Enjoy!
-----“Jangan menangis, Cara mia. Aku sepenuhnya milikmu, selalu,” bisik suara yang begitu mirip dengan Gavriel di tengah kegelapan.
Liora tak bisa melihat apa pun, tetapi suara itu terdengar dekat dan menenangkan. Menawarkan kedamaian yang sudah hampir ia lupakan bahwa itu pernah ada. Sebuah sentuhan kemudian terasa menangkup pipi Liora dan cairan di ujung mata yang sedang terpejam itu tiba-tiba terseka hangat.
“Percaya padaku, tunggu aku,” bisik suara itu lagi sebelum seberkas kehangatan dan kelembutan menempel di bibir Liora yang tak mampu bergerak.
“Aku mencintaimu,” bisikan itu bergaung seperti dalam goa, memantul berulang pada setiap dinding kelam, lalu melambat, menjauh dan sirna.
Bola mata Liora seketika terbuka lebar. Napasnya berembus cepat di tengah sesak kamar yang gulita. Mata perak Liora berlarian berusaha menyesuaikan kegelapan yang melingkupinya dan menc
Enjoy!-----Kelopak mata Liora mengerjap perlahan, tetapi keningnya segera berkerut ketika pandangan mata itu sudah mulai jelas dan menemukan berjajar jendela oval yang tertutup di hadapannya. Liora cepat-cepat berbalik badan. Mata perak itu mengedar ke seluruh penjuru ruangan yang asing.Ia mendudukkan diri dengan gusar, mendapati ia kini berada di sebuah kamar. Jendela oval di kanan kirinya sudah jelas menyuarakan bahwa ia ada di dalam pesawat. Ruangan luas berdominasi warna putih dan kelabu dengan gaya elegan modern ini ternyata telah memerangkap Liora sedari tadi. Liora kemudian membuka selimut yang melingkupinya dan bernapas lega kala ia masih mengenakan dress kerja lengkap seperti tadi siang.“Bagaimana aku bisa berakhir di sini?”Liora menarik memori terakhirnya dan ia hanya mendapatkan ingatan saat pertemuannya dengan Gavriel di koridor restoran, sebelum pandangan matanya kabur dan ia tak mengingat apa pun
Enjoy!-----Liora dan Gavriel baru saja tiba di sisi lain kabin pesawat. Deretan beberapa meja kursi dan bar yang masih didominasi warna putih dan abu-abu, menyambut mereka dengan seorang pramugara tampan berwajah latin.Mata perak Liora melirik Gavriel yang mengambil duduk di sisinya di antara pilihan tiga kursi dalam satu meja oval bergaya modern. Biasanya, para pria akan duduk di seberang. Sementara Gavriel tak mampu untuk semakin berjauhan dengan Liora seperti sebelum-sebelumnya, meski kali ini hanya perkara makan malam.Pramugara berseragam hitam dengan dasi abu-abu segera mendekat dengan membawa dua buku menu. “Selamat malam, Mr. Arvezio, Miss. Quinton. Saya Luan dengan senang hati, siap melayani makan malam Anda berdua hari ini.” Pria itu memberikan dua buku menu dengan keramahan luar biasa, seakan mencoba mencairkan ketegangan yang sedang memisahkan dua orang di dalam meja ini.Liora
Enjoy!-----Liora memang bukan wanita yang mudah Gavriel taklukkan sejak awal dan wanita itu memang bukan untuk ditaklukkan, tetapi untuk dicintai, karena semakin Gavriel mengenal dan jujur pada hatinya sendiri, Gavriel menemukan diri yang tak bisa berhenti mencintai dan menginginkan Liora ada di sisinya.Hal itu sudah cukup menjadi alasan bagaimana kerenggangan jarak mereka dalam waktu seminggu ini membuat keduanya mati merindu sekaligus hancur dan gila. Namun, hal itu pula yang membuat Gavriel menemukan kemantapan atas segala keraguannya selama ini. Entah Gavriel harus bersyukur atau mengutuk.Begitu pula dengan fakta tentang gairah yang melilit mereka dalam keramaian maupun kesunyian. Itu bukanlah hal yang patut mereka ragukan. Bahkan gairah itu kian menjadi kebutuhan dan bahasa atas cinta mereka yang terkadang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata, tetapi mampu mereka serap dari raga yang nyatu, serta desakan posesif yang merdu da
Enjoy!-----Gavriel menggeram rendah seperti hewan buas. Satu langkah kaki lebarnya dengan cepat menerjang tubuh Liora. Tangannya yang kuat melingkari pinggang ramping itu, sedang bibirnya menempel dan melesak masuk ke mulut madu yang sudah ia dambakan seminggu ini.Lidah Liora pun segera menyambut. Mereka saling memiringkan wajah demi mendapatkan rasa terdalam yang menggebu. Erangan keduanya melebur di lorong mulut sembari Liora mencengkeram rambut Gavriel yang halus dan tebal.Desakan pertemuan bibir mereka tak bisa mengingkari betapa keduanya telah haus atas kerinduan yang menyesakkan. Namun, sesapan bibir ini pula yang membuat saat ini tubuh mereka berdenyut resah.“Maukah kau membantuku menurunkan celana ini?” bisik Gavriel seraya melepas tautan bibir mereka, demi mengisi kekeringan dengan melumat leher jenjang Liora yang menggoda.“Tentu.”Gavriel kembali menyasar bibir Liora. Ia men
Enjoy!-----Liora merasakan kesesakan disertai kenikmatan yang luar biasa. Tubuhnya berdenyut-denyut hebat menyambut dengan suka cita. Segala kehampaan hari-hari yang ia lalui tanpa Gavriel seakan terbayar melebihi kebutuhan dirinya.Mata Gavriel tersenyum di tengah panas api yang membakar lautan lingkaran biru itu. Pria itu pun merasakan hal yang sama.Gavriel berayun kuat dengan bibirnya yang terbuka dan napas kasar terputus-putus. Liora tak mampu melihat pemandangan gagah dan jantan sang prianya yang seperti ini.Tubuh Liora semakin basah memberi Gavriel untuk kian mengisinya. Cengkeraman tangan Gavriel di pinggul Liora mengisyaratkan sejuta bahasa atas keinginannya untuk selalu melingkupi Liora dengan dirinya.Mata perak Liora berpaling sesaat pada langit-langit kamar mandi. Gavriel berlebihan jantan dan tampan. Matanya pedih, tubuhnya mendidih.“Sialan, Liora! Kau selalu berhasil membuatku gila!&
Enjoy!-----Liora terbangun dalam keadaan pendengarannya mendengar irama debar jantung Gavriel yang tenang. Hal itu seketika menciptakan senyum dan kedamaian di dadanya. Tangan mereka saling memeluk, sementara Liora merasakan dagu Gavriel bersandar di puncak kepalanya.Ini seperti hari-hari yang sempat mereka habiskan di Moorea dan ia tak menyangka akan kembali merasakannya. Dapatkah ini berlangsung selamanya?Perlahan Liora menarik diri, berniat hanya untuk memandang Gavriel yang tengah tertidur, tetapi ia justru mendapati mata pria itu telah terbuka. Gavriel menyambutnya dengan kecupan lembut di kening.“Kau sudah bangun dari tadi? Bagaimana tidurmu?” tanya Liora datar, seolah basa-basi. Setidaknya, orang lain akan menyangka seperti itu, tetapi tidak dengan Gavriel. Terlebih Liora yang sedang menyusurkan tangan ke rambut Gavriel, membuat pria itu terpejam menikmati.Gavriel menjawabnya serupa dengkuran tak
Enjoy!-----Roll Royce berwarna hitam dan satu mobil SUV segera berhenti ketika pesawat Arshvero milik Gavriel telah mendarat sempurna di landasan pribadi Brylee Island. Jantung Liora masih berdebar jika mengingat nama pulau yang akan ia pijaki ini.Sembari menggendong Vierra, Liora menuruni tangga pesawat bersama gandengan tangan Gavriel dan disusul Anna di belakang. Hawa lembap dan panas segera menyergap kulit mereka. Terik matahari siang terlihat sebagai pertanda langit yang cerah disertai desiran ombak yang melambai dari jarak jangkauan mata.Vierra berceloteh riang menunjuk-nunjuk lautan jernih tak jauh dari landasan. Liora tersenyum dan segera mengecup pipi menggemaskan sang anak.“Kau sudah tak sabar? Ingin bermain di pantai?” tanya Liora yang turut menyerap energi riang sang bayi.Vierra membalas dengan bahasa abstraknya yang mengundang tawa. “Si, si, Señorita. Lo conseguira
Enjoy!----- “Liora!” protes Gavriel ketika kekasihnya memilih mengurai pelukan dan berbalik badan, hendak melewatinya. “Kau tak lapar?” tanya Liora datar, berkilah. Menyembunyikan suasana hati yang buruk akibat mendengar penjelasan Gavriel. Pelajaran yang selalu ditanamkan Vello, sang ibu padanya sedari kecil adalah menghargai segala bentuk kejujuran seseorang meski sering kali pedih dan mengecewakan. Kejujuran adalah sesuatu yang mahal dan tak semua orang mampu melakukannya ketika berbohong lebih mudah untuk berbagai alasan sebagai pembenaran. Liora tahu itu dan ia pun sering kali berhasil mengaplikasikan di beberapa masalah kehidupannya. Namun, mengingat hal yang berkaitan dengan Prospero sempat membuat ia terluka dalam, Liora kali ini benar-benar merasa hatinya campur aduk mendengar kejujuran Gavriel. ‘Kau bukan siapa-siapa.’ Nyatanya kalimat menusuk itu masing sering kali berdengung di telinganya. Gavriel s