"Maaf," bisik Glen lagi ketika Felicia mengulurkan pelukan mereka dan hanya terisak di depannya.
Felicia mengusap air matanya dan mengangkat wajahnya.
"Apa dia sudah melakukan sesuatu padamu?" tanya Glen dengan rahang mengeras karena menahan emosi. Jika saja Jery tak menahannya, mungkin ia akan
"Jery tidak mengatakan yang macam-macam kan?" tanya Glen ketika dalam perjalanan pulang bersama Felicia.Felicia menggeleng pelan. "Dia hanya minta maaf dan bilang jika dia putus sama Johan.""Baguslah. Pria brengsek seperti itu tidak pantas dinikahi," ucap Glen dengan nada tajam.
Setelah menentukan tempat untuk bulan madunya, Glen pun langsung memesan tiket kereta api serta tempat penginapan mereka. Ia juga membuat jadwal yang cocok untuk bulan madunya nanti."Bagaimana kalo minggu depan? Jadwal pasienku agak senggang di minggu depan. Jadi bisa di reschedule atau dioper ke dokter lain," ucap Glen sembari memperhatikan jadwal di ponselnya.
Cinta terkadang butuh pengorbanan. Cinta juga butuh diperjuangkan. Namun ketika waktu tak lagi berpihak, maka cinta harus merelakan.Bukan cinta ingin menyerah, tapi terkadang takdir tak sejalan dengan hati.Meski cinta merelakan, tapi cinta akan tetap abadi di sisi yang lain.Karena cinta yang paling indah adalah ketika cinta mampu merelakan kekasihnya untuk yang lain karena cinta sadar jika dirinya tak mampu lagi berada di sisi orang yang dia sayangi.
Keesokan harinya, beberapa rekan dokter di rumah sakit tempat Glen dan Felicia bekerja tampak senyam senyum saat melihat Glen masuk ke ruangan tempat para dokter berkumpul saat pagi hari. Beberapa dokter yang seumuran Glen atau lebih tua hanya beberapa tahun darinya bahkan terang-terangan menarik kerah baju Glen dengan gaya bercanda."Nikah udah tiga bulan tapi tandanya baru kelihatan sekarang. Kemaren-kemaren ditandain dimana?" ledek Abbas, salah satu dokter spesialis bedah dengan wajah khas timur tengah itu.
Keesokan harinya, Felicia sudah sibuk memastikan jika bawaannya tidak ada yang lupa. Sally pun sibuk menyiapkan bekal untuk perjalanan Felicia dan Glen nanti."Udah kayak anak TK yang mau jalan-jalan aja sampai dibuatkan bekal segala, Mah," cibir Gladys sembari mencicipi bitterballen buatan Sally.
Setelah lelah dengan perjalanan di hari pertama mereka, Felicia dan Glen memutuskan untuk makan siang di dalam cottage sekaligus beristirahat. Siang telah menjelang tapi cuaca di Dieng selalu terasa sejuk. Bahkan meski kelelahan sekalipun, Felicia sama sekali tidak berkeringat. Membuat wanita itu ingin bergelut di dalam selimut tebal dan rebahan."Wajahmu pucat," ucap Felicia yang khawatir saat melihat Glen yang berbaring di sampingnya tampak melenguh seperti menahan rasa sakit. Ia pun mengulurkan tangannya dan menyentuh
Bulan madu, meski terasa singkat tapi sangat membekas dalam benak Felicia. Wanita itu semakin terlihat ceria dan sering tersenyum. Membuat rekan-rekannya di apotek jadi ikut tertular kebahagiaannya."Yang abis bulan madu, bahagia bener. Cieeee," ledek Sani yang sedang menyiapkan obat-obat untuk pasien rawat jalan siang itu.
Saat operasi telah selesai dan Martha dibawa ke ruang perawatan selagi menunggu wanita itu sadarkan diri, Glen masih berdiri di samping brankar tempat wanita itu berbaring kini. Entah apa yang ia lakukan disini, seakan setia menunggu wanita itu terbangun. Padahal jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Ia seharusnya segera pulang karena Felicia sendirian di rumah. Bukan malah memandangi mantan kekasihnya begini.Farel, salah satu teman kampus Glen saat menempuh kuliah kedokteran dulu jelas memahami kegelisahan pria itu. Ia tahu