Alvin baru selesai mandi, dan menghampiri Kim yang saat itu sedang menonton televisi di ruang keluarga.
"Kim," panggil Alvin sambil duduk di sampingnya.
"Apa sih, kak?" tanya Kim tapi pandangannya masih berfokus ke layar televisi.
"Ngapain?"
"Lah, Kakak gimana sih, kan bisa lihat kalau aku lagi nonton," balas Kim sambil menunjuk ke arah televisi.
"Jangan nonton yang ginian lagi, mending kamu baca buku," pinta Alvin.
"Kan aku udah selesai ujian, Kak."
"Apa belajar itu harus nunggu saat ada ujian dulu, nggak kan?
Dan apa kamu yakin pasti Lulus?
Aku nggak mau loh, kalau kamu sampe nggak lulus," jelas Alvin
Kim menarik nafasnya panjang, saat mendengar Omelan Alvin.
"Iya iya, Bapak Alvin yang bawel," balasnya.
"Maaf, Den." Tiba-tiba Bibik datang menghampiri.
"Iya, Bik, ada apa?"
"Begini Den, Bibik mau minta ijin mau pulang kampung, soalnya anak Bibik udah kangen katanya," jelas Bibik meminta
Kim berangkat ke kampungnya Bibik menggunakan mobil travel selama 4 jam perjalanan. Sampai-sampai bokongnya kesemutan karena kelamaan duduk. Ditambah lagi sopirnya bawa mobil ugal-ugalan nggak jelas, badannya benar-benar terasa remuk. Coba saja kalau sama Alvin, ia bisa tidur nyenyak tanpa harus mengalami kepalanya yang terus kejedot."Ayo, Non," ajak Bibik setelah turun dari mobil."Udah nyampe ini, Bik?" tanya Kim sambil melihat ke sekelilingnya."Udah Non, tapi kita harus jalan dulu. Kan nggak ada kendaraan lagi ke dalam kampung," jelas Bibik"Hah, jalan kaki, serius, Bik?" tanya Kim tak percaya.''Iya, Non, jalan kaki," jawab Bibik.Jalan kaki sambil bawa koper, rasanya menderita banget. Udah suasananya gelap, sepi nggak ada orang. Ya jelas sepilah, ini juga udah tengah malam, pasti semua orang juga udah pada tidur."Bik, masih jauh nggak?" tanya Kim yang merasa tulang-tulangnya yang pada sakit."Bentar lagi, Non," jawab Bi
Setelah selesai mandi dan berbenah diri. Kim segera menghampiri Bibik yang sedang menunggunya di teras."Ayok, Bik," ajaknya."Non, ini kita jalan kaki lagi loh, beneran nggak apa-apa?""Iya, Bik.""Kalau tiba-tiba ditengah jalan Non capek, nggak bakalan ada Den Alvin yang gendong loh," kelakar Bibik."Ih, Bibik."Mereka berdua segera memulai perjalanan menuju pasar."Wah, ini siapa, Bik, cantik banget" tanya beberapa ibu-ibu yang menghampirinya dan Bibik."Ini Non Kimmy, majikan saya.""Bukannya majikan Bibik anaknya cuma satu yang cowok waktu itu?""Iya, ini istrinya," jelas Bibik."Ooh, udah nikah ya si cowok ganteng itu, kirain belum. Padahal saya mau ngejodohin sama putri saya."Emosi Kim yang awalnya berada di jempol kaki, tiba-tiba langsung naik mencapai ubun-ubun. Apa-apa'an mereka mengatakan itu, mau menguji emosinya."Tenang, Non," bisik Bibik di sampingnya, saat tahu kalau ekspresi
Kim kembali mendekat pada Alvin. Tak bisa ia pungkiri, beberapa hari tak bertemu memang membuatnya merindukan sosok suaminya itu."Aku merindukanmu, benar-benar merindukanmu," bisik Kim langsung mencium Alvin.Mendapatkan itu dari Kim, tentu saja membuat Alvin senang. Ia merengkuh tubuh Kim agar semakin mendekat padanya.Beberapa saat kemudian ia melepaskan ciumannya pada Alvin."Ckck, gaya kamu doang yang bilang nggak kangen sama aku, buktinya kamu malah lebih agresif," ujar Alvin dengan senyum evilnya itu. "Tapi aku menyukainya."Alvin kembali menarik Kim ke pelukannya. Aroma yang sangat ia rindukan."Lain kali, kamu nggak bakalan aku ijinin untuk pergi dalam jangka waktu yang lama," bisik Alvin."Begitupun dengan Kakak," balas Kim.''Aku pergi? Itu nggak mungkin, karena kemanapun kakiku melangkah, harus ada kamu di sampingku," terangnya."Oh, ya, kita lihat saja nanti.""Bisakah kita melakukannya sekarang, aku
"Huftt..., kenapa dia jadi nyeremin gitu sih," gumam Kim bergidik ngeri.Saat lagi mandi, tiba-tiba Kim mendengar suara ponsel Alvin berdering.''Jangan kemana-mana, terima teleponnya di situ aja," ujar Kim berteriak pada Alvin."Hmm," jawabnya."Ya, Res," jawab Alvin."Vin, lo masih di kampungnya Bibik?""Iyalah, mang napa?" "Lo nggak lupa kan, besok jam 7 malam kita ada pertemuan sama klien?""Iya, besok gue sama Kim balik kok," jelasnya."Aku enggak loh, Kakak aja yang balik." Kim menyambung ucapannya Alvin dari kamar mandi."Kim, cepetan lanjutin aja mandinya, kalo nggak aku tinggal nih," balas Alvin."Vin," panggil Restu."Apaan?""itu suara Kim? Kalian lagi ngapain sih?" tanya Restu
Setelah puas jalan atau yang dianggap Alvin sebagai kencan, mereka berdua balik ke rumah Bibik."Malam, Bik," sapa Kim pada Bibik yang saat itu masih menunggunya dan Alvin."Malam, Non," jawab Bibik."Aku langsung tidur ya, Bik, capek banget," ujarnya."Iya udah, Non istirahat aja," balas Bibik.Dengan tampang capek dan belum mandi Kim langsung masuk kamar.Yakali di jam 10 malam ini ia harus mandi, apa kata Mak Kunti yang lagi bergelantungan di pohon jengkol belakang rumah nantinya. Tentu saja ia kaget, liat dirinya mandi tengah malam.Setibanya di kamar, ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur dan rasanya tulang punggungnya berasa remuk."Oh ayolah Kim, lo lupa kalau ini bukan tempat tidur lo," gumamnya mengingatkan dirinya sendiri."Sudah pulang Den, bagaimana jalan-jalannya, pasti sangat menyenangkan," ujar Bibik pada Alvin yang baru saja masuk rumah."Iya, Bik, menyenangkan," jawabnya."Oiya,
Pagi harinya saat bangun tidur, Alvin sudah nggak ada disampingnya. Sepertinya diaudah bangun duluan. Meskipun dia tidur tengah malem, pasti bangunnya tetap pagi. Nah ia, semakin larut malam tidur, semakin siang lah dirinya akan bangun. Tapi itu bukan motto hidupnya loh."Hohh, pagi yang sangat indah. Jadi betah lama lama di sini," ujar Kim sambil bentangin kedua tangan menikmati udara pagi di halaman rumah."Enak aja kamu bilang betah lama-lama di sini. Pokoknya kamu harus ikut aku pulang hari ini." Alvin tiba-tiba saja lansung menyambar ucapannya barusan."Tapi kan....""No koment Kimmy."Kebiasaan buruk Alvin adalah, tak pernah membiarkan Kim menyelesaikan perkataannya."Kakak habis dari mana?" tanya Kim padanya yang duduk di teras sambil sibuk sama ponselnya."Jalan-jalan."''Kenapa aku nggak di bangunin, kan aku juga pingin ikut," rengek Kim sambil duduk di sampingnya"Cuma deket sini doang," bal
Alvin yang baru sampai di ruangannya, langsung di hampiri oleh Restu. Ia tak tahu saja, kalau hati Alvin sedang tak baik."Wah, pangeran es kita udah datang. Gimana honeymoon-nya..?Asik?""Auu ahh gue," jawab Alvin Landung membuka laptopnya."Lah, kok au ah, kan lo yang lakuin.Gimana sih," balas RestuRestu pun duduk di sofa yang ada di ruangan Alvin sambil sibuk dengan ponsel di tangannya..''Maaf, Pak," ujar Alin di pintu masuk."Ya, masuk. Ada apa?" tanya Alvin, tapi fokusnya masih pada layar laptop yang ada di hadapannya.Alin berjalan dan berdiri di depan meja Alvin."Barusan klien dari Singapura menghubungi saya, apa pertemuannya bisa di percepat satu jam lagi. Karna saya lihat Bapak udah datang dan Bapak juga lagi nggak ada pertemuan, jadi saya sudah katakan, setuju," jelasnya.'Brakkkk....'"Gimana sih kamu!" Marah Alvin sambil menggebrak meja yang langsung membuat Alin bahkan rest
"Omaigatt!"Mereka berdua langsung kaget, dan menghentikan kegiatan panas itu tiba-tiba."Eh, kalau masuk ketok pintu dulu. Jangan main nyelonong aja," omel Alvin pada Restu yang masuk tanpa permisi."Yee ... biasanya gue juga langsung masuk. Lagian kalian berdua juga,kalau mau ena-ena jangan di sini," balas Restu mengomeli."Ih, Kak Restu apaan sih. Ngomong jorok gitu. Lagian siapa juga yang mau lakuin itu, orang kita cuma ciuman doang kok," jelas Kim."Iya, ciuman doang Kimmy. Tapi, hargai juga dong sama yang jomblo. Bikin sirik tau nggak."Seketika itu Restu langsung curhat."Mending kita pulang, daripada dengerin curhatan Restu," ajak Alvin membawa Kim keluar ruangan meninggalkan Restu.Jam menunjukkan pukul 10 malam. Udah malem banget kan, pantesan juga matanya sudah tak bisa diajak kompromi. Pinginnya merem Mulu."Hari yang sangat-sangt melelahkan," ujar Kim langsung menghempaskan tubuh d
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18:00, semua kejutan dan lain sebagainya sudah selesai di persiapkan. Tinggal menunggu Alvin kembali dari kantor untuk memberi kejutan. "Mama ..." panggil Arland yang baru pulang sekolah. Lihat, jam segini dia baru balik ke rumah. Bukan sekolah, melainkan pulang dari les tambahan. "Udah pulang, Sayang." "Tante di sini?" tanya Arland pada Jeje "Iya," jawab Jeje. "Dilla nya udah pulang ya, Land?" "Udah, Tan." "Ya udah Kim, kalau gitu gue mau pulang dulu. Ntar balik lagi kesini , oke," pamit Jeje. "Bye, Tante." "Dahhh ...." "Ayo, Sayang ... kamu mandi dulu. Udah bau acem," ejek Kim. "Hmm ...," angguknya. "Sekarang ulang tahunnya Papa loh, Mama nggak lupa, kan? Jangan bilang kalau Mama belum nyiapin hadiah buat Papa karna bingung mau ngasih apa?" jelas Arland pada Kim. Ya ... pengalaman tahun kemarin yang ia ungkit kembali. Sampai-sampai putranya sa
Pagi ini sangat berbeda, tak biasanya ia masih berada di balik selimut. Sementara Alvin sudah bangun dan sekarang sedang sarapan bersama Arland. Badannya terasa sangat lemas, nggak ada tenaga, mual, pusing, dan nggak mood untuk melakukan apapun."Sayang ... kamu benar nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Alvin masuk dan menghampiri dirinya yang masih tiduran."Iya, Kak, nggak apa-apa," jawabnya."Aku nggak tenang ninggalin kamu dalam keadaan kayak gini,'' khawatir Alvin"Kan ada Bibik, Kak. Udahlah, sana Kakak ke kantor aja.""Pa ... Ma ..." panggil Arland sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya. Ia tak akan menyelonong masuk ke dalam kamar begitu saja, apalagi kamar orang tuanya. Sangat tidak sopan kalau begitu."Masuk, Sayang ...," jawab Alvin.Mendengar ijin yang di berikan papanya, barulah ia yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun masuk. Ternyata ia masuk bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan segelas susu hangat.
"Kak, bangun dong, Kak Fikri nelepon, nih," ujarnya sambil membangunkan Alvin, tapi tak ada respon."Kak ...."Ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Toh, yang menelepon adalah Fikri."Hallo ....""Kim?" tanya kak fikri"Iyalah, Kak," jawabnya. "Siapa lagi cewek yang bisa menyentuh ponselnya Kak Alvin selain aku." "Ya kali aja Alvin punya selingkuhan, mungkin.""Apa!? Kak Alvin punya selingkuhan!?" kagetnya dengan nada tinggi, sampai-sampai Alvin yang lagi tidur dan dari tadi ia coba bangunkan tak berhasil, sekarang ikut terbangun."Siapa yang selingkuh?" tanya Alvin langsung duduk dengan tampang cengok nya."Ihhh ... masih nanya lagi, Kakak lah yang selingkuh," kesalnya langsung banting tu ponsel ke lantai dan beranjak menuju ke kamar mandi.Alvin ikut m
Sesampainya di rumah, ia langsung jalan menuju ke kamar karna rasanya badannya lagi nggak enak aja. Sementara Alvin, dia lagi teleponan di teras depan sama klien bisnisnya, mungkin. Karna ia juga nggak mau tahu juga lah sama urusan kantor dan pekerjaannya itu.Tapi kalau dia teleponan sama cewek, barulah dirinya bakalan ngamuk."Kamu tidur?" tanya Alvin yang tiba-tiba masuk menghampirinya di tempat tidur."Cuma tidur-tiduran," jawabnya mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Alvin."Hmm ....""Kak, itu masih perih?" tanya Kim sambil menunjuk ke arah bibir Alvin yang luka akibat gigitannya."Iyalah ... kalau kamu ngegigit bibirku dengan penuh nafsu, sih, aku terima meskipun agak sakit.Nah ini enggak, jadi sakit nya tu berasa banget," jelas Alvin dengan penjelasan anehnya itu.Kim yang tadinya masih tiduran, sekarang bangun. "Aku kan udah minta maaf, Kak. Masa iya belum di maa
Pagi ini Alvin memasuki area kantor dengan wajah yang berseri-seri. Biasanya ia akan bersikap dingin dan cuek pada karyawan yang berpapasan dengannya. Tapi kali ini enggak, bahkan ia lah yang menyapa ataupun menegur mereka. Tentu saja ini menjadi tanda tanya besar bagi semua bawahannya. Apa bos mereka kesambet jin atau sejenisnya?"Pak Alvin kenapa, ya?""Tumben banget aura mistisnya nggak kelihatan.""Jangan jangan beliau lagi menang lotre.""Nggak mungkinlah, menang tender dengan nilai yang fantstis aja ekspresinya biasa aja. Itu artinya ini lebih luar biasa dari menang tender." Begitulah komentar beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Mereka semua hanya bisa menebak-nebak tanpa berani untuk bertanya langsung."Pagi, Pak," sapa Alin yang berpapasan dengan Alvin yang hendak memasuki ruangan nya."Pagi," balasnya sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangannya."Apa yang terjadi?" bin
Alvin mengantarkan Kim menuju Rumah Sakit dengan keadaan badan yang lemes pake banget dan mual mual. Ia merasa sudah tak ada lagi stok di lambungnya yang akan dikelurkan, tapi rasa mual itu terus saja munculSetibanya di RS ia langsung di bawa ke UGD dan di periksa sama dokter."Gimana keadaan istri saya, dokter?Apa benar ini cuma asam lambung nya yang lagi kambuh?" tanya Alvin pada Dokter yang habis memeriksa Kim.Dokter malah tersenyum menanggapi pertanyaan Alvin."Bukan ... ini bukan mual mual akibat asam lambung yang kambuh," jawab dokter."Lalu, apa, dok?""Kalau boleh saya tahu, apa kalian berdua lagi berniat punya anak?"Alvin dan Kim malah saling pandang menanggapi pertanyaan dokter. "Maksud dokter?" tanya Kim bingung."Ya, karna setelah saya periksa barusan ... sepertinya saat ini anda sedang hamil."Keduanya langsung memasang tampang kaget mendengar pernyataan dokter. "Serius dok?" tanya Kim tak percaya
Sudah seminggu Hani dan Ceryl berada di Indonesia, dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka untuk kembali ke LA. Kim dan Arland saat ini lagi di bandara untuk mengantar mereka.Pada awalnya, sih, putranya itu menolak buat ikut, tapi ia paksa.Karena semenjak kejadian di acara ultahnya Dilla waktu itu, dia udah males sama Ceryl. Ini pun tampang nya Arland enggak banget. Jutek abiss."Han, hati-hati, ya. Jangan suka ngomel-ngomel nggak jelas sama Ceryl," pesan Kim sama Hani. Soalnya Hani kan gitu orangnya. Kerjaannya ngomel mulu."Iya.""Ceryl sayang, jangan nakal, ya," ujar Kim pada Ceryl."Iya, Tante," balasnya."Arland, nggak mau ngomong sesuatu sama Ceryl?" tanya Kim pada Arland yang masih dengan sikap dingin nya itu"Nggak, Ma," jawabnya singkat tanpa sedikitpun menoleh pa
"Kamu nggak makan, Sayang?" tanya Alvin pada putranya yang duduk sendiri di sofa."Nggak, Pa," jawabnya dingin. "Ini masih lama, ya, Pa, aku pingin cepat-cepat pulang," ungkapnya.Alvin tahu betul apa yang dirasakan Arland. Taoi, ia hanya pura-pura enggak tahu saja."Kenapa? Kok bete?" tanya Alvin lagi."Pa, aku males sama sikapnya Ceryl. Kita pulang aja.""Ya udah, kalau kamu maunya gitu. Papa bilang sama Mama dulu, ya."Alvin segera menghampiri Kim yang saat itu lagi ngobrol sama Hani dan Jeje."Kim, aku mau bicara bentar," ujar Alvin pada Kim."Apa?" tanya Kim.Hani dan Jeje pun ikut menunggu apa yang akan dikatakan Alvin pada Kim."Berdua, Kim," tambah Alvin sambil berlalu pergi kembali pada Arland."Ishh ....," dengus Kim sambil mengikuti langkah kaki suaminya tercinta. Dan ternyata Alvin malah mengajaknya untuk menghampiri Arland.Kim mengedarkan pandangan pada duo sosok laki-laki yang sangat e
"Ma, aku duduk di situ, ya," ujar Arlan pada Kim."Iya, Sayang," jawabnya."Hani belum datang, ya?" tanya Kim pada semuanya."Yuhuuu ... Hani di sini.""Ceryl juga di sini."Parah ... anak dan Emak kelakuannya sama persis. Heboh, rempong dan nggak bisa diam."Emak-emak rempong datang sama penerusnya," gumam Ricky sedikit melambatkan suaranya, tapi tetap saja masih bisa dengar. Buktinya, Hani langsung berkomentar."Biarin, dari pada jones akut," ledek Hani tak mau kalah"Eh ... jangan bawa-bawa status dong Hani yang cempreng. Aku bukannya jones, cuma belum punya pasangan aja," bantah Ricky tak terima."Terserah lah apa kata Kakak. Intijya, sih, tetap saja masih sendirian, enggak ada yang belai-belai manja, enggak ada yang bilang sayang." Hani tetap pada ejekannya.Keh