Home / Romansa / My Tsundere Tara / Tara, dan seni bertahahan hidup

Share

Tara, dan seni bertahahan hidup

Author: Sia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Gadis dengan rambut ikal mayang itu mengerjap pelan. Krisna membuka matanya, dan menyadari jika dia tengah terbaring di atas kasur sebuah kamar hotel yang remang. Lampunya tidak menyala, tapi jendela yang gordennya terbuka lebar, menampakkan pemandangan malam khas Ibu Kota itu berhasil memberinya sedikit penerangan. Krisna terkejut saat menyadari bahwa tubuhnya kini hanya terbalut sebuah kemeja over size putih yang mampu menutupi separuh pahanya saja.

Krisna memegangi kepalanya, berusaha mengingat apa yang terjadi. Potongan-potongan ingatan berputar di otaknya seperti lubang hitam, membuat  Krisna pening. Dia sungguh berharap kalau yang terjadi hari ini hanya sebuah mimpi buruk.

Saat banyak pikiran sibuk menjejali otak Krisna, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi di buka. Sontak mata gadis itu tertuju ke arah sosok yang baru saja keluar dari dalam sana, yang tubuhnya hanya di tutupi oleh selembar handuk, sedang mata Krisna bisa melihat dengan jelas tubuh atletisnya yang membentuk delapan kotak milik pria itu.

Krisna tersentak. Dia lantas menutupi paha dan bagian dadanya dengan tangan.

"Siapa kamu? Jangan macam-macam, ya, sama saya! cepat kembalikan baju saya atau saya akan teriak!"

Teriakan panik itu muncul bertubi seolah dia sudah siap melayangkannya saat hendak pingsang di hadapan pria asing itu 30 menit yang lalu.

Orang itu tidak menjawab. Ia hanya terkekeh, sambil berjalan ke arah sofa, mengambil sebuah kemeja dan celana dasar yang terletak begitu saja di sana, lalu melangkah menuju kamar mandi lagi. Tapi sebelum tubuhnya menghilang di balik pintu, pemuda itu sempat berhenti lalu berkata,

"Bukankah seharusnya kata yang keluar dari mulut kamu adalah terimakasih? jangan lupa, saya sudah menolong kamu," ucapnya dengan sebuah senyum miring yang mampu membuat Krisna bergidik.

Krisna menyapu tengkuknya dengan jari kanan, sedang tangan kirinya masih menutupi bagian tubuh yang lain. Dengan cepat, Krisna bangkit dan diam-diam berjalan menuju pintu. Pokoknya apapun yang terjadi dia harus keluar dari sana saat itu juga. Persetan dengan manusia aneh dan menyeramkan yang telah menyelamatkan dari mimpi buruknya hari ini, karena itu sama sekali tidak menjamin kalau orang itu tak akan memberikan Krisna mimpi buruk lainnya.

Bagaimana kalau dia seorang psikopat?

Krisna menyambar tas tangan silver yang tergeletak di atas nakas, dan kembali melangkah pelan sambil memunguti sepatunya yang tercecer di lantai. Kini gadis itu berjinjit kecil ke arah pintu. Sebelum jemari lentiknya sempat menyentuh kenop, kembali terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, membuat tubuhnya mematung seketika dengan jantung yang seakan ingin turun ke ususnya.

Pria itu melangkah tegas menuju Krisna yang sedang membeku di ambang pintu, menarik lengan Krisna yang menggantung, hingga tubuh mungil gadis itu terhuyung dan membuat wajahnya menabrak dada bidang yang kini sudah ditutup oleh selembar kemeja berwarna biru muda itu.

Krisna yang terkejut seketika berteriak histeris, lalu dengan cepat mulutnya di bekap oleh tangan kekar pria tersebut.

Seluruh tubuh Krisna yang kini terhimpit ke dinding itu bergetar. Matanya terbelak saat perlahan-lahan wajah pria itu mendekat ke arahnya, membuat mata Krisna kini mampu melihat orang itu dengan jelas.

Alisnya tebal menaungi sorot kelam tajam yang langsung menusuk retina Krisna. Kulitnya yang bersih, dengan wajah mulus yang tidak tampak di tumbuhi sehelai bulu pun. Rahang yang terpahat kokoh membuat wajah pria itu nyaris sempurna, dan jangan lupakan wangi citrun yang menyeruak lewat kulilinya berhasipenggelirik indra menciuman Krisna.

Wajahnya terus saja mendekat, kemudian berhenti di samping telinga Krisna, membuat napas gadis itu tercekat di tenggorokan untuk beberapa saat sebelum akhirnya pria itu berucap,

"Kalau kamu suka sekali mempermalukan dirimu sendiri, sialahkan keluar dengan keadaan seperti itu."

Pria itu melepaskan lengan kirinya dari mulut Krisna, kemudian berbalik dan melangkah ke arah sebuah sofa yang menghadap langsung ke luar jendela, meninggalkan Krisna yang kini berusaha menahan lututnya yang lemas agar tidak luruh ke lantai. Krisna mengerjapkan matanya beberapa kali sembari memegang dadanya dengan kuat, memastikan kalau jantungnya masih melekat di sana.

Tiba-tiba suara bel berbunyi. Pria itu berdiri dari duduknya, bejalan ke arah pintu dengan arogan, metewati Krisna yang masih bergeming sambil memegangi bagian atas bajunya dengan tangan bergetar.

Ia tampak bebicara sebentar dengan seseorang di balik pintu tanpa mempersilahkan tamunya masuk, menerima sebuah paper bag putih bercetakkan sebuah brand terkenal, lantas menutup pintu itu kembali.

Pemuda itu menatap Krisna sambil menggelengkan kepalanya singkat. Ia melangkah yakin ke arah gadis itu, menipiskan jarak di antara mereka sehingga membuat Krisna yang sedang menunduk dan hanya bisa melihat langkah orang itu yang semakin mendekat. Jantung Krisna kembali memompa darah ke seluruh tubuh dengan cepat.

"Ini, pakai! Tubuh kamu gak cukup bagus untuk dipertontonkan ke semua orang," ketus pria itu sambil menyodorkan paper bag di tangannya.

Kirisna sungguh ingin mengutuknya. Tapi ia benar. Tubuh Krisna memang tidak cukup bagus untuk bisa Krisna pertontonkan. Setidaknya, jika ingin melarikan diri, dia butuh berpakaian dengan layak. Krisna segera mengambil benda itu, dan dengan cepat berlari menuju kamar mandi. Tanpa sadar tangannya membanting pintu dengan kuat hingga terdengar suara benturan yang amat keras.

BRAK!

Krisna memejamkan mata sambil menggigit bibirnya.

"Bodoh!"

****

Krisna yang sudah menggunakan mini dress berwarna pastel yang menggantung manis sampai lututnya itu membuka pintu kamar mandi perlahan. Dia sedikit mengintip keluar dan mendapati lampu ruangan telah menyala, membuat dia bisa melihat dengan jelas sebuah kamar dengan cat abu-abu muda itu. Terdapat sebuah kasur dan lukisan ala abad ke-80 di sana. Di sebelahnya, nakas kecil berwarna cokelat dan lampu tidur senada, serta sebuah lemari hias dan sebuah lemari besar tampak memenuhi ruangan.

Mata Krisna menjelajahi setiap inci ruangan, sampai iris coklatnya menangkap punggung bidang pria itu. Krisna melangkahkan kakinya ragu. Setidaknya dia tahu bahwa orang itu sama sekali tidak bermaksud jahat dengannya. Pria yang sadar akan keberadaan Krisna itu kini menoleh, kemudian mempersilahkan Krisna duduk di kursi di hadapannya.

Krisna duduk di sana ragu. Dia tampak menautkan jari-jarinya gugup. Krisna memikirkan kalimat-kalimat apa yang harus dia ucapkan di situasi seperti ini. haruskah Krisna berterima kasih pada pria itu karena sudah menolongnya? baru saja akan membuka mulut, pria itu lebih dulu buka suara.

"Bagaimana perasaanmu?" tanyanya sambil menatap Krisna.

Krisna mendongak, matanya bertatapan langsung dengan iris cowok itu, "A-aku merasa lebih baik," jawabnya tergagap. Tatapan orang di hadapannya benar-benar mampu membuat Ksisna merasa terintimidasi.

Ia mengangguk-anggukkan kepalanya tipis "syukurlah kalau begitu." Pria itu menyodorkan lengannya, "Oh, ya, Saya Tara Bamasya Febranta, tapi kamu bisa panggil Saya Bam saja."

Nama yang terdengar tak asing ... tapi Krisna lupa pernah mendengarnya di mana.

"Kenapa Bam?" Perkataan yang justru Krisna lontarkan, membuat pria itu mengerutkan dahinya.

"Apanya yang kenapa?" tanya Bam.

"Ya, kenapa harus panggil Bam? bukannya Tara lebih baik?"

Mendengar jawaban Krisna, Bam dengan tampangnya yang datar membuat sebelah alisnya terangkat. "Saya lebih suka dipanggil Bam. Soalnya Tara itu seperti nama perempuan," jelasnya singkat.

Krisna menganggukkan kepalanya kemudian berujar, "padahal nggak selalu nama perempuan. Artinya juga bagus. Bintang," terang Krisna sambil tersenyum manis, seolah melupakan kejadian yang beberapa saat lalu sempat dia alami.

"Benarkah?" tanya Bam.

Krisna menggangguk.

"Saya lebih nyaman dipangiil Bam saja."

"Oke baiklah, Tara.." jawab Krisna membuat dahi Bam lagi-lagi berkerut.

"Bam!" ulang pemuda itu.

"Tara..." ujar Krisna sambil tercengir menampakkan gigi ginsulnya.

Bam yang melihat gadis itu hanya menghela napasnya panjang kemudian berujar, "Ya, sudah... terserah kamu saja."

"Krisna. Krisna Syifa," ujar Krisna sambil menerima uluran tangan Bam yang masih mengantung di udara yang sudah agak tetasa pegal.

"Soal yang tadi. Saya pikir kamu akan malu kalau saya melihat kamu dalam keadaan seperti itu. Makanya lampunya saya matikan," jelas Bam. Krisna jadi merasa bersalah karena sudah berpikir yang tidak-tidak soal pria itu.

"Oh, enggak! Saya yang harusnya meminta maaf, dan ... terimakasih untuk yang tadi."

"Tidak masalah," ucap Bam, "Sekarang kamu mau pulang? mau saya antar?" Bam bersiap untuk berdiri sambil menggapai kunci mobilnya yang terletak di meja, tapi Krisna dengan cepat menghentikannya.

"Enggak, Enggak!" Gadis itu menggoyangkan kedua tangannya di udara. "Saya rasa, saya sudah cukup banyak merepotkan kamu. Saya akan pulang sendiri saja."

"Baiklah kalau begitu." Bam menganggukkan kecil kepalanya, "saya antar sampai bawah."

***

"Terimakasih Tara ..." ujar Krisna sambil melemparkan sebuah senyuman ke arah pria di luar kaca mobil.

Bam menganggukkan kepalanya dengan bibir yang sedikit tersenyum. Sebuah senyuman yang sangat tipis dan terlihat canggung.

Kemudian kaca mobil tertutup seiring dengan membawa lajunya membelah jalanan kota yang masih tampak ramai, padahal sudah hampir tengah malam. Krisna melempar pandangannya ke luar jendela dengan tatapan kosong.

Malu, sakit, marah atau ... entahlah. Dia sendiri bahkan tak tahu kata apa yang tepat untuk menggambarkan perasaannya kini. Yang Krisna tahu, dia hanya berharap  hari ini cepat berlalu, dan esok semuanya akan hilang seolah tidak pernah terjadi apa pun.

Krisna baru saja tiba di sebuah rumah minimalis dengan gaya klasik yang di depannya terdapat banyak tanaman-tanaman hias itu, kala ponselnya berdenting, menandakan sebuah pesan masuk.

[Beb, aku sudah bisa meninggalkan Bandung besok pagi. See at Jakarta tomorrow, sayang.]

From: Bayu

Krisna menatapi pesan yang tertera di sana cukup lama. Dia senang akan bertemu Kekasihnya itu lagi setelah satu minggu, tapi banyak hal yang terjadi hari ini benar-benar membuat pikiran Krisna kacau.

[Bay, aku kesal dan sedih sekali hari ini]

[Delete]

Krisna menghembuskan napas berat. Dia melemparkan ponselnya ke atas sofa. Krisna tidak boleh membebani Bayu dengan masalahnya. Lagi pula, kalau Bayu tahu masalahnya dengan Pak Gio hari ini, Krisna yakin sekali kalau kekasihnya itu akan langsung menyuruh Krisna untuk berhenti dari pekerjaannya. Sungguh, dia lebih menginginkannya dibanding siapa pun. Namun bagaimana pun, Krisna sangat membutuhkan pekerjaan itu sekarang.

Membayangkan akan jadi setidak ramah apa suasana kantor besok saja sudah berhasil bikin gadis itu merinding. Satu-satunya hal yang membuatnya siap menerjang badai agar tetap bisa sampai ke neraka itu, tentu saja Karena besok Krisna gajian.

Ayolah ... Krisna butuh bertahan hidup.

Related chapters

  • My Tsundere Tara   Kutukan di hidup Krisna

    Pagi-pagi sekali Krisna bangun dan bersiap untuk berangkat ke kantornya. Semalam ia ketiduran tanpa sempat mengisi daya ponselnya sama sekali. Krisna berangkat menggunakan Bus. Padahal sebelum Bayu ditugaskan ke Bandung, mereka selalu berangkat dan pulang bersama setiap hari.Tepat seperti dugaannya, hari ini lingkungan kantor terasa begitu memyeramkan. Semua orang-orang bebisik dan menatapi Krisna dengan tatapan aneh. Tentu saja, berita pasti menyebar dengan cepat. Krisna berusaha tetap tenang dan melangkahkan kakinya berani. Karena bagi Krisna, dia memang tidak bersalah. Dia benar-benar bukan pelakor, jadi tidak ada alasan untuk menundukkan kepala.Gadis itu baru saja duduk di mejanya kala seorang wanita menghampiri gadis itu. Dia Binta--sekertaris pak Gio, sekaligus satu-satunya orang yang berhasil jadi teman Krisna selama dia berada di kantor ini."Krisna... kamu sudah ditunggu Pak Gio di ruangannya," u

  • My Tsundere Tara   Mengakhiri penderitaan

    Sepanjang hari Krisna begitu sibuk sampai dia lupa kalau Bayu seharusnya sudah pulang sekarang. Krisna berkali kali mengirimkan pesan kepada Bayu, tapi tidak satupun dibalas. Dia juga berusaha menghubungi Gea--Kakak Bayu namun hasilnya sama.Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Krisna berjalan menuju rumah Bayu yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Krisna tak sabar ingin melepaskan semua rindu pada pria kesayangannya itu sambil memeluk Bayu erat. Dia ingin menangis di pelukan Bayu, dan mendengar Bayu meyakinkannya kalau semua hal akan baik-baik saja.Saat tiba di sana, Krisna memencet bel beberapa kali, tapi tidak seorang pun keluar membukakan pintu. Krisna mencoba menelpon Bayu namun lagi-lagi Bayu tidak menjawab panggilannya.Apa mungkin Bayu tidur?Krisna mengirimkan sebuah pesan pada pria itu.[Bay, di rumah nggak ada orang? Aku di bawah]Beberapa menit k

  • My Tsundere Tara   Sebuah Kesepakatan

    Sebuah tangan menarik tubuh Krisna, sesaat sebelum sebuah mobil besar menghantamnya, hingga membuat mereka terjatuh di sisi jalan."Kalau mau mati jangan di sini! nyusahin orang lain saja."Krisna mendapati wajah yang kini tidak asing lagi untuknya. Tiba-tiba saja, tangis gadis itu pecah. Timbul perasaan bersalah dibenak Bam. Apa kalimat yang dia ucapkan barusan menyakiti gadis itu? tapi Bam sungguh tak tahu bagaimana cara menghibur seseorang dengan kata-kata.Dapat Bam lihat wajah gadis di hadapannya tertutupi rambutnya yang basah berantakan. Matanya yang sesekali memejam itu mulai tampak sembab. Bibir mungilnya yang terisak, memucat. Bam kemudian mengambil tubuh Krisna dan mendekapnya kuat-kuat. Membiarkan gadis itu tenggelam dengan setiap sakitnya di dada Bam, dengan tangis yang bersaut-sautan dengan suara hujan yang semakin mendera.Mereka berdua sudah duduk di dalam mobil Bam. Mulut Krisna masih

  • My Tsundere Tara   Kontrak Perbudakkan

    "Kesepakatan seperti apa?""Saya akan membiarkan kamu tinggal di sini, dengan syarat, kau harus menuruti semua hal yang saya perintahkan."Sebentar ... jangan bilang, Bam akan menjual Krisna pada Om-Om hidung belang?Krisna dengan cepat menutupi tubuhnya dengan tangan, sambil menatap Bam tajam."Dan, saya juga akan melunasi hutang 2 miliyarmu pada rentenir itu," katanya lagi. Kali ini kalimat yang Bam ucapkan sontak membuat Krisna bingung."Bagaimana kamu tahu tentang hutangnya?" tanya Krisna kaget."Sudah saya bilang, Na. Saya tahu semua hal tentang kamu."Krisna cepat mengangkat garpu bekas makannya tadi di atas piringnya, lantas mengarahkan benda itu kepada Bam. "Tidak mungkin! kamu pasti penguntit!"Bam berdecak kecil. Tangannya yang besar, di arahkan pada garpu yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya, ke

  • My Tsundere Tara   Dunia Tara

    Gadis itu sedang duduk di cafetaria sambil memandangi selembar kertas yang ada di hadapannya. Krisna tak tahu, bertemu dengan Bam adalah sebuah kesialan atau keberuntungan hang harus dia syukuri adanya. Karena setelah pernah kehilangan banyak hal waktu itu, Bayu menjadi hal terakhir yang membuat Krisna bertahan hidup. Mimpi dan segala rencana prihal membangun keluarga kecil yang bahagia dengan pria itu, memberikan Krisna langkah dan tujuan baru. Namun sekarang apa? Krisna bahkan tak tahu kenapa dia harus mempertahankan hidupnya. Dasar Bam saja yang seenaknya menyelamatkan Krisna, lalu memperbudaknya sebagai imbalan? tcih! tidak adil. Saat gadis itu tengah asik bergelut dengan banyak pikiran di otaknya, tiba-tiba seorang pria menyeret kursi yang ada di sebelah Krisna, lantas duduk di sana. Membuat Krisna menoleh. "Eh, Pak?" "Duh, jangan panggil gitu dong," katanya sambil t

  • My Tsundere Tara   Halaman yang hilang

    "Krisna!""Na! bangun! sudah jam berapa ini!"Suara itu berbaur dengan ketukkan di pintu, samar-samar menyapa telinga Krisna yang masih berdiri di ambang kesadarannya. Krisna membuka matanya dengan paksa, dan menatap malas ke arah jam yang tergeletak di atas meja.Jam 05:35. Sial! Krisna kesiangan!Semalam gadis itu membaca ulang selembaran yang Bam berikan berkali-kali, agar tak ada lagi satu hal pun yang terlewat. Alhasil, dia tidur larut sekali dan lupa menyalakan jam alaram padahal jelas-jelas dijadwal tertulis jika Bam akan keluar untuk lari pada pukul 05:30 tepat. Sekarang Krisna bahkan baru membuka matanya.Krisna bergegas lari ke kamar mandi. Membasuh mukanya, mengikat rambut tinggi-tinggi, dan mengganti pakaiannya dengan setelan berwarna toska senada yang Bam belikan kemarin. Bam sudah berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di dinding sebelah pintu kamar Krisna dengan tang

  • My Tsundere Tara   Manusia menyebalkan

    Hari ini weekand, tapi Bam masih saja berjibaku dengan laptop yang ada di hadapannya. Terlihat sangat fokus. Di sini lain, Krisna tengah dengan lahap menikmati sepotong cake yang Bam bawakan semalam, sambil sesekali memfotonya, sebab paduan warna dan hiasan cake tersebut terlihat sangat lucu.Krisna berniat mengunggahnya di sosial media dengan caption penuh kebahagiaan, agar Bayu melihatnya dan tahu jika kehilangan orang yang sama sekali tidak mempercayainya, tak membuat Krisna sedih. Krisna ingin Bayu melihat jika dengan atau tanpanya, dia tetap bisa melanjutkan hidup-- tentu saja meski kenyataannya sangat berlawanan. Dia bahkan tak tahu apakah Bayu masih ingin peduli tentangnya atau tidak.Krisna meraup banyak oksigen hingga memenuhi rongga dadanya. Sesak. Tapi dia segera tersenyum saat melihat lagi foto sepotong cake yang terpampang di layar ponselnya."Terimakasih Taraaa!"

  • My Tsundere Tara   Perasaan Lain

    Bam yang sedang fokus dengan pekerjaannya, teralih pada sosok yang baru saja muncul di balik pintu.“Halo Bam!” sapa Kevin dengan heboh. Tentu saja bukan Kevin namanya kalau tidak seperti itu.“Hei, Vin. Ada apa kemari?”Kevin mengacak pinggang sambil memutar bola matanya. “C’mon Bam! Kamu tahu kenapa aku di sini.” Kevin kemudian menghempaskan bokongnya pada sebuah sofa panjang yang ada di sana, lalu berbaring dengan tangan yang dia lipat di belakang kepala.“Penting sekali untuk tahu?”Kevin berdecak kemudian berkata dengan nada kesal, “Astaga Bam. Gini-gini aku bos-mu, ya... bisa nggak sopan sedikit?”Bam kemudian menghentikan kegiatannya, dan melirik Kevin sebentar. “Maaf tidak dulu,” ucapnya.Sebenarnya, Bam sudah tahu alasan Kevin kemari malam ini. Pemuda berperawakan berisi itu memang rutin mendatangi rumahnya

Latest chapter

  • My Tsundere Tara   Asalan mendekati Krisna

    “Eh, Na ... gimana, sih rasanya tinggal seatap sama orang kayak Pak Bam?” Cewek itu membenarkan posisi kaca mata yang membingkai wajahnya.“Rasanya ...” Krisna menopang dagunya dengan tangan. Ia menimbang-nimbang kata apa yang cocok untuk menggambarkan kesan Krisna tinggal seatap dengan pemuda itu. “Menyebalkan banget, sih, rasanya.”Cia mengerutkan dahinya. “Masa, sih?”Krisna menyeruput jus stroberi di gelasnya yang tinggal setengah. “Apa lagi akhir-akhir ini. Makin usil dan menyebalkan aja itu orang,” tambahnya.Cia tertawa sambil membulatkan matanya. “Orang kayak pak Bam bisa usil? I’m soo suprise, loh, Dengernya! Kirain orangnya formal banget.”Krisna mengangguk. “Kadang, sih. Hari harian gitu, haha.”“Eh, Na ...” tiba-tiba Cia mendekatkan wajahnya ke arah Krisna, lantas menatap gadis itu dengan tampang serius. “Kamu memangnya ngg

  • My Tsundere Tara   Perasaan yang tak utuh

    "Bapak barusan senyum!" teriak Krisna histeris. Jari telunjuknya mengacung ke arah bam, yang langsung mengubah air mukanya.Pemuda itu kembali menampakkan wajah datar, dan berdiri dari duduknya. Bam kemudian melangkah ringan kerah gadis yang masih menetapnya dengan tampang menyebalkan, lalu mendorong tubuh Krisna ke arah pintu sambil terus memgacuhkan ledekan yang keluar dari mulut gadi itu.Krisna entah sejak kapan mengeluarkan ponsel dari saku, memegangnya tepat di depan wajah sambil berujar, "harusnya tadi di foto, nih. Kejadian langka!" ledekan itu berbaur dengan tawa renyah. "Senyum lagi coba..." tambahnya.Bam berdecak kesal, sembari terus mendorong tubuh mungil Krisna hingga kakinya berdiri di muka pintu. Krisna sempat menjulurkan lidahnya dan tertawa puas, lalu pemuda itu menutup pintu dengan kuat, hingga menciptakan bunyi dari kayu yang saling berbenturan.Bam kembali ke mejanya, lalu mengacak rambut frustrasi. Bam berusaha tetap terlihat cuek me

  • My Tsundere Tara   Hari Pertama di Kantor

    Hari ini merupakan hari pertama Krisna berkerja sebagai karyawan di Mahesa Mode. Dia memulai harinya dengan semangat, sebab berkerja di sebuah perusahaan mode merupakan mimpi yang sangat gadis itu idam-idamkan.Meski sebelumnya gadis itu tidak bekerja pada bidang ini, dia belajar dengan sangat cepat. Terlebih lagi memiliki senior yang mau mengajarinya dengan baik seperti Cia, Bimo, Bian dan Lisa yang menjabat sebagai kepala defisi sementara, sebab kepala tim sebelumnya kedapatan menjual sebuah rancangan baru ke perusahaan pesaing hingga membuat Mahesa mode sempat dalam masalah yang cukup serius.Untug saja mereka memiliki orang secekatan Bam, yang berhasil menyelesaikan semuanya tanpa masalah berarti. Mantan kepala defisi disain tersebut berakhir dengan dipecat, dan harus membayar denda untuk mengganti rugi uang prusahaan. Harusnya kepala defisi desain yang baru datang hari ini. Namun karrna suatu alasan, Lisa akan mengambil alih pekerjaannya hingga dia datang.

  • My Tsundere Tara   Makan Malam tim baru

    "Terserahlah ... tapi yang pasti, saya akan terus mengawasi.""Memangnya aku melakukan apa?" Grace mengibas rambut menggunakan jemari lentik, dengan bibir merah menyibik. "Ayolah adik manisku ... jangan perlakukan aku kaya penjahat, itu kejam banget!""Wah, nggak nyangka bisa lihat kak Grace lansung! cantik banget..." seru Cia. Mata sipitnya menatap Grace takjub, dan di balas anggukkan setuju oleh gadis di sebelahnya."Iya, nih. Sering-seringlah ngumpul sama kita, Kak." Kini pemuda jangkung itu menimpali. Dia Bimo.Grace terkekeh. Bagi orang secemerlang dirinya, pujian dan tatapan takjub yang orang lain tampakkan saat melihat dirinya bukanlah hal asing. Justru Grace akan kaget kalau ada yang tidak terpesona dengan kecantikkamnya."Ah, kalian bisa aja," balasnya sambil menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya ke belakang telinga, lalu berkata, "aku bakal seneng banget kalau bis

  • My Tsundere Tara   Rahasia Grace

    Toko ini merupakan tempat yang Krisna dan Bayu sering kunjungi. Tapi dia sama sekali tidak menyangka jika dia akan bertemu dengan Bayu di sini hari ini. Pria itu berdiri mematung di hadapannya, dengan tatapan yang sulit Krisna artikan.Untuk beberapa saat, pandangan mereka terkunci pada satu titik. Krisna mengepalkan genggamannya kuat, tak yakin reaksi apa yang tepat untuk dia tampakkan sekarang ini; menyapa Bayu dengan senyuman seperti orang bodoh yang tak pernah dilukai perasaannya, atau ia harus memalingkan wajah seperti orang tak pernah saling memilili rasa. Rasanya Krisna hanya ingin lenyap dari pandangan Bayu, meski dia tidak bisa membohongi bahwa dia merindukan pria itu.Tiba-tiba seorang wanita menghampiri sambil mengamit lengan Bayu mesra, menyadarkan pemuda itu dari lamunannya yang entah sedang berada di mana. Bayu tersenyum padanya, lantas mereka pergi dengan Krisna yang masih menatap dua mausia itu berlalu, menyisakan satu lubang besar di dadanya.Bu

  • My Tsundere Tara   Gadis Baperan

    Krisna yang baru sadar kalau sekarang Bam sedang menatapinya dengan tatapan yang seakan bisa membunuh itu justru tersenyum, sambil melambai-lambaikan tangan antusias ke arah Bam.Mau tak mau, Bam menghampirinya dengan malas, "ada apa lagi, sih, Na?""Lihat ini!" Krisna menunjuk poster bertuliskan 'lomba design mode' di hadapannya. "Kalau aku menang, apa artinya bisa kerja di sini?" tanyanya."Kalau bisa, memangnya saya akan mengizinkannya?" tutur Bam singkat lantas kembali membalik tubuhnya.Krisna menyusul sambil sedikit berlari, "boleh, ya, Tara..." kini gadis itu memasang pupil eyes, sambil begelayut manja di lengan Bam, persis seperti kucing yang minta di beri makan.Langkah Bam terhenti. Pandanganya terarah pada lengan Krisna yang melingkar di tangannya, "siapa bilang kamu boleh pegang-pegang, saya."Krisna yang mengikuti arah pandangan Bam, sontak menjauhkan dirinya. Dia menggigit bibir bawahnya sekilas, lalu tersenyum canggung.

  • My Tsundere Tara   Perasaan lain

    Krisna tak bisa melanjutkan tidurnya dengan tenang. Tentu saja. Seranjang dengan pria seperti Bam bukan sesuatu yang bisa Krisna anggap biasa. Berbeda sekali dengan Bam yang justru masih terlelap seakan tak pernah di hampiri oleh mimi buruk jenis apapun.Krisna mulai turun dari kasur dengan perlahan, agar tak membangunkan Bam. Setelah kejadian dramatis kemarin, tubuh Krisna berhasil pulih dengan cepat. Pagi ini Krisna berencana membuatkan Bam sarapan dengan layak, sembari mencari resep masakan yang mungkin akan Bam sukai.Dia memilah bahan makanan yang tersedia di kulkas, dan bersiap mengolahnya jadi sebuah hidangan lezat yang Krisna belum tahu akan jadi seperti apa. Krisna mengambil daging, saos tomat, paprika, serta saos tiram dan beberapa buah bawang bombay. Tangannya mulai mengolah semua bahan yang rencananya akan Krisna jadikan pendamping hidangan untuk roti bakar, sebab Bam tak suka mengisi perutnya dengan nasi sepagi ini.

  • My Tsundere Tara   Mimpi Buruk

    "Jangan lebay, deh. Na. Kolam renangnya tidak sedalam itu," ucap Bam dengan tangan yang di lipat di dada. Bam masih menatap Krisna yang sama sekali tak bergerak. Entah sudah beberapa menit, namun Krisna tidak juga naik ke permukaan. Kalau Krisna sedang bercanda, ini sama sekali tidak lucu! Bam segera melepas arloji, jas, dan sepatu kulitnya. Setelah sedikit melonggarkan dasi, Bam menceburkan tubuhnya ke dalam kolam renang, dan meraih tubuh Krisna yang sudah tampak lemas dengan susah payah. Bam mengendongnya, dan merebahkannya di sisi kolam renang. "Na! bangun, Na!" Tangan kekar Bam menepuk pelan pipi gadis yang sudah tak sadarkan diri itu. Seketika perasaan Bam jadi tak karuan. Ia menempelkan telinganya pada dada gadis itu, untuk memastikan jika jantung Krisna masih berdetak. Bam kemudian menekan-nekan dada Krisna beberapa saat. Tapi pertolongan pertamanya sama sekali tak membuahkan hasil. Krisna belum

  • My Tsundere Tara   Jika dia tidak ada

    Setelah Bu Anna meninggalkan rumah, Krisna jadi begitu bosan. Sudah lama sekali dia tak bertemu dan mengobro dengan orang lain selain Bam. Membicarakan banyak hal dengan Bu Anna membuat Krinsa sangat senang. Seperti mendapatkan kembali hidupnya.Krisna baru saja ingin memejamkan matanya, namun suara bel kembali terdengar. Krisna membuka pintu dan mendapati seorang gadis cantik yang mulai terlihat familier, dengan rambut panjang yang sekarang sudah berwarna blonde itu."Halo Krinsa! masih ingat aku?" sapa Grace dengan senyuman ramah, sambil melepas kaca mata hitam yang membingkai wajahnya."Halo Grace. Tentu aku masih ingat," balasnya dengan senyum yang masih agak canggung."Boleh aku masuk?""Oh, tentu saja." Krisna bergeser dari tempatnya berdiri, kemudian mempersilahkan Grace masuk.Grace berjalan mendahui ke arah ruang keluarga, sedang Krisna mengekor den

DMCA.com Protection Status