"Mikirin apa, Kak?" tanya Ayni, salah satu asisten apoteker yang sedang menyiapkan obat di dekat Felicia. Ia melihat sedari tadi atasannya itu banyak melamun meski tangannya tetap cekatan membuat salinan resep untuk para pasien.
"Eh?" Felicia tersadar dari lamunannya kemudian ia menggeleng. "Aku gak apa-apa kok."
Sekitar jam setengah delapan malam, Felicia dan Glen baru sampai di sebuah restoran yang berada di tepi danau sentul. Mereka pun memilih tempat duduk di lantai dua yang membuat mereka bisa melihat pemandangan danau sentul yang indah pada malam hari.Felicia hanya memesan sepiring nasi goreng seafood dan mix jus, sementara Glen memesan chicken mozarella crispy dan minuman bersoda. Mereka saling diam saat menunggu makanan datang. Ketika makanan mereka sudah datang, mereka hanya makan tanpa berbicara satu sama lain.
Malam itu, untuk pertama kalinya Felicia dan Glen mencoba tidur bersama dengan saling memeluk satu sama lain. Sebagai langkah awal mereka untuk mulai saling mendekatkan diri. Meski masih tak senyaman dan sehangat pelukan Jayden, tapi Felicia mampu tertidur nyenyak malam ini. Bahkan untuk pertama kalinya ia bermimpi Jayden menghampirinya dengan senyum yang begitu tulus dan memperlihatkan kelegaan pria itu. Meski sangat singkat, tapi senyuman Jayden mampu menghapus seluruh kerinduan yang selama ini Felicia pendam.
Setelah kejadian tak terduga itu, Glen pun memutuskan untuk mengajak Felicia pulang. Untungnya Felicia tidak terluka sementara dirinya hanya lecet di bagian siku karena menahan tubuh istrinya serta dirinya yang hanya mengenakan kaos lengan pendek saat itu."Makasih ya tadi udah nolongin," ucap Felicia yang masih tidak enak dengan kejadian yang baru dialaminya.
"Maaf," bisik Glen lagi ketika Felicia mengulurkan pelukan mereka dan hanya terisak di depannya.Felicia mengusap air matanya dan mengangkat wajahnya."Apa dia sudah melakukan sesuatu padamu?" tanya Glen dengan rahang mengeras karena menahan emosi. Jika saja Jery tak menahannya, mungkin ia akan
"Jery tidak mengatakan yang macam-macam kan?" tanya Glen ketika dalam perjalanan pulang bersama Felicia.Felicia menggeleng pelan. "Dia hanya minta maaf dan bilang jika dia putus sama Johan.""Baguslah. Pria brengsek seperti itu tidak pantas dinikahi," ucap Glen dengan nada tajam.
Setelah menentukan tempat untuk bulan madunya, Glen pun langsung memesan tiket kereta api serta tempat penginapan mereka. Ia juga membuat jadwal yang cocok untuk bulan madunya nanti."Bagaimana kalo minggu depan? Jadwal pasienku agak senggang di minggu depan. Jadi bisa di reschedule atau dioper ke dokter lain," ucap Glen sembari memperhatikan jadwal di ponselnya.
Cinta terkadang butuh pengorbanan. Cinta juga butuh diperjuangkan. Namun ketika waktu tak lagi berpihak, maka cinta harus merelakan.Bukan cinta ingin menyerah, tapi terkadang takdir tak sejalan dengan hati.Meski cinta merelakan, tapi cinta akan tetap abadi di sisi yang lain.Karena cinta yang paling indah adalah ketika cinta mampu merelakan kekasihnya untuk yang lain karena cinta sadar jika dirinya tak mampu lagi berada di sisi orang yang dia sayangi.
Keesokan harinya, beberapa rekan dokter di rumah sakit tempat Glen dan Felicia bekerja tampak senyam senyum saat melihat Glen masuk ke ruangan tempat para dokter berkumpul saat pagi hari. Beberapa dokter yang seumuran Glen atau lebih tua hanya beberapa tahun darinya bahkan terang-terangan menarik kerah baju Glen dengan gaya bercanda."Nikah udah tiga bulan tapi tandanya baru kelihatan sekarang. Kemaren-kemaren ditandain dimana?" ledek Abbas, salah satu dokter spesialis bedah dengan wajah khas timur tengah itu.