“Aku memperingatimu untuk segera membatalkan pernikahan kalian jika tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi diantara kalian.”
Dylan terkekeh. Tidak menganggap peringatan yang Zunaira berikan dengan serius.
“Kau cemburu karena aku menikah lebih dahulu dari pada kau?”
“Aku serius Dylan!” suara Zunaira naik satu oktaf, merasa kesal karena Dylan tidak mempercayainya.
Ting!
Begitu pintu lift terbuka, Dylan memegang kedua bahu Zunaira kemudian mendorongnya pelan supaya segera masuk lift.
“Aku akan masuk kerja besok. Jangan lupa siapkan apa yang telah aku pinta,” pesan Dylan.
“Tapi Dylan, kau harus mempercayaiku. Atlanta bukanlah—”
“Sampai jumpa!” Dylan melambaikan tangan setelah menekan tombol pintu lift. Hal yang terakhir Dylan lihat adalah raut wajah kesal Zunaira sebelum pintu lift tertutup dengan sempurna.
Dylan menghela napas. Tidak ingin menganggap serius apa yang dikatakan oleh rekan kerjanya tersebut. Mungkin Dylan belum lama mengenal sosok Atlanta. Tapi apa boleh buat jika hatinya sudah terpaut dalam waktu singkat ini?
***
Disaat hari masih menunjukkan pagi buta Dylan sudah rapih menggunakan kaos oblong putih yang di tutupi jaket jeans. Sebelum berangkat kerja, Dylan membuatkan Atlanta sarapan sandwich dan segelas susu lalu meninggalkan selembar notes yang berisi,
‘Tidurmu sangat nyenyak, aku tidak tega membangunkanmu. Habiskan sarapanmu!’
Atlanta baru bangun saat jarum pendek jam menunjukkan pukul delapan pagi. Ketika Atlanta hendak mengambil segelas air putih, sepiring sarapann di atas meja berhasil menarik perhatiannya.
“Pasti Dylan berangkat pagi-pagi. Susunya sudah tidak panas.”
Selagi menunggu microwave selesai menghangatkan makanan dan minumannya, Atlanta memesan perangkat komputer dengan kualitas tinggi atas nama Dylan. Tinggal bersama orang lain memudahkan Atlanta untuk melakukan pembelian secara online untuk dirinya sendiri.
“Jika aku tahu akan semenguntungkan ini tinggal bersama orang lain, seharusnya aku mencari room mate sejak dahulu,” gumam Atlanta.
Tidak hanya komputer, Atlanta juga membeli beberapa paLayan mahal dan make up. Selama ini Atlanta memiliki uang sebanyak jutaan dollar tapi tidak bisa menggunakannya dengan sesuka hati.
“Kenapa aku baru tahu jika berbelanja tanpa perlu melihat nominal akan semenyenangkan ini? Apa gunanya aku mendapatkan penghasilan jutaan dollar jika hanya bisa menggunakan sebanyak seratus dollar? Ini semua karena Hilton.”
Setelah memesan barang sangat banyak, Atlanta menghubungi Dylan. Tidak perlu menunggu lama untuk Dylan menjawab panggilannya.
“Dylan, apa aku mengganggumu?” tanpa sadar Atlanta menggigit bibir bawahnya, karena ini adalah pertama kalinya Atlanta menghubungi pria secara pribadi.
“Ah, tidak juga. Ada apa?” suara bariton yang lembut menyambut Atlanta dari sebrang sana.
“Aku memesan begitu banyak barang hari ini. Bolehkah?” tanya Atlanta pelan, meminta izin Dylan dengan ragu. Bagaimanapun juga Atlanta harus tetap menghormati Dylan, sebagai pemilik rumah sekaligus sebagai calon suami.
Suara kekehan terdengar. “Kau bisa menambahkan apapun barang kebutuhanmu. Tidak perlu meminta izinku lagi, sudah seharusnya.”
“Baiklah, terima kasih.”
“Mari kita mulai menyiapkan pernikahan setelah aku selesai bertugas. Aku usahakan aku pulang sepuluh hari lagi.”
Tanpa sadar Atlanta menaikkan kedua sudut bibirnya, lalu menganggukkan kepala walau Atlanta tahu jika Dylan tidak bisa melihatnya saat ini.
“Aku akan menunggumu. Selamat bertugas.”
***
“Bertugas?” Zunaira tertawa jahat mendengar kata yang Dylan gunakan kepada Atlanta.
“Maksudmu kau bekerja pagi, siang dan malam kemudian tidur di kantor?” Zunaira tidak bisa berhenti meledek Dylan.
Dylan menyimpan ponselnya ke dalam saku dan melayangkan tatapan sinis kepada Zunaira. “Aku akan membalasmu saat kau menikah nanti.”
“Sayangnya itu tidak akan terjadi,” balas Zunaira penuh kemenangan.
Sontak Orion langsung menoleh mendengar balasan Zunaira yang menarik perhatiannya. “Kenapa? Kenapa kau tidak akan menikah?”
Zunaira berdecak dan mengibaskan tangannya. “Anak kecil diam saja.”
Orion berdecih sinis. “Anak kecil dari mana? jelas-jelas aku seumuran dengan Atlanta. Kau hanya lebih tua empat tahun dariku.”
Sebagai sentuhan terakhir, Dylan menggunakan topi Pilot dengan perasaan bangga.
“Cepat masuk mobil, Kim Hani sudah pergi ke Bandara. Kita harus melindungi informan kita.” Dylan memberi aba-aba untuk memulai operasi penangkapan mereka.
Orion sudah siap menggunakan paLayan casual seraya membawa laptop, menyusul Dylan. Sementara Zunaira yang sudah rapih menggunakan seragam pramugari masih sibuk memoleskan lipstik di bibirnya.
“Tunggu sebentar! Aku belum selesai menggunakan lipstik!”
***
Siang ini Atlanta berada di sebuah kafe yang ada di Bandara. Kaca mata hitamnya sengaja ia letakkan di atas meja dalm posisi terbalik. Memantulkan bayangan kedua orang yang sedang berbincang di belakang Atlanta. Selain pandai meretas, Atlanta juga pandai membaca mulut orang lain.
“Apa masih lama?” suara Lay terdengar melalui penghubung suara jarak jauh.
Atlanta bergumam. “Aku harus mendapatkan sidik jari Kim Hani supaya bisa menerobos ruang penelitian dan meretas komputernya.”
“Dapatkan juga iris mata Kim Hani. Tidak mungkin seorang jenius seperti dia hanya mengunci menggunakan sidik jari.”
“Maksudmu aku harus mengambil matanya?”
Lay mendesah. “Lupakan. Selesaikan saja tugasmu.”
Begitu Kim Hani pergi meninggalkan mejanya, Atlanta bergegas duduk di kursi Kim Hani sebelum ada pelayan yang membersihkan meja. Secara cepat Atlanta mengambil sidik jari Kim Hani mulai dari meja hingga gelas. Atlanta juga mengambil beberap helai rambut yang tertinggal.
“Kim Hani hanya berbicara dengan orang asing supaya ada seseorang yang menemaninya selagi menunggu pesawat. Dia pergi ke tempat check in.”
“Aku tahu. Tunggulah di mobil, aku akan menyelesaikan ini.”
***
Refelks Zunaira berhenti melangkahkan kaki ketika melihat sosok Atlanta yang tengah berjalan secara terburu-buru. Walau Atlanta menggunakan kaca mata hitam, tapi Zunaira masih bisa mengenali sosok Atlanta dengan jelas.
“Zunaira? Zunaira!” panggil Dylan karena Zunaira terus diam di tempat. “Ada apa?” tanyanya.
Zunaira menggelengkan kepala. “Tidak ada. Apa Orion sudah mendapatkan kabar?”
Melihat sikap biasa Dylan, Zunaira tahu jika Dylan tidak menyadari keberadaan calon istrinya disini. Jika Atlanta juga berada disini, pasti sesuatu yang buruk telah terjadi.
Orion lari dari arah timur menghampiri Dylan dan Zunaira. “Huft… Itu… Gawat… Kim Hani… Kim Hani tidak ada di dalam pesawat.”
Zunaira termenung. “Sepertinya Kim Hani di bunuh.”
“Apa?” Orion terkejut bukan main.
“Dari mana kau tahu?” Dylan tak kalah terkejut.
“Aku bilang ‘sepertinya’, kita belum menemukan bukti!”
“Orion, pergi periksa CCTV Bandara. Zunaira, pergi periksa pintu keluar Bandara. Aku akan menyisir area dalam.”
Setelah memberikan perintah, mereka bertiga segera berpencar uuntuk menjalankan tugasnya masing-masing. Ketika Dylan sedang berlari, terdapat kerumunan heboh di pintu toilet wanita yang menarik perhatiannya.
“Ada apa? Tolong minggir semuanya. Aku seorang polisi.” Dylan menerobos kerumunan dan menemukan sosok Kim Hani yang sudah tidak bernyawa di lantai toilet.
Dylan menekan alat penghubung suara di telinganya kemudian berbicara. “Zunaira, kau benar. Aku menemukan Kim Hani tewas di toilet wanita.”
Ketika hendak keluar dari Bandara, Atlanta tidak sengaja melihat Dylan dan Zunaira yang sedang berjalan bersama penuh wibawa menggunakan seragam. “Ternyata Dylan adalah pilot sungguhan. Aku juga tidak menyangka jika Zunaira telah menjadi pramugari.” Atlanta tersenyum. “Itu bagus. Setidaknya mereka bukan pembohong sepertiku.” *** Kim Hani adalah seorang ilmuwan sekaligus mata-mata Hilton. Annie meminta bantuan agen Interpol untuk menyelamatkannya dan membantu Kim Hani untuk mendapatan kesempatan hidup baru. Tentu saja agen Interpol menyetujuinya karena Kim Hani akan menjadi jalan mereka untuk menangkap petinggi Hilton. Selagi menunggu tim investigasi menyelidiki kasus kematian Kim Hani, Orion masih duduk lemas karena gagal untuk melindungi informan mereka. Sementara Dylan menarik Zunaira ke tempat sepi untuk berbincang dua mata. “Dari mana kau tahu jika Kim Hani di bunuh?” Dylan mengulangi pertanyaan yang sama. ‘Dimanapun tunanganmu
“Leona, jangan menikah.” “Tenanglah, aku tidak akan berhenti bekerja hanya karena sudah menikah,” balas Atlanta dengan tenang. Tidak terpengaruh sedikitpun dengan larangan yang diberikan. “Kau boleh menikah dengan seseorang yang berlatar sama denganmu, memiliki pekerjaan yang bisa mengertimu. Tapi jangan menikah dengan orang asing.” Atlanta tersenyum miring. “Sejak kapan petinggi Hilton ikut mengatur urusan pribadiku? Ini nomor Boss, kenapa kau bisa menggunakannya Valeria?” “Boss marah besar ketika dia tahu jika kau akan menikah, Leona. Aku di utus olehnya untuk melarangmu. Omong-omong jangan menyalahkan tentang petinggi, kau juga bagian dari petinggi Hilton.” “Leona sudah mati lima tahun yang lalu. Aku menikah sebagai Atlanta, jadi katakan pada Boss untuk tenang saja. Kau akan tahu ada beberapa keuntungan yang bisa kau dapatkan jika memiliki seseorang di sampingmu.” “Berhentilah bicara omong kosong. Uru
Atlanta tidak bisa menahan rasa harunya saat mendengar janji suci yang Dylan janjikan kepadanya dan janjinya kepada Tuhan. Kini giliran Atlanta yang mengucapkan janji suci pernikahan mereka.“I Nyx Atlanta, take you Dylan Jordan to be my husband. I promise to loving and honor you. Ftom this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health. All the day of my life until death do us apart.”“Do you Dylan Jordan take Atlanta to be your wife?”“Yes, I do,” jawab Dylan mantap.Sang pendeta kini beralih kepada Atlanta. “Do you Nyx Atlanta take Dylan Jordan to be your husband?”“Yes, I do.” Dalam hidup Atlanta, ini adalah pertama kalinya Atlanta memutuskan sesuatu tanpa ada keraguan.“Sekarang kalian adalah pasangan menikah. Silahkan melakukan ciuman pernikahan,” ujar sang pendeta mempersilahkan.
“Kau mirip dengan gadis bernama Leona. Hanya saja kau versi dewasanya saat ini.” Tubuh Atlanta membeku. ‘Apakah Samuel salah satu yang tertinggal di masa laluku? Tapi bagaimana bisa dia mengenaliku? Siapakah Samuel sebenarnuya?’ “Leona?” Atlanta berusaha tetap tenang. “Siapa dia? Mantan kekasihmu?” Mendengar kata ‘mantan kekasih’ Samuel terkekeh. “Bukan. Lebih tepatnya dia—” “ATLANTA!” teriakkan Orion memotong pembicaraan Samuel. Orion masuk terburu-buru dengan sekantung obat di tangannya. “Orion sialan,” rutuk Atlanta pelan, sangat pelan. “Bagaimana sakit perutmu? Aku sudah membawakan obatnya.” Orion mengeluarkan obat sakit perut satu persatu. “Kau pergi terlalu lama hingga sakit perutku sudah membaik,” balas Atlanta sinis. Orion menyodorkan sebutir obat kepada Atlanta. “Maafkan aku. Tetap saja kau harus minum obat supaya sembuh dengan baik. Minumlah.” Samuel berdiri, bersiap hendak pergi. “Bolehkah ak
Atlanta dan Dylan sebagai pengantin baru harus membuang jauh-jauh rencana bulan madu mereka. Padahal tiket pesawat menuju Maldives sebagai destinasi liburan mereka. Sayangnya, mereka harus menunda rencana mereka. Koper yang sudah mereka siapkan harus kembali di bongkar karena mereka tidak tahu penundaan hal ini akan sampai kapan. Sejujurnya Atlanta merasa kecewa karena Dylan harus membatalkan penerbangan mereka hari ini. Terlebih lagi secara mendadak. “Kita sudah membatalkan penerbangan? Kalau gitu aku akan kembali membongkar koper dan mengganti baju.” Pagi ini Atlanta sudah siap menggunakan paLayan berpergian. Selama hidupnya Atlanta tidak pernah pergi ke luar negeri karena terlalu sibuk bersembunyi menggunakan identitas aslinya. Jadi wajar saja jika Atlanta merasa bersemangat untuk berpergian bersama Dylan. “Sayang, maafkan aku. Ini adalah keadaan darurat, tidak ada yang bisa menggantikannya selain aku. Aku harus—” “Aku mengerti,” potong Atl
Sudah hari ke tujuh Dylan pergi bekerja. Selama itu pula Dylan hanya mengirimnya pesan singkat sesekali. Tidak ada telpon. Dikarenakan Atlanta masih berada di masa tidak aktif bekerja, rasa bosan telah membunuh Atlanta selama satu minggu ini. Mendengar suara ketukan pintu, Atlanta segera mematikan komputernya dan pergi membukakan pintu untuk tamu yang datang tanpa di undang. “Samuel? Ada apa datang kemari?” Atlanta sedikit terkejut mendapati saudara iparnya lah yang datang. “Boleh aku masuk?” Samuel meminta izin. Meskipun Atlanta sedikit kebingungan, tapi Atlanta tetap membiarkan Samuel masuk dan duduk manis di ruang tamu. “Mau minum apa?” tawar Atlanta. Samuel bergumam kemudian bertanya, “minuman jenis apa yang Kakakku miliki di rumahnya?” Atlanta berdecak pelan dan duduk manis di sofa. “Aku menyesal telah menawarimu. Ini rumah Kakakmu, ambil minummu sendiri jika haus.” “Hari ini aku datang sebagai tamumu, bukan
Atlanta yang baru saja selesai mandi tidak menemukan batang hidung Dylan di dapur maupun di ruang tengah. Melihat pintu ruang kerjanya yang sedikit terbuka, Atlanta melototkan mata dan cepat-cepat masuk ke ruang kerjanya.“SAYANG!” teriak Atlanta spontak begitu melihat Dylan sedang memegang ransel hitamnya.Atlanta tersenyum dan merebut ransel hitam tersebut secara halus. “Sedang apa kau disini? Apa kita kedatangan paket?” Atlanta berusaha mengalihkan perhatian.“Iya. Aku memesankan beberapa barang untuk kenyamanan ruang kerjamu. Maaf jika tidak memberitahumu terlebih dahulu.” Dylan tersenyum kikuk seraya menunjukkan beberapa barang yang baru saja ia bereskan.Atlanta mendesah pelan. Dylan benar-benar pandai membuatnya merasa bersalah. Selama sepuluh tahun Atlanta bekerja, ini adalah pertama kalinya Atlanta menyesal karena telah memilih pekerjaan seperti itu.Atlanta maju satu langkah, memeluk Dylan dan menendang
“Leona. Nama wanita yang telah bunuh diri itu bernama Leona.”Orion menoleh pada Dylan, meminta klarifikasi sebagai karyawan yang telah mengabdikan diri selama lebih dari sepuluh tahun dalam dunia Interpol.“Itu benar, tersangka utama bunuh diri sebelum kasus itu sampai ke tangan Interpol. Kabarnya dia adalah seorang peretas, namanya pernah tercetak dalam sejarah sebagai orang paling muda yang menjuarai kompetisi hacking bank khusus para elite dunia,” jelas Dylan.“Paling muda? Berapa usianya saat itu?”“Lima belas hingga delapan belas tahun. Kemungkinan dia langsung di pekerjakan oleh Hilton sebagai penyerang cyber mereka, karena setelah kemenangan tiga tahun berurut-turut perlahan namanya mulai menghilang.”“Waw, itu sangat keren.” Orion tidak bisa menutupi rasa terkejutnya.“Leona juga menyapu tiga kompetisi utama anti-hacking utama dunia termasuk CTF. Han
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta