinis. Orion menyodorkan sebutir obat kepada Atlanta. “Maafkan aku. Tetap saja kau harus minum obat supaya sembuh dengan baik. Minumlah.” Samuel berdiri, bersiap hendak pergi. “Bolehkah ak
Atlanta dan Dylan sebagai pengantin baru harus membuang jauh-jauh rencana bulan madu mereka. Padahal tiket pesawat menuju Maldives sebagai destinasi liburan mereka. Sayangnya, mereka harus menunda rencana mereka. Koper yang sudah mereka siapkan harus kembali di bongkar karena mereka tidak tahu penundaan hal ini akan sampai kapan. Sejujurnya Atlanta merasa kecewa karena Dylan harus membatalkan penerbangan mereka hari ini. Terlebih lagi secara mendadak. “Kita sudah membatalkan penerbangan? Kalau gitu aku akan kembali membongkar koper dan mengganti baju.” Pagi ini Atlanta sudah siap menggunakan paLayan berpergian. Selama hidupnya Atlanta tidak pernah pergi ke luar negeri karena terlalu sibuk bersembunyi menggunakan identitas aslinya. Jadi wajar saja jika Atlanta merasa bersemangat untuk berpergian bersama Dylan. “Sayang, maafkan aku. Ini adalah keadaan darurat, tidak ada yang bisa menggantikannya selain aku. Aku harus—” “Aku mengerti,” potong Atl
Sudah hari ke tujuh Dylan pergi bekerja. Selama itu pula Dylan hanya mengirimnya pesan singkat sesekali. Tidak ada telpon. Dikarenakan Atlanta masih berada di masa tidak aktif bekerja, rasa bosan telah membunuh Atlanta selama satu minggu ini. Mendengar suara ketukan pintu, Atlanta segera mematikan komputernya dan pergi membukakan pintu untuk tamu yang datang tanpa di undang. “Samuel? Ada apa datang kemari?” Atlanta sedikit terkejut mendapati saudara iparnya lah yang datang. “Boleh aku masuk?” Samuel meminta izin. Meskipun Atlanta sedikit kebingungan, tapi Atlanta tetap membiarkan Samuel masuk dan duduk manis di ruang tamu. “Mau minum apa?” tawar Atlanta. Samuel bergumam kemudian bertanya, “minuman jenis apa yang Kakakku miliki di rumahnya?” Atlanta berdecak pelan dan duduk manis di sofa. “Aku menyesal telah menawarimu. Ini rumah Kakakmu, ambil minummu sendiri jika haus.” “Hari ini aku datang sebagai tamumu, bukan
Atlanta yang baru saja selesai mandi tidak menemukan batang hidung Dylan di dapur maupun di ruang tengah. Melihat pintu ruang kerjanya yang sedikit terbuka, Atlanta melototkan mata dan cepat-cepat masuk ke ruang kerjanya.“SAYANG!” teriak Atlanta spontak begitu melihat Dylan sedang memegang ransel hitamnya.Atlanta tersenyum dan merebut ransel hitam tersebut secara halus. “Sedang apa kau disini? Apa kita kedatangan paket?” Atlanta berusaha mengalihkan perhatian.“Iya. Aku memesankan beberapa barang untuk kenyamanan ruang kerjamu. Maaf jika tidak memberitahumu terlebih dahulu.” Dylan tersenyum kikuk seraya menunjukkan beberapa barang yang baru saja ia bereskan.Atlanta mendesah pelan. Dylan benar-benar pandai membuatnya merasa bersalah. Selama sepuluh tahun Atlanta bekerja, ini adalah pertama kalinya Atlanta menyesal karena telah memilih pekerjaan seperti itu.Atlanta maju satu langkah, memeluk Dylan dan menendang
“Leona. Nama wanita yang telah bunuh diri itu bernama Leona.”Orion menoleh pada Dylan, meminta klarifikasi sebagai karyawan yang telah mengabdikan diri selama lebih dari sepuluh tahun dalam dunia Interpol.“Itu benar, tersangka utama bunuh diri sebelum kasus itu sampai ke tangan Interpol. Kabarnya dia adalah seorang peretas, namanya pernah tercetak dalam sejarah sebagai orang paling muda yang menjuarai kompetisi hacking bank khusus para elite dunia,” jelas Dylan.“Paling muda? Berapa usianya saat itu?”“Lima belas hingga delapan belas tahun. Kemungkinan dia langsung di pekerjakan oleh Hilton sebagai penyerang cyber mereka, karena setelah kemenangan tiga tahun berurut-turut perlahan namanya mulai menghilang.”“Waw, itu sangat keren.” Orion tidak bisa menutupi rasa terkejutnya.“Leona juga menyapu tiga kompetisi utama anti-hacking utama dunia termasuk CTF. Han
Sebelum pergi ke aula, Atlanta pergi ke basement hotel terlebih dahulu. Atlanta berjalan dengan angkuh menghampiri sebuah mobil box berwarna putih yang terparkir di basement.“Berikan aku dua puluh lima persen, maka aku akan memberikan jaminan jika transaksi ini akan berhasil.” Atlanta melipat kedua tangan di depan dada dan bersandar di mobil.Tentu saja supir mereka menunjukkan raut wajah permusuhan kepada Atlanta. “Siapa kau? Jangan berani bermain-main anak kecil,” remehnya.“Aku memberikanmu kesempatan. Hotel ini sedang di jaga ketat oleh Polisi. Jika aku tidak terlibat, aku yakin transaksi kalian akan gagal.”Acara seminar yang di hadiri oleh orang-orang penting mulai dari pejabat hingga pengusaha memang mengundang kesempatan untuk melakukan transaksi. Sudah pasti jika salah satu dari tamu yang hadir hari ini juga bagian dari dalang transaksi narkoba.“Siapa kau bocah?” tanyanya garang.Wal
“Bagaimana dengan pintu Timur?”Dylan terpaku melihat wanita berambut panjang hitam berponi yang sedang meminum sampanye. Postur tubuhnya mengingatkan Dylan kepada seseorang yang berada di rumah.“Elang, bagaimana dengan pintu Timur? Kau dengar aku?” ulang dari sebrang sana.“Aku dengar. Pintu Timur biar aku yang tangani,” jawab Dylan, kemudian melangkah menuju pintu timur aula yang di maksud.“Bagaimana jika Atlanta benar-benar ada disini? Tapi untuk apa? Atlanta bukanlah tipe orang yang suka bersosialisasi, acara ini di hadiri para anggota VIP. Bagaimana jika itu Atlanta sungguhan? Apa yang harus aku jelaskan kepadanya alasan aku bisa disini?” Dylan menjadi bertanya-tanya sendiri sepanjang jalan.“Apakah Atlanta mengganti warna rambut menjadi hitam? Seingatku rambut istriku adalah warna cokelat terang. Tapi postur itu benar-benar postur tubuh istriku. Aku tidak mungkin salah menilai mengenai i
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta