Happy Reading-----
Liora duduk dengan dagu terangkat dingin dan tajam di ruang kerjanya di kantor. Setelah pertemuannya dengan Gavriel di area parkir kantor, esok harinya Quinton Resource Corp diguncang oleh masalah karyawan di salah satu pabrik pengolahan logamnya di Viroqua.
Ia sudah mengutus COO-nya untuk membereskan masalah itu, tetapi sudah tiga hari ini masalah itu tak kunjung terselesaikan dan justru merembet pada masalah-masalah teknis dan kesejahteraan karyawan yang bagi Liora tak masuk akal. Perusahaannya selalu mengedepankan tentang kenyamanan lingkup kerja, mulai dari keselamatan kerja, jam sampai gaji dan tunjangan.
Dan mereka mengatakan bahwa perusahaan telah memeras jam kerja mereka? Gila! Konyol! Sebenarnya ada apa?
“Bagaimana bisa masalah ini belum terselesaikan?! Kau tahu sehari saja tersendat sudah mengacaukan jalur pengiriman kita dan ini sudah tiga hari!” sentak Liora pada pria paruh baya yang menjad
Happy Reading-----6 bulan kemudian ....“Uncle!!!” Vierra buru-buru turun dari pangkuan Liora dan berlari pada kedatangan Hunter. Pengacara ternama itu langsung berjongkok dengan tangan terentang lebar-lebar. Vierra yang empat bulan lagi akan menginjak usia dua tahun itu pun masuk dalam pelukan Hunter. Ia tergelak kala Hunter berdiri dan membawanya berputar di udara.Liora tersenyum tipis melihat hal itu. Sudah menjadi rutinitas Hunter untuk selalu singgah ke penthouse-nya setiap hari untuk menemui Vierra. Termasuk di akhir pekan seperti ini.Hunter kemudian berjalan menyapa Vello, lalu menghampiri Liora.“Bagaimana harimu, Sayang?” tanya Hunter saat ia mengecup pipi Liora.“Great,” jawab Liora singkat.Hunter tersenyum seraya membelai pipi Liora lalu beralih pada Dexter yang duduk di sofa seberang.“Apa kabarmu, Dex?” Ked
Happy Reading-----“Sayang ....” Panggilan Hunter yang menyeruak segera menyadarkan Liora. Ia menoleh dan mendapati senyum hangat Hunter yang tak pernah pudar untuknya.“Apa?”“Kau melamun.”“Tidak.” Liora menelan salivanya dengan pahit.Hunter kembali tersenyum. “Ayo kita duduk, acara segera dimulai.”Liora mengangguk dan membiarkan Hunter membimbingnya pada meja mereka yang telah diatur oleh pihak mempelai. Namun, langkah Liora kemudian tertahan karena mendapati Hunter membawanya pada meja melingkar yang terisi Gavriel dan Beatrice.“Suatu kebetulan kita berada di satu meja,” kata Hunter.Gavriel beranjak dari duduk dengan gaya khas tenangnya yang elegan. “Mr. Anderson.” Ia mengulurkan tangan dengan seulas senyum karismatik.“Mr. Arvezio.” Hunter menjabat tangan Gavriel dengan tekanan
Happy Reading-----“It hurts, right? Me too.”Tubuh Liora menegang ketika kedua tangan Gavriel memeluk pinggangnya. Apakah ini nyata? Ia bisa merasakan rengkuhan ini lagi? Atau ia mulai gila karena tak bisa menerima kenyataan pahit yang sedang dirasakannya?Gavriel menyurukkan wajahnya ke leher Liora, membuat saraf-saraf Liora kaku oleh tarik napas hangat pria itu.“Kau tak tahu betapa aku merindukan aroma tubuhmu ini.” Pelukan itu mengencang, seolah menjawab keraguan di benak Liora tentang keberadaan pria itu di sini.Mata Liora terpatri di depan cermin, melihat Gavriel yang terpejam, terus mendesakkan wajah ke lehernya, seolah tak pernah cukup dekat. Dengan tangan yang kian gemetar, Liora menyentuh tangan Gavriel di perutnya dan pria itu langsung mengambil tangannya dalam genggaman erat.Liora semakin terisak. Ini nyata? Liora ingin menjerit. Jika pun ini tak nyata, Liora tak ingin te
Happy Reading----- Gavriel merangkak mundur, menciumi tubuh telanjang Liora yang selalu menjadi dambaan dan mimpi-mimpi indahnya. Liora menggeliat, menciptakan gerak tubuh yang kian menggoda gairah Gavriel. Liora kemudian menarik Gavriel ke atas. Tak tahan kehilangan lagi ciuman Gavriel yang selalu berhasil menghidupkan nadinya. Tangan Liora dengan buru-buru melepas rompi dan kemeja mahal itu, membiarkannya tak bernilai di lantai. “Aku sudah tak meminum pil pencegah kehamilan lagi,” kata Liora di antara ciuman mereka dan gerakan tangan Gavriel yang melucuti celananya sendiri. Senyum Gavriel terbit, itu berarti Liora tak aktif bercinta lagi. “Bagus. Aku juga tak membawa pengaman.” Ia melepas celana dalam renda Liora dan langsung mengecupi paha memesona itu hingga sampai pada yang ada di balik sana. “Gavriel!” pekik Liora seraya terdongak. Tubuhnya seketika gemetaran merasakan belaian lidah Gavriel yang sudah amat la
Happy Reading-----Gavriel bergegas menghubungi Daniel usai membaca pesan ancaman Hunter. Dengan berusaha berpikir jernih, Liora dan Gavriel berencana menempuh jalur hukum mengingat apa yang telah Liora lakukan selama ini untuk Vierra dan bukti secarik kertas ancaman tadi.Namun, semua rencana itu berubah setelah Hunter menjawab lokasi di mana Liora dapat menemuinya. Rupanya bukan penthouse tempat Hunter tinggal di Madison, melainkan sebuah mansion di sudut kota Kenosha—mansion tersembunyi milik Gennaro.Bagaimana bisa Hunter dapat menempati mansion tersembunyi Gennaro? Kini Liora dan Gavriel tahu, bahwa ini tak semata-mata soal merebut Vierra kembali.Liora dan Gavriel pun siang ini sudah berada di markas besar Prospero di Platteville. Marco baru saja memutarkan video tangkapan drone kamuflase Prospero yang berbentuk burung elang yang melintasi mansion tersebut.Mansion itu tampak sepi, tetapi jika dilihat sec
Happy Reading----- Langit sore mengiringi Liora yang berjalan cepat memasuki mansion megah persembunyian Gennaro yang sepi. Jika ia tak melihat video drone dari Marco, ia akan merasa bahwa ini benar-benar mansion tempat tinggal biasa. “Sayang, kau datang.” Hunter menyambut dengan kedua tangan terbuka dan senyum lembut yang selama ini hampir tak pernah luntur di wajahnya. Seolah-olah pria itu tak pernah mengirim secarik pesan ancaman tadi pagi. “Kau datang lebih cepat dari yang aku duga.” PLAAK! Telapak Liora langsung mendarat panas ke pipi Hunter sampai wajah pria itu terpalingkan. Hunter tersenyum sinis seraya mengusap pipinya yang merah. “Bagaimana bisa kau tega mengirim ancaman seperti itu padaku?!” “Kau yang—” “Kenapa? Karena kau melihatku bersama Gavriel? Kau tak tahu apa pun rencanaku padanya!” Senyum sinis Hunter lenyap perlahan. “Apa maksudmu?” “Kau pi
Happy Reading-----“Vierra!”Liora cepat-cepat berlari ke baby bassinet di tengah ruangan yang lembap. Vierra yang tengah terisak itu pun segera masuk dalam gendongan Liora. Dan tepat setelahnya, tangis bayi itu semakin pecah kala akhirnya bertemu sang ibu.“Mommy.” Vierra mendekap leher Liora erat-erat. “Pie tak suka di sini,” isaknya dengan bahasa cadel yang hanya mampu Liora mengerti.“Ssssttt, it’s ok. Mommy sudah di sini sekarang, Sayang. Mommy di sini.” Liora mencium kepala sang anak dan menimangnya dalam gendongan.Di depan pintu memang terdapat made guy Gennaro yang berjaga ketat, begitu juga di dalam ruangan, tetapi itu jelas tak akan bisa membuat Vierra nyaman di ruangan lembap tak terurus bersama orang-orang tak dikenal seperti ini. Meskipun baby bassinet ini begitu bagus dengan dipenuhi boneka.
Happy Reading-----Gavriel berlutut, menutup mata made guy itu sembari batinnya berdoa sejenak, tetapi ketika ia akan mengambil bulletproof vest yang pria itu kenakan, sebuah tembakan menyasarnya.“Shit!”Satu tangan Gavriel refleks memundurkan Liora untuk berlindung di balik dinding. Ia mengintip sejenak, lalu melayangkan tembakan beberapa kali pada tiga made guy Gennaro yang sedang sembunyi di beberapa pilar. Tiga musuh itu pun jatuh tak bernyawa.“Gav, kau butuh memakai bulletproof vest,” seru Liora kala Gavriel hendak keluar dari dinding persembunyian mereka.“Nanti aku akan mendapatkannya, sekarang tidak memungkinkan. Ayo!” Gavriel menggandeng LioraMade guy Prospero yang tersisa di lantai tiga pun langsung kembali membentuk benteng perlindungan untuk don dan donna mereka.Dengan memeluk Vierra erat-e