Sekitar jam tiga sore Felicia beserta yang lainnya menyelesaikan aktifitas mereka hari itu. Diputuskan evaporasi akan dilanjutkan esok hari dan Felicia diminta tidak perlu datang karena mereka bisa mengerjakannya sendiri. Tujuan perwakilan kelompok Felicia disuruh datang adalah agar tahu bagaimana proses ekstraksi sampai ke evaporator dan agar Felicia bisa mengambil dokumentasi untuk lampiran skripsinya nanti. Karena setelah proses evaporasi ini, ekstrak tinggal dimasukkan ke dalam wadah lalu diuji. Mulai dari uji organoleptis yang berkaitan dengan tekstur, rasa, warna dan aroma ekstrak yang dihasilkan. Lalu ada uji fitokimia yang terkait dengan pengujian kandungan zat kimia yang terkandung di dalam ekstrak. Kedua uji itu akan dilakukan oleh kelompok Felicia juga terkait dengan penelitian mereka sementara uji yang lain hanya akan dilakukan oleh kelompok Satya.
"Nanti kalo ekstraknya udah benar-benar siap kita kabarin di grup
Hari-hari menjelang sidang seminar proposalnya, Felicia tak hanya sibuk belajar sampai larut malam. Gadis itu juga harus bekerja lebih ekstra demi mengganti jam-jam kerjanya yang berkurang karena kesibukan penelitiannya. Jam kerjanya memang fleksibel tapi jika jam kerjanya sedikit maka gaji yang ia dapatkan nanti juga akan sedikit. Felicia khawatir jika gajinya nanti tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga untuk membayar jika nanti ada tambahan biaya saat penelitiannya. Apalagi ia masih harus bolak balik ke Tangerang untuk menyelesaikan penelitiannya yang itu artinya ia butuh ongkos lebih banyak dari biasanya.Felicia terkadang sampai lupa untuk makan siang karena sibuk bekerja dan malamnya kadang saking lelahnya ia tertidur tanpa sempat makan malam lebih dahulu. Alhasil, Felicia merasa tubuhnya drop. Ia merasa suhu tubuhnya tinggi dengan kondisi tubuh menggigil tepat saat malam sebelum jadwal sidang proposalnya
Karena keadaannya yang semakin memburuk, dokter pun memutuskan untuk merujuk Felicia ke rumah sakit."Sepertinya dia kena gejala typus. Untuk lebih pastinya sepertinya kita harus membawanya ke rumah sakit. Nanti biar diantar ambulan saja. Saya sudah telpon. Sebentar lagi ambulannya datang," ucap dokter Sifa, salah satu dokter yang biasa praktek di klinik kampus. Karena selain mahasiswa dan karyawan kampus, orang lain pun bisa berobat ke klinik ini dan tidak dipungut biaya alias gratis.Ansel tampak semakin cemas. Ia pun menatap Felicia yang terlihat memejamkan matanya dengan gelisah. Bulir-bulir keringan di keningnya terlihat, menandakan suhu gadis itu yang masih tinggi.Tak lama saat mobil ambulans datang, Ansel pun ikut masuk ke dalam ambulans untuk mengantar Felicia ke rumah sakit. Di dalam per
Setelah menjenguk Felicia, Jayden terpaksa pulang kembali karena disuruh oleh Emily. Wanita paruh baya itu sepertinya tak ingin jika Jayden terus menunggu Felicia dan malah mengabaikan kesehatannya sendiri. Jadi Jayden menurut saja. Ia pikir besok ia bisa menjenguk Felicia lagi sembari membawakan bunga dan buah untuk gadis itu. Sebelumnya ia harus mengurus surat penelitiannya dulu di kampus, dan punya Felicia juga tentunya.Tanpa Felicia, Jayden merasa ada yang hilang. Ketika gadis itu sakit, entah kenapa perasaannya ikut sakit. Ia tidak tega melihat Felicia yang tergeletak di ranjang rumah sakit, tampak tak berdaya dengan infus di tangannya. Beruntung penyakit Felicia tak begitu parah. Dia hanya terlalu lelah dan terbebani dengan aktifitasnya. Andai saja Felicia mau sedikit berbagi bebannya dengan Jayden, ia dengan senang hati membantunya. Sayangnya Felicia a
"Kalo mau jenguk mah jenguk aja. Pake sungkan segala mentang-mentang ada mantannya." suara Ansel terdengar begitu menyebalkan di telinga Jayden.Jayden yang baru saja mengantar form peminjaman laboratorium ke kepala laboran pun mendengus kesal dan mendelik pada pria berkacamata itu. "Gak kok. Gue emang buru-buru."Ansel mengangguk-angguk. "Kalo lo mau, lo bisa jagain Felicia nanti malam. Dia masih dua hari lagi di rumah sakit."Jayden tak menjawab apapun lalu Ansel langsung pergi meninggalkannya.Jayden mengacak-acak rambutnya sendiri dengan gusar. Menyesali dirinya yang langsung pulang kemarin malam. Harusnya ia bisa menjenguk Felicia meski hanya sebentar dan ada si pengganggu alias Ansel. Setidaknya ia tidak kepikiran terus sampai detik
Setelah Emily pergi, Jayden pun masuk ke dalam ruang kamar rawat Felicia. Ternyata gadis itu sedang tertidur. Wajahnya tampak begitu tenang, membuat Jayden tersenyum kecil. Setidaknya gadis itu tampak baik-baik saja. Tidak sepucat saat pertama kali Jayden menggendongnya ke klinik kampus tempo hari.Jayden pun duduk di sofa yang berada di pojok kamar rawat Felicia dan duduk di sana. Ia tak ingin membangunkan gadis itu. Meski Jayden akui, ia sangat rindu mengobrol dengan Felicia seperti biasa. Bercanda dan meledek gadis it
Karena kelelahan dengan perjalan panjang dan kegiatan yang padat hari itu, setelah selesai makan Jayden langsung tertidur di sofa. Felicia hanya menatap wajah pria itu yang tampak tenang dengan posisi tidurnya. Meski hanya beralaskan sofa, rasanya pasti tak nyaman.Felicia pun beranjak dari ranjangnya untuk memberikan Jayden selimut cadangan yang ada di dalam nakas di samping ranjangnya agar pria itu tidak kedinginan. Apalagi posisi sofa berada tepat di bawah AC.
"Kak Jayden?"Pria berambut hitam itu menoleh ke sumber suara. Gadis berambut coklat yang dikuncir ekor kuda dengan kacamata bertengger di hidung mungilnya tersenyum ke arah Jayden. Kedua bola matanya tampak berbinar saat melihat jika pria yang ia panggil benar-benar Jayden. "Siapa ya?" tanya Jayden yang memang tak mengenali gadis itu. Ia memang tak mengenali semua mahasiswa mahasiswi di sini. Tapi tatapan gadis itu seolah berbeda. Seperti dia telah mengenalnya sangat lama.
Akhirnya Felicia diijinkan pulang setelah diperiksa dan dipastikan jika Felicia sudah benar-benar bisa keluar dari rumah sakit. Meski begitu Felicia masih belum bisa beraktifitas banyak seperti biasa. Ia disarankan oleh dokter yang merawatnya agar istirahat selama satu minggu lagi di rumah agar kesehatannya bisa benar-benar pulih. Meski berat, Felicia akhirnya menurutinya saja. Dibanding ia memaksakan bekerja lagi dan akan membuat tubuhnya kembali drop atau bahkan lebih parah. Ia tak mau merepotkan Ibunya.Felicia masih bingun
Perjalanan hidup memang terkadang tak sesuai ekspektasimu. Banyak rencana yang telah dibuat meski saat merealisasikannya akan sangat berbeda. Namun bukan berarti rencanamu buruk sehingga Tuhan mengubah perjalanan yang sudah kamu rencanakan, Tuhan hanya mengarahkanmu pada tujuan yang sesuai dengan apa yang sudah kamu lakukan selama ini.Tidak ada tujuan hidup yang menyakitkan. Semuanya pasti akan berakhir bahagia meski pada awalnya harus berurai air mata. Meski terkadang mungkin kamu menyesali jika ternyata semua itu tak
Hari itu pun tiba...Hari dimana Martha tak lagi bertahan. Hanya berselang tiga hari pasca operasi pengangkatan ginjalnya. Penurunan kesadaran serta meningkatnya tekanan darah wanita itu mengakibatkan pecahnya saraf di bagian kepalanya sehingga menyebabkan nyawanya tak lagi dapat diselamatkan setelah dua hari berada di masa kritis.
Malam harinya, Glen kembali secepatnya ke rumah demi Felicia. Ia pun sudah sampai di rumah mertuanya, Emily. Saat itu Ibu mertuanya masih sibuk dengan mesin jahitnya. Padahal Felicia dan Glen sudah menyarankan Emily untuk berhenti bekerja karena mereka sudah memenuhi semua kebutuhan Emily. Namun Emily memilih untuk tetap menjahit untuk menghabiskan waktunya. Waktu Emily diajak ke rumah Felicia pun, dia menolak. Katanya rumah ini penuh kenangan dengan suaminya jadi dia tidak bisa meninggalkannya. Bagi Emily, di rumah ini lah dia masih bisa merasakan kehadiran suaminya.
"Mulai sekarang, kamu harus lebih berhati-hati lagi. Karena sekarang ada anak kita di dalam sini," ucap Glen sembari mengusap perut Felicia yang masih rata. Mereka baru sampai di rumah beberapa menit yang lalu. Istrinya sempat mual-mual lagi tapi sudah reda setelah meminum obat anti mual yang diresepkan oleh Brenda. Glen juga sudah menyiapkan teh hangat untuk istrinya demi mereda rasa mualnya.Felicia mengangguk lemah dari atas ranjangnya. Dari matanya terpancar kebahagiaan atas kehadiran calon
Saat operasi telah selesai dan Martha dibawa ke ruang perawatan selagi menunggu wanita itu sadarkan diri, Glen masih berdiri di samping brankar tempat wanita itu berbaring kini. Entah apa yang ia lakukan disini, seakan setia menunggu wanita itu terbangun. Padahal jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Ia seharusnya segera pulang karena Felicia sendirian di rumah. Bukan malah memandangi mantan kekasihnya begini.Farel, salah satu teman kampus Glen saat menempuh kuliah kedokteran dulu jelas memahami kegelisahan pria itu. Ia tahu
Bulan madu, meski terasa singkat tapi sangat membekas dalam benak Felicia. Wanita itu semakin terlihat ceria dan sering tersenyum. Membuat rekan-rekannya di apotek jadi ikut tertular kebahagiaannya."Yang abis bulan madu, bahagia bener. Cieeee," ledek Sani yang sedang menyiapkan obat-obat untuk pasien rawat jalan siang itu.
Setelah lelah dengan perjalanan di hari pertama mereka, Felicia dan Glen memutuskan untuk makan siang di dalam cottage sekaligus beristirahat. Siang telah menjelang tapi cuaca di Dieng selalu terasa sejuk. Bahkan meski kelelahan sekalipun, Felicia sama sekali tidak berkeringat. Membuat wanita itu ingin bergelut di dalam selimut tebal dan rebahan."Wajahmu pucat," ucap Felicia yang khawatir saat melihat Glen yang berbaring di sampingnya tampak melenguh seperti menahan rasa sakit. Ia pun mengulurkan tangannya dan menyentuh
Keesokan harinya, Felicia sudah sibuk memastikan jika bawaannya tidak ada yang lupa. Sally pun sibuk menyiapkan bekal untuk perjalanan Felicia dan Glen nanti."Udah kayak anak TK yang mau jalan-jalan aja sampai dibuatkan bekal segala, Mah," cibir Gladys sembari mencicipi bitterballen buatan Sally.
Keesokan harinya, beberapa rekan dokter di rumah sakit tempat Glen dan Felicia bekerja tampak senyam senyum saat melihat Glen masuk ke ruangan tempat para dokter berkumpul saat pagi hari. Beberapa dokter yang seumuran Glen atau lebih tua hanya beberapa tahun darinya bahkan terang-terangan menarik kerah baju Glen dengan gaya bercanda."Nikah udah tiga bulan tapi tandanya baru kelihatan sekarang. Kemaren-kemaren ditandain dimana?" ledek Abbas, salah satu dokter spesialis bedah dengan wajah khas timur tengah itu.