Happy Reading-----
Langit sore mengiringi Liora yang berjalan cepat memasuki mansion megah persembunyian Gennaro yang sepi. Jika ia tak melihat video drone dari Marco, ia akan merasa bahwa ini benar-benar mansion tempat tinggal biasa.
“Sayang, kau datang.”
Hunter menyambut dengan kedua tangan terbuka dan senyum lembut yang selama ini hampir tak pernah luntur di wajahnya. Seolah-olah pria itu tak pernah mengirim secarik pesan ancaman tadi pagi. “Kau datang lebih cepat dari yang aku duga.”
PLAAK!
Telapak Liora langsung mendarat panas ke pipi Hunter sampai wajah pria itu terpalingkan. Hunter tersenyum sinis seraya mengusap pipinya yang merah.
“Bagaimana bisa kau tega mengirim ancaman seperti itu padaku?!”
“Kau yang—”
“Kenapa? Karena kau melihatku bersama Gavriel? Kau tak tahu apa pun rencanaku padanya!”
Senyum sinis Hunter lenyap perlahan. “Apa maksudmu?”
“Kau pi
Happy Reading-----“Vierra!”Liora cepat-cepat berlari ke baby bassinet di tengah ruangan yang lembap. Vierra yang tengah terisak itu pun segera masuk dalam gendongan Liora. Dan tepat setelahnya, tangis bayi itu semakin pecah kala akhirnya bertemu sang ibu.“Mommy.” Vierra mendekap leher Liora erat-erat. “Pie tak suka di sini,” isaknya dengan bahasa cadel yang hanya mampu Liora mengerti.“Ssssttt, it’s ok. Mommy sudah di sini sekarang, Sayang. Mommy di sini.” Liora mencium kepala sang anak dan menimangnya dalam gendongan.Di depan pintu memang terdapat made guy Gennaro yang berjaga ketat, begitu juga di dalam ruangan, tetapi itu jelas tak akan bisa membuat Vierra nyaman di ruangan lembap tak terurus bersama orang-orang tak dikenal seperti ini. Meskipun baby bassinet ini begitu bagus dengan dipenuhi boneka.
Happy Reading-----Gavriel berlutut, menutup mata made guy itu sembari batinnya berdoa sejenak, tetapi ketika ia akan mengambil bulletproof vest yang pria itu kenakan, sebuah tembakan menyasarnya.“Shit!”Satu tangan Gavriel refleks memundurkan Liora untuk berlindung di balik dinding. Ia mengintip sejenak, lalu melayangkan tembakan beberapa kali pada tiga made guy Gennaro yang sedang sembunyi di beberapa pilar. Tiga musuh itu pun jatuh tak bernyawa.“Gav, kau butuh memakai bulletproof vest,” seru Liora kala Gavriel hendak keluar dari dinding persembunyian mereka.“Nanti aku akan mendapatkannya, sekarang tidak memungkinkan. Ayo!” Gavriel menggandeng LioraMade guy Prospero yang tersisa di lantai tiga pun langsung kembali membentuk benteng perlindungan untuk don dan donna mereka.Dengan memeluk Vierra erat-e
Happy Reading-----Rahang Pierro mengeras menatap murka pada Hunter yang nyaris membunuh calon kakak iparnya, satu-satunya wanita yang telah menjaga Vierra selama ini. Ia yang tak sengaja membunuh Rose saja tak pernah ingin menyakiti Liora karena tahu apa yang telah Liora lakukan, tetapi Hunter yang saudara sepupu Rose sekaligus mencintai Liora mengapa tega melakukan itu?Tidakkah Hunter harusnya berutang banyak pada Liora?Mata Pierro bergeser pada Liora. “Go!” serunya.Liora membuka mulut, ingin menolak, tetapi suaranya sama sekali tak keluar. Tenggorokannya terasa begitu sakit, seperti tertusuk oleh beribu jarum. Dengan memegang lehernya yang susah digerakkan, Liora menggerakkan badannya menghadap pada Gavriel.Gavriel mengangguk mantap di tengah usaha pria itu menghajar made guy Gennaro dan isakan samar Vierra di lantai bawah membuat Liora akhirnya tak ada pilihan. Wanita itu pun mengambil pi
Happy Reading-----Pierro berlari hendak mengejar sang kakak, tetapi Hunter menarik tangannya dan menabrakkan Pierro ke dinding. Pierro sontak tak segan-segan lagi melayangkan pukulan dari bawah yang menghantam dagu pengacara ternama itu.Ia hendak berlari untuk kembali melihat kondisi kakaknya. Isi kepalanya seolah pecah, membayangkan sang kakak saat ini jatuh dan mungkin tak selamat. Namun, Hunter lagi-lagi menahannya. Keduanya pun saling baku hantam.Sedang Gavriel sendiri berhasil menahan tangan di sisa patahan railing, tetapi ia tahu sisa patahan itu tak akan bisa lama menahan tubuhnya.Gavriel menggeram, mencoba mencari pijakan untuk tangannya.Ia mau tak mau menahan satu tangannya yang lain pada lekukan semen berbentuk tali air yang hanya sedalam dua sentimeter di bawah railing. Ia menunduk ke bawah, melihat di lantai dasar begitu banyak patahan kayu dan besi yang siap menusuk tubuhnya jika ia benar-be
Happy Reading-----“Gavriel! Gavriel!” panggil Liora panik tanpa mampu mengeluarkan suara.Ia menepuk-nepuk kedua pipi pria itu yang kembali mengerjap sayu.“Aku baik-baik saja,” jawab Gavriel lirih nyaris tak terdengar dengan tersenyum kecil di tengah wajahnya yang pucat.Ia membelai pipi Liora. Berusaha sekuat mungkin untuk tetap tak memperlihatkan kesakitan yang menikam saraf-saraf punggungnya.Namun, semakin Gavriel berpura-pura baik-baik saja, semakin air mata Liora menitik karena mendapati pria itu masih memikirkan perasaannya di saat menahan sakit seperti ini.“Miss Quinton, Anda baik-baik saja?” Pasukan dari Dexter memberdirikan Liora usai sisa para made guy Gennaro berhasil ditumbangkan oleh Prospero dan juga pasukan Dexter.Wanita itu langsung menunjuk pada Gavriel agar segera diberi penanganan.Made guy Prospero pun segera membopong
Happy Reading-----Liora menahan diri sekuat mungkin untuk tak menembak kepala co-pilot itu saat ini juga. Sehingga Liora hanya mengangguk, sementara isi kepalanya mulai memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan diri bersama Vierra saat mendarat nanti. Diam-diam ia merutuk karena selalu melewatkan kesempatan untuk belajar menerbangkan helikopter.Beberapa saat kemudian mereka tiba di Eau Claire. Setidaknya itu yang Liora dengar dari pembicaraan co-pilot dengan menara pengawas. Helikopter mendarat di sebuah helipad di antara bangunan megah kuno dengan taman super luas di sepanjang mata memandang.Pikiran Liora semakin tak menentu. Ini jelas-jelas bukan rumah sakit keluarga Arvezio. Ia kemudian turun dengan tangannya yang terus bersiaga untuk segera mengambil revolver di tas jika terjadi sesuatu.“Sebelah sini, Donna Liora,” kata co-pilot tersebut bersama beberapa orang berseragam hitam yang mengirin
Happy Reading----- “Kau membuat pertanyaan yang jelas tak ingin untuk aku tolak,” erang Liora kesal bercampur suka cita. Gavriel terkekeh begitu juga dengan yang lain mendengar hal itu. “Ya Tuhan, kau benar-benar sudah sadar dari koma.” Mata Liora kembali berkaca-kaca seraya mengusap sisi wajah Gavriel, seolah ini semua hanya ilusinya karena terlalu takut kehilangan Gavriel. Pria itu tersenyum lembut, merasa kembali jatuh cinta berkali-kali mendapati dirinya sangat begitu berarti untuk Liora. Tak ada hal paling membahagiakan bagi seorang manusia biasa sepertinya di saat hidupnya berarti untuk orang lain, terlebih itu wanita yang paling ia cintai. “Kita bisa memulainya kapan pun kalian siap,” bisik seorang pria paruh baya yang menjadi officiant yang baru Liora sadari ada di tengah-tengah mereka sedari tadi. “Oh maaf.” Liora mendadak salah tingkah ditegur seperti ini. “Aku terlalu larut. Tentu, tentu kita bi
Happy Reading----- Liora tersenyum menatap buku kolase album Vierra yang rupanya telah Hunter buat selama ini. Beberapa merupakan foto yang pria itu ambil diam-diam dan beberapa di antaranya adalah foto yang Liora bagikan untuk pria itu. Andai Hunter tak ambisius dengan dendam yang membuatnya berubah mengerikan, mungkin saat ini Hunter masih bisa menimang Vierra. Dari album ini Liora tahu ketulusan Hunter mencintai ponakannya. Liora kemudian menutup album itu dan menyimpannya di kotak kardus. Ada beberapa benda yang telah mengisi kotak kardus itu. Ia sengaja memilahnya untuk ia simpan dan menunjukkan pada Vierra saat sang anak sudah dewasa nanti. Beberapa di antaranya penghargaan dan piagam yang pasti akan membuat Vierra bangga memiliki paman pengacara hebat seperti Hunter. Sama seperti benda-benda dari Alex dan Rose yang ia simpan untuk Vierra. Vierra cukup tahu segala hal yang baik itu. Sebuah aib tak perlu disebar dan diturunka