Share

4

Author: adwlstr28
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Usai bekerja di cafe, Felicia kembali ke rumahnya dengan menggunakan bus transjakarta yang kebetulan haltenya tak jauh dari lokasi cafe Matching Point. Cafe tempatnya bekerja setiap selesai jam kuliah. 

Felicia langsung masuk ke dalam bus yang membawanya menuju rumahnya. Lumayan jauh memang dari halte bus ke rumahnya, sekitar dua ratus meter. Tapi transportasi ini adalah yang termurah. Sehingga ia bisa irit ongkos.

Sekitar 30 menit kemudian, Felicia sampai di halte bus terdekat dengan rumahnya. Ia pun turun dari sana dan keluar setelah tap kartu di pintu otomatis. Langkah kaki jenjangnya dengan santai berjalan menyusuri jalan besar lalu masuk ke sebuah gang. Tak jauh dari jalan masuk gang, di sebelah kanan terdapat gerbang kecil yang didalamnya sebuah bangunan kecil berdiri disana. Dengan dikelilingi pagar tanaman lalu beberapa pohon di sekelilingnya, seperti mengasingkan rumah itu dari keramaian. Walaupun rumah tetangga mereka cukup dekat, hanya berjarak sepuluh meter. 

Felicia membuka pintu pagar dari besi yang sudah penuh karat itu perlahan karena akan timbul bunyi berdecit yang cukup mengganggu telinga. Apalagi di malam hari seperti ini. Ia pun kembali melangkahkan kaki melewati halaman rumahnya yang tampak terawat. Sebagian besar halaman rumahnya masih dari tanah merah yang subur. Hanya dibuat jalan setapak menggunakan batu- batuan yang menghubungkan dari pagar ke teras rumah. 

Meski hari sudah gelap, pintu rumahnya masih terbuka sedikit. Diselingi dengan suara mesin jahit yang terdengar begitu Felicia mendekat ke pintu. Ia pun membuka pintunya perlahan, menampakkan sosok wanita paruh baya yang kini duduk di kursi meja jahitnya dengan tangan terampil mendorong kain diatasnya.

"Udah pulang, Fel?" tanya wanita itu dengan tatapan tetap fokus pada pekerjaannya.

"Udah, Mah." Felicia menghampiri wanita itu dan menyalaminya dengan sopan.

"Makan dulu sana sebelum istirahat," ucap Emili- mamahnya Felicia. 

"Mamah tidurnya jangan malem- malem." Felicia berusaha mengingatkan mamahnya yang suka lupa waktu kalo bekerja, sama seperti dirinya. "Untuk biaya penelitian mamah gak usah khawatir. Felicia dapet proyek dosen kok. Paling biaya kecil aja." 

"Oh ya? Syukurlah. Tapi mamah udah biasa kerja sampe malam. Lagian udah ada janji sama pelanggan," ucap Emili lagi, sama keras kepalanya dengan Felicia.

"Yaudah Felicia ke kamar dulu." Gadis berambut coklat itu segera masuk ke kamarnya yang cukup luas dan sederhana. Hanya ada lemari kayu usang disana, ranjang kecil juga meja belajar yang dirangkap dengan susunan make upnya yang tidak banyak. 

Felicia membaringkan tubuhnya ke atas ranjang yang cukup empuk untuk melepas lelah setelah seharian belajar dan lanjut bekerja. Gadis itu menatap langit- langit kamarnya yang dihias lampu tumblr demi mempercantik kamar sederhana ini.

Setidaknya ia dan mamahnya tidak perlu memikirkan tempat untuk berteduh lagi, karena Ayahnya telah membangunkan rumah sederhana ini dengan penghasilannya. Felicia merasa beruntung memiliki Ayah yang sangat mencintai keluarganya, sampai- sampai Allah mencintai Ayahnya lebih dalam lagi.

Tidak banyak yang Felicia harapkan. Ia hanya ingin segera lulus dan bekerja sesuai bidangnya. Ia ingin menabung demi melanjutkan kuliahnya ke apoteker lagi. Ia ingin mengangkat derajat mamahnya sehingga tidak akan ada lagi orang yang menganggap remeh keluarganya, terlebih keluarga dari ayahnya yang hingga kini menyalahkan ia dan mamahnya yang membuat ayahnya harus bekerja keras sampai mengalami kecelakaan. Padahal siapa juga yang ingin kehilangan sosok ayah dan suami di hidupnya? Meski ditukar dengan harta sebesar apapun. Keluarga adalah yang utama. 

Perlahan Felicia menutup matanya, berusaha melepas segala penat dalam kepalanya. 

Hari ini tidak ada yang istimewa walau beberapa orang menguji emosinya. Gadis itu berusaha tegar meski harus membatasi diri dari orang- orang yang berusaha menjatuhkannya. Ia hanya perlu menutup telinga dari perkataan buruk orang lain tentangnya, kedua tangannya tak akan cukup untuk menutup mulut orang- orang itu.

Semakin lama tubuhnya semakin terlelap. Sekelilingnya yang hening semakin melarutkannya dalam mimpi. Mimpi yang akan ia wujudkan dengan segala kerja keras dan jerih payah yang ia lakukan. Bahkan malam ini mungkin ia akan terbangun lagi di sepertiga malamnya. Kerutinan yang ia lakukan semenjak Ayahnya pergi. Demi mendekatkan pada Tuhan yang telah memberinya kekuatan hingga kini. Ia juga terbiasa bangun jam tiga pagi untuk mematangkan pelajaran untuk hari itu juga ditambah mengerjakan proposal kewirausahaan dan mencari materi proposal skripsi.

Segala kesibukan yang Felicia miliki setidaknya akan membuat gadis itu tak sempat memikirkan perkataan buruk orang yang tak menyukainya. Karena ia sibuk mewujudkan mimpinya sendiri.

......

Jayden menatap keluar jendela kamarnya sambil menopang dagu. Didepannya laptop masih terbuka dan menyala, menampilkan deretan jurnal yang ia download untuk melengkapi materi proposal penelitiannya. Kepalanya mulai terasa pusing karena masih terjaga hingga dini hari begini. Tapi ia enggan untuk istirahat. 

Di kepalanya terbayang wajah manis Felicia dan segala kekeraskepalaan gadis itu, apalagi kegalakan yang terang- terangan dia tunjukan padanya. Membuat Jayden tersenyum sendiri. Gadis yang menarik perhatiannya sejak awal semester. Saat ia melihatnya di taman sedang asik membaca buku sendirian. Saat itu Felicia terlihat tersisihkan dari yang lain. Namun di semester berikutnya, ia tak melihat sosok gadis itu lagi. Dari berita yang ia dengar, Felicia mengambil cuti semester. Padahal mereka sempat satu kelas, walau seingatnya gadis itu lebih tua dua tahun darinya. 

Tidak tau kenapa dan tidak mau mencari tau lebih dalam, Jayden hanya menunggu hingga gadis itu kembali di semester berikutnya. Di semester ini. Saat menjelang semester akhirnya. Ternyata gadis itu juga mulai ambil skripsi. Dan dari berita yang ia dengar, Felicia pernah cuti dua kali. Membuat Jayden mengerti kenapa di angkatannya hanya dia yang masih ambil mata kuliah semester bawah. Tak ada yang salah kan?

Bukannya sama aja seperti dirinya yang sejak awal sudah mengambil mata kuliah semester atas terus ditambah saat semester antara ia juga mengambil mata kuliah demi menyelesaikan beban SKSnya. Hingga kini ia bisa mengambil seminar proposal di semester yang masih terbilang awal. Sama- sama berjuang demi lulus, bedanya Felicia dianggap bodoh tapi ia dianggap pintar. Mereka gak tau aja sepintar apa Felicia tapi hanya menganggap gadis itu buruk tanpa tau yang sebenarnya. 

Sampai Jayden tau penyebab Felicia cuti semester sampai dua kali. Saat ia berkunjung ke sebuah kafe di pusat kota dan melihat gadis itu sedang melayani pelanggan. Itulah saat Jayden yakin soal hatinya yang mulai memiliki perasaan lebih pada senior yang bahkan tak ia kenal dengan dekat. Tapi kerinduannya sedikit terobati pasca gadis itu mengambil cuti lagi. Membuat ia tau penyebabnya dan semakin mengerti soal kehidupan Felicia, tentu tanpa Felicia tau ada yang memperhatikannya sampai sedetail ini.

Jayden mendesah pelan kemudian tersenyum kecil, ia mengetuk- ngetuk pulpen ditangannya sambil membayangkan wajah Felicia yang jarang terlihat ramah padanya. Tapi kemudian pria itu teringat saat Felicia terlihat ramah sekali pada salah satu laboran di laboratorium kampus. Entah siapa pria itu dan apa hubungannya dengan Felicia, tapi Jayden iri.

"Kenapa malah senior kayak lo yang narik perhatian gue sih? Padahal banyak senior bahkan junior yang suka sama gue." Jayden menggeleng- gelengkan kepalanya karena pikirannya yang kepedean ini." Tapi lo tenang aja, gue gak akan ganggu lo meraih mimpi lo. Gue hanya akan memantau dari jauh dan memastikan semua baik- baik aja. Karena gue tau, cinta gak akan terpikirkan sama lo saat ini."

Related chapters

  • My ThesShit (Indonesian)   5

    "Lah? Jayden? Lo ngapain disini?" tanya Felicia dengan alis tertaut. Ia baru saja akan selesai shift kerja tapi tiba- tiba rekannya meminta tolong untuk melayani pelanggan yang baru datang karena dia sedang melayani pelanggan lain. Siang itu kafe memang cukup ramai. Apalagi di weekend seperti ini. "Mau ngajak lo makan siang. Sini sini," Jayden malah menepuk- nepuk kursi kosong disampingnya.Felicia memutar bola matanya dengan malas, "gue serius. Gue mau balik nih mau ke kampus." "Ngapain? Kan sabtu sekarang." Jayden mengingat- ingat hari apa sekarang. Iya sabtu. Ia tak salah ingat. Tapi memang sih sabtu pun kampus tetap ramai. Ada beberapa mata kuliah dan beberapa praktikum yang membludak jadwalnya jika di weekday." Ke perpus. Ngerjain tugas proposal sama nyari materi penelitian," balas Felicia ogah- ogahan. "Yaudah yuk bareng gue." "Trus lo gak jadi pesen apa- apa

  • My ThesShit (Indonesian)   6

    "Lah? Jayden? Lo ngapain di sini?" tanya Felicia dengan alis tertaut. Ia baru saja akan selesai shift kerja tapi tiba- tiba rekannya meminta tolong untuk melayani pelanggan yang baru datang karena dia sedang melayani pelanggan lain. Siang itu kafe memang cukup ramai. Apalagi di weekend seperti ini."Mau ngajak lo makan siang. Sini sini," Jayden malah menepuk- nepuk kursi kosong disampingnya.

  • My ThesShit (Indonesian)   7

    Felicia merenggangkan tangannya begitu selesai menyalin materi ke laptopnya dan beberapa yang belum ia rangkum, ia foto dengan ponselnya. Agar tidak perlu bolak- balik ke perpustakaan lagi. Apalagi kesempatannya ke perpustakaan dengan banyak waktu hanya di weekend. Gadis itu pun melirik pekerjaan Jayden yang sedang merangkum jurnal- jurnal yang telah pria itu prin."Udah selesai?" tanya Felicia sambil menutup laptopnya.

  • My ThesShit (Indonesian)   8

    Felicia baru akan masuk kelas manajemen Farmasi ketika melihat sosok Jayden yang tengah berkumpul dengan para mahasiswi dan beberapa mahasiswa di belakang asik mengobrolkan sesuatu yang tak ia mengerti. Pria itu memang sangat mudah bergaul dengan siapa saja. Tidak seperti dirinya yang lebih sering menarik diri dibanding mencoba berbaur. Felicia hanya lelah berpura- pura jika mereka menyukainya sebagai teman mengobrol. Padahal mereka suka membicarakannya dari belakang. Tentu ia tau dan memiliki telinga yang masih bekerja dengan baik. Meski hanya bisikan, tapi ia sering mendengar orang- orang yang membicarakannya. Terutama soal perkuliahannya.

  • My ThesShit (Indonesian)   9

    Felicia melirik ponselnya yang bergetar di saku seragam kerjanya. Ternyata ia sudah dimasukkan ke grup penelitian oleh Jayden. Tampak ada beberapa anggota lain dalam grup selain Jayden dan Harumi, yang Felicia tebak adalah kelompok proyek pembuatan ekstrak. Karena untuk bagian kelompok Felicia adalah khusus farmakologinya. Agar tugas dan skripsinya tidak terlalu banyak yang dibahas. Juga untuk pengerjaan bisa lebih singkat dan cepat jika dikerjakan banyak orang. Lagipula katanya untuk ekstrak akan dibuat dalam jangka waktu satu bulan lagi. Sementara seminar proposal masih sekitar tiga bulan lagi. Jadi sambil menunggu seminar proposal, ia dan yang lain bisa membuat ekstraknya dulu. Setelah seminar proposal selesai, bisa dilanjut ke uji farmakologinya. Mungkin

  • My ThesShit (Indonesian)   10

    Felicia duduk di kursi kosong lobby gedung laboratorium seperti biasa. Gadis itu sibuk dengan laptopnya, merevisi proposal yang sudah dicoret oleh bu Dinda kemarin dan mengirim proposal ke Bu Rahmi. Ia sengaja mengirim yang sudah direvisi lagi biar mengurangi kesalahan yang mungkin akan direvisi lagi oleh bu Rahmi. Bu Rahmi itu dosen fitokimia, biasa yang berhubungan dengan tanaman dan ekstrak. Sesuai skripsi Felicia dan kelompoknya.Saking seriusnya, Felicia tidak menyadari ada pria yang duduk didepannya dan menatap gadis itu

  • My ThesShit (Indonesian)   11

    "Karena gue terlalu sibuk dengan dunia gue, gue sadar gue gak punya banyak uang kayak mahasiswa lain makanya gue perlu kerja keras. Orang yang gue pikir bisa menemani gue disaat- saat terendah hidup gue, nyatanya malah ninggalin gue. Dan sekarang dia balik lagi dengan muncul didepan gue. Padahal gue mulai melupakannya."Jayden masih sangat mengingat bagaimana ekspresi Felicia saat mengatakan soal masa lalunya, tepatnya alasan gadis itu akhirnya putus dari Ansel. Sebenarnya ia hanya bercanda soal Felicia yang seakan tak pantas

  • My ThesShit (Indonesian)   12

    Setelah revisi dua kali dengan dua dosen yang sama, akhirnya proposal Felicia sudah sempurna. Ia sudah memeriksanya lagi mulai dari typo atau tanda baca yang salah juga format kepenulisan proposal penelitian sangat ia perhatikan. Demi menghindari adanya revisi lagi. Karena baik Bu Dinda maupun Bu Rahmi sangat teliti dengan tanda baca dan kesalahan penulisan. Entah mereka mungkin sudah terbiasa membimbing banyak mahasiswa jadi sudah hapal kesalahan- kesalahan dalam proposal.Berhubung masih pagi, Felicia segera ke tempat fotoko

Latest chapter

  • My ThesShit (Indonesian)   98- Epilog

    Perjalanan hidup memang terkadang tak sesuai ekspektasimu. Banyak rencana yang telah dibuat meski saat merealisasikannya akan sangat berbeda. Namun bukan berarti rencanamu buruk sehingga Tuhan mengubah perjalanan yang sudah kamu rencanakan, Tuhan hanya mengarahkanmu pada tujuan yang sesuai dengan apa yang sudah kamu lakukan selama ini.Tidak ada tujuan hidup yang menyakitkan. Semuanya pasti akan berakhir bahagia meski pada awalnya harus berurai air mata. Meski terkadang mungkin kamu menyesali jika ternyata semua itu tak

  • My ThesShit (Indonesian)   97

    Hari itu pun tiba...Hari dimana Martha tak lagi bertahan. Hanya berselang tiga hari pasca operasi pengangkatan ginjalnya. Penurunan kesadaran serta meningkatnya tekanan darah wanita itu mengakibatkan pecahnya saraf di bagian kepalanya sehingga menyebabkan nyawanya tak lagi dapat diselamatkan setelah dua hari berada di masa kritis.

  • My ThesShit (Indonesian)   96

    Malam harinya, Glen kembali secepatnya ke rumah demi Felicia. Ia pun sudah sampai di rumah mertuanya, Emily. Saat itu Ibu mertuanya masih sibuk dengan mesin jahitnya. Padahal Felicia dan Glen sudah menyarankan Emily untuk berhenti bekerja karena mereka sudah memenuhi semua kebutuhan Emily. Namun Emily memilih untuk tetap menjahit untuk menghabiskan waktunya. Waktu Emily diajak ke rumah Felicia pun, dia menolak. Katanya rumah ini penuh kenangan dengan suaminya jadi dia tidak bisa meninggalkannya. Bagi Emily, di rumah ini lah dia masih bisa merasakan kehadiran suaminya.

  • My ThesShit (Indonesian)   95

    "Mulai sekarang, kamu harus lebih berhati-hati lagi. Karena sekarang ada anak kita di dalam sini," ucap Glen sembari mengusap perut Felicia yang masih rata. Mereka baru sampai di rumah beberapa menit yang lalu. Istrinya sempat mual-mual lagi tapi sudah reda setelah meminum obat anti mual yang diresepkan oleh Brenda. Glen juga sudah menyiapkan teh hangat untuk istrinya demi mereda rasa mualnya.Felicia mengangguk lemah dari atas ranjangnya. Dari matanya terpancar kebahagiaan atas kehadiran calon

  • My ThesShit (Indonesian)   94

    Saat operasi telah selesai dan Martha dibawa ke ruang perawatan selagi menunggu wanita itu sadarkan diri, Glen masih berdiri di samping brankar tempat wanita itu berbaring kini. Entah apa yang ia lakukan disini, seakan setia menunggu wanita itu terbangun. Padahal jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Ia seharusnya segera pulang karena Felicia sendirian di rumah. Bukan malah memandangi mantan kekasihnya begini.Farel, salah satu teman kampus Glen saat menempuh kuliah kedokteran dulu jelas memahami kegelisahan pria itu. Ia tahu

  • My ThesShit (Indonesian)   93

    Bulan madu, meski terasa singkat tapi sangat membekas dalam benak Felicia. Wanita itu semakin terlihat ceria dan sering tersenyum. Membuat rekan-rekannya di apotek jadi ikut tertular kebahagiaannya."Yang abis bulan madu, bahagia bener. Cieeee," ledek Sani yang sedang menyiapkan obat-obat untuk pasien rawat jalan siang itu.

  • My ThesShit (Indonesian)   92

    Setelah lelah dengan perjalanan di hari pertama mereka, Felicia dan Glen memutuskan untuk makan siang di dalam cottage sekaligus beristirahat. Siang telah menjelang tapi cuaca di Dieng selalu terasa sejuk. Bahkan meski kelelahan sekalipun, Felicia sama sekali tidak berkeringat. Membuat wanita itu ingin bergelut di dalam selimut tebal dan rebahan."Wajahmu pucat," ucap Felicia yang khawatir saat melihat Glen yang berbaring di sampingnya tampak melenguh seperti menahan rasa sakit. Ia pun mengulurkan tangannya dan menyentuh

  • My ThesShit (Indonesian)   91

    Keesokan harinya, Felicia sudah sibuk memastikan jika bawaannya tidak ada yang lupa. Sally pun sibuk menyiapkan bekal untuk perjalanan Felicia dan Glen nanti."Udah kayak anak TK yang mau jalan-jalan aja sampai dibuatkan bekal segala, Mah," cibir Gladys sembari mencicipi bitterballen buatan Sally.

  • My ThesShit (Indonesian)   90

    Keesokan harinya, beberapa rekan dokter di rumah sakit tempat Glen dan Felicia bekerja tampak senyam senyum saat melihat Glen masuk ke ruangan tempat para dokter berkumpul saat pagi hari. Beberapa dokter yang seumuran Glen atau lebih tua hanya beberapa tahun darinya bahkan terang-terangan menarik kerah baju Glen dengan gaya bercanda."Nikah udah tiga bulan tapi tandanya baru kelihatan sekarang. Kemaren-kemaren ditandain dimana?" ledek Abbas, salah satu dokter spesialis bedah dengan wajah khas timur tengah itu.

DMCA.com Protection Status