Jam 05:30 Kim terbangun dari tidurnya. Ia mengarahkan pandangan ke seluruh penjuru kamar, mencari keberadaan Alvin, suaminya.
'Hah, mungkin tu orang udah bangun,' pikirnya.
Ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan gontai menuju ke kamar mandi. Tapi, saat pintu terbuka, di saat itulah ia kaget dengan kedua bola matanya yang langsung membulat.
"Aaaakk!!!" teriaknya histeris dan segera menutup mata dengan kedua telapak tangannya.
"Ya ampun, ni anak," dumel Alvin yang tengah berdiri dihadapan Kim, hanya menggunakan handuk.
Jangan berpikir kalau ia melihat Alvin dalam keadaan tanpa pakaian alias telanjang. Melihat Alvin dalam keadaan hanya menggunakan handuk begini saja, sudah membuat otaknya konslet. Apalagi kalau telanjang, mungkin ia akan langsung pingsan.
"Apa kamu pingin semua orang mikirnya kita lagi ngapa-ngapain, gitu? Suaramu sangat memekakkan telinga," ujar Alvin sambil berpangku tangan dihadapan gadis itu.
"Abisnya ... salah Bapak, sih. Ngapain juga nongol-nongol cuman pake handuk doang," terangnya sambil masih menutup kedua matanya.
"Kalau kamu masih panggil saya dengan panggilan, Bapak ... saya cium kamu, Kim!" ancam Alvin mendekati Kim.
"Eh ... Maaf, Kak," pekiknya langsung ngacir ke dalam kamar mandi dan segera menutup pintu. Bisa-bisa kalau ia terus berada dihadapan Alvin, sebuah ciuman mungkin saja ia terima. Tentunya ia tak akan rela kalau sampai itu terjadi.
Setelah selesai mengenakan seragam Sekolah, begitupun dengan Alvin yang juga sudah rapi dengan stelan kantornya, mereka berdua langsung turun dan menuju meja makan. Di sana sudah ada William dan Jessica yang sekarang juga berstatus sebagai mertua Alvin.
"Pagi, Ma, Pa," sapa Kim heboh. Begitupun dengan Alvin yang ikut menyapa dengan sikap dinginnya.
"Pagi juga."
"Jangan teriak-teriak begitu, Kim," omel Jessica.
"Orang aku cuman ngucapin selamat pagi, masa dibilang teriak-teriak," bantah Kim sambil mengoleskan selai pada rotinya.
"Jangan ngebantah omongan orang tua," tambah Alvin ikut melerai.
"Ih, Bap ..."
"Ingat ancaman yang aku katakan tadi, kamu mau aku ngelakuinnya di sini?'' tanya Alvin masih dengan ekspresi dinginnya menatap tajam ke arah sang istri.
"Maaf," lirih Kim.
Yakali Alvin benar-benar melakukan ancamannya tadi.
William dan Jessica malah tertawa melihat nyali putri mereka yang tiba-tiba saja jadi ciut kalau sudah berurusan dengan Alvin.
"Siapin sarapan buat suami kamu," suruh Jessica pada putrinya.
"Loh, kok, aku?" tanya Kim sambil menunjuk ke arah dirinya.
"Nyiapin sarapan buat suami, kan tugas istri. Masa iya bibik yang nyiapin. Istrinya Alvin kan kamu," terang Papa.
"Iya, iya," gerutunya sembari menyiapkan piring beserta roti dan selainya untuk Alvin.
"Selai rasa apa?'' tanya Kim dengan tampang jutek.
"Mentega saja, aku nggak suka selai," jawab Alvin.
Kim menatap ke arah Alvin seolah bertanya. Kenapa nggak suka? Iya, raut wajahny menunjukkan efek bingung.
"Aku nggak suka makanan manis,'' jelas Alvin.
"Tak perlu dijelaskan, aku juga nggak nanya," balas Kim kecut.
"Yakin, barusan nggak nanya?" tanya Alvin balik.
Terlihat sekali kalau Kim bingung. Bagaimana bisa Alvin tau kalau barusan ia bertanya. Tapi, kan cuman bertanya dalam hati doang. Aneh, itulah anggapan Kim terhadap Alvin.
"Papa berangkat duluan, ya ... ada meeting pagi ini," ujar William pamit, yang diangguki oleh Alvin dan Kim yang masih sarapan. Sedangkan Jessica, juga mengekor, mengantarnya menuju mobil.
Pada saat mereka berdua masih sibuk menikmati sarapan, tiba-tiba ponsel Kim berdering.
"Jeje," gumam Kim saat melihat nama yang tertera di layar ponsel.
"Apa, Je,'' tanya Kim masih sambil melahap rotinya.
"Lo masih di rumah?"
"Masih, ini lagi sarapan," jawabnya.
"Kita hari ini ada ulangan sama Pak Alvin, lo semalam belajar, nggak?"
"Hah, serius! Gue lupa,'' ujar Kim sambil mengarahkan pandangannya pada Alvin yang berada di sebelahnya.
"Astogehhh! Mampuslah kita. Udah, cepetan datang ke sekolah."
"Mm, bye," balas Kim memutus sambungan telepon dengan Jeje.
Kim langsung memasang wajah seriusnya sambil menatap ke arah Alvin yang masih menikmati sarapannya dengan anteng.
"Kak, hari ini ada ulangan?'' tanya Kim pada Alvin.
"Ada."
"Seriusan?" tanya Kim tak percaya.
"Iya."
"Bisa, nggak, ulangannya ditunda dulu kek buat lusa. Aku mau jawab apa ntar. Ya, Kak? Pliss!" Mohon Kim dengan tampang memelas.
"Itu salah kamu."
"Aduh, beneran, deh, Kak ... tunda dulu ya?"
"Makanya, sebelum tidur itu belajar dulu. Meskipun nanti ada ulangan dadakan-pun, kamu bisa ngatasinnya,'' jelas Alvin.
Ceramah Alvin itu membuat Kim agak jengkel. Apa ia lupa kalau ini di rumah, bukan di Sekolah. Kenapa malah mengomelinya layaknya Guru pada muridnya.
"Soalnya semalam capek banget," ujarnya memberikan alasan. "Jadi, gimana?"
Semoga saja Alvin mau mengerti. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi dengan nilainya nanti.
"Hanya untuk kali ini," jawab Alvin sambil mengalihkan pandangannya pada ponsel miliknya.
"Wihh, makasih, Kak," teriak Kim riang, dan langsung menghambur ke pelukan Alvin. Jelas, sikapnya itu sukses membuat Alvin diam mematung.
"Ehem," deheman Jessica tiba-tiba membuat Alvin maupun Kim kaget dan jadi salah tingkah.
"Maaf," ujarnya yang dibalas anggukan dari Alvin.
"Kamu berangkat bareng Alvin, kan?'' tanya Jessica mencairkan suasana yang agak canggung antara Kim dan Alvin.
"Nggak," jawab Kim.
"Kan, masih satu tujuan, Kim."
''Aduh, Mama ... masa iya aku berangkat bareng Kak Alvin. Bisa digantung di tiang bendera akunya ntar," jelas Kim.
Yakali berangkat bareng sama Alvin. Ia bisa mampus dihakimi penghuni satu Sekolah.
'Kok, Kim berangkat bareng Mr.Killer?
'Kok bisa, ya?'
'Mencurigakan!'
Dan banyak pertanyaan lainnya yang akan bermunculan.
"Kamu mah berlebihan," balas Jessica yang beranggapan kalau pemikiran Kim terlalu berlebihan.
"Bentar, Kim ... Mama mau nitip baju buat tante Ranti. Kamu kan lewat depan rumah beliau,'' ujar Jessica sambil berlalu menuju kamar.
Alvin menyodorkan dua lembar karti kredit ke arah Kim saat mertuanya tak ada di sana. "Ini, kamu pegang."
"Eh, nggak usah, Kak ... aku masih punya, kok," tolak Kim.
"Dengerin aku, ya ... mulai saat ini semua kebutuhan kamu adalah tanggung jawab aku. Jadi, tolong kamu pegang ini," jelas Alvin menyerahkan dua benda itu ke tangan Kim.
Akhirnya ia menerimanya juga, meskipun juga bingung mau digunakan buat apa.
"Ini, Sayang," ujar Jessica sambil menyerahkan sebuah paperbag berwarna coklat pada Kim.
"Oke. Kalau gitu aku brangkat Sekolah dulu, Ma,'' pamit Kim sambil mencium punggung tangan mamanya dan hendak berlalu pergi.
"Loh, sama Alvin kok nggak salim?" tanya Jessica.
"Hah?''
"Ayo, gimana, sih, kamu."
Atas perintah mamanya, iapun akhirnya ia mencium punggung tangan Alvin. Meskipun ia masih merasa agak sedikit aneh dan canggung, tapi kalau itu tak ia lakukan bisa-bisa mamanya akan mulai mengomel lagi. Ia tak ingin harinya diawali dengan sebuah omelan.
"Aku berangkat duluan, Kak," pamitnya pada Alvin.
"Hati-hati," pesan Alvin tanpa melihat ke arah Kim.
"Iya."
---000---
Sesampainya di Sekolah, Kim segera menuju kelas. Dari kejauhan ia bisa melihat dua sobatnya pun sudah menunggunya di depan pintu masuk kelas.
"Pagi," sapanya pada keduanya.
"Kim!!! Kita kangen banget tau," ujar Hani yang lebaynya kumat.
"Iya," tambah Jeje menyetujui.
"Ya ampun, gue cuman libur sehari doang masa iya rasa kekangenan kalian seakut ini, sih. Bayangin kalau gue libur seminggu ... bisa-bisa pas masuk, lu berdua malah ciumin gue kali, ya," ledeknya.
"Bisa jadi,'' pikir Hani.
"Gila aja," respon Jeje.
Ketiganya pun segera masuk kelas. Pertama menginjakkan kakinya, hal yang ia lakukan adalah bingung dengan keadaan di ruang kelas.
"Eh, tumben amat seisi kelas pada lengkap. Biasanya mah, bel udah bunyi baru pada masuk." Heran Kim melihat suasana kelas yang tampak berbeda dari hari-hari biasanya.
"Ya itu, gara-gara ulangan sama si Mr.Killer," jelas Jeje.
"Oh," balas Kim sambil manggut-manggut dan kembali lanjut menuju kursinya.
"Kok cuman, oh, doang. Emang situ yakin dapet nilai keren?" tanya Hani pada Kim saat sampai di kursi.
"Elehhhh ... gimana mau dapet nilai keren, Han. Orang tadi aja di telfon dia aja nggak inget kalau hari ini ada ulangan," jelas Jeje.
"Hehehe ...." Kim hanya bisa tertawa membalas penuturan Jeje.
Tentu saja ia merasa tenang-tenang saja. Karena memohon-mohon tadi sama Alvin, ulangan hari ini ditunda.
Tak lama setelah itu bel berbunyi, diiringi oleh masuknya Alvin, si Guru Killer. Seolah dengan masuknya Alvin, membawa kesan mistis di ruangan kelas. Padahal yang masuk masih manusia, loh, bukan makhluk astral.
"Pagi semua," sapa Alvin.
"Pagi, Pak," sahut seisi kelas serentak.
"Sekarang, buka buku kalian halaman 47," ujar Alvin.
Spontan, perintah itu membuat murid-murid jadi bingung sambil celingak-celinguk.
"Kita nggak jadi ulangan, Pak?" tanya Anggi si cewek kutu buku di kelas.
"Memangnya kemarin saya bilang ada ulangan?'' tanya Alvin, yang sebenarnya ia hanya pura-pura bertanya.
"Nggak, Pak!" Seisi kelas langsung menjawab penuh semangat.
Gimana mereka nggak semangat, ulangan yang menghantui seisi kelas tiba-tiba saja dibatalkan. Andai saja mereka tau semua ini terjadi karna ulah Kim. Oke, ucapkan terima kasih pada Kim.
"Ya sudah, sekarang semuanya buka buku," perintah Alvin.
"Itu Pak Alvin kenapa, sih? Jangan-jangan kepalanya kejedot, trus jadi amnesia," bisik Jeje pada Hani dan Kim.
"Entahlah, mungkin saja, iya," balas Kim sambil senyum-senyum nggak jelas.
"Kali aja itu guru jadi amnesia dan nggak ingat jalan menuju kelas kita," tambah Hani berharap.
Untuk kesekian kalinya Kim hanya bisa mengulum senyumannya. Yakali Alvin benar-benar hilang ingatan.
Kini ketiganya sedang duduk di kantin, menikmati waktu istirahat yang hanya beberapa menit saja. Kurang? Banget. Kadang nggak cukup buat membahas satu permasalahan.
"Eh, gimana acara tunangan sepupu lo kemaren ... lancar?" tanya Jeje.
Kim yang sedang meneguk minumannya, nyaris saja tersedak. Ia lupa, kemaren kan alasannya tak masuk sekolah karena ada acara tunangan sepupunya.
"Ah, itu, iya lancar," jawab Kim gugup.
"Wih ... Kim, Cincin baru, ya?'' tanya Hani yang tiba-tiba melirik cincin yang ada di jari manis Kim.
'Astaga, gue lupa ninggalin ni cincin di rumah," batin Kim was-was.
"I-iya. Ini kemaren dibeli-in bokap gue,'' terangnya berbohong.
Memang, ya, kalau sekali berbohong, bakal keterusan. Tapi gimana, ia terpaksa melakukannya lagi dan lagi.
''Hmm ... mirip cincin kawin. Make di jari manis pula," tambah Jeje masih sambil mematut-matut cincin milik Kim sobatnya itu.
''Ih, enak aja lo bilang cincin kawin. Ini hadiah dari bokap gue, Limited Edition. Muatnya di sini, ya gimana," elak Kim.
Tentu saja Limited edition, namanya juga cincin kawin.
"Gue kan cuma bilang mirip, sewot amat lo, ah," cibir Jeje.
Bukannya ia sewot, tapi ia was-was saja. Jangan sampai kedua temannya ini malah jadi kepo akut dan memeriksa cincinnya secara detail. Kemudian melihat dengan mata mereka, ada nama Alvin yang tertera dilingkaran cincin. Pastinya mereka akan kaget, karena hanya satu nama Alvin yang mereka kenal. Yap, guru mereka sendiri.
"Aku pulang!!!" Kim berteriak memasuki rumah saat pulang Sekolah. Ia langsung duduk di sofa karna kecapean, apalagi cuaca hari ini sangat panas. Mungkin matahari sudah sangat dekat dengan bumi."Eh, Non udah pulang. Mau bibik bikinin minum?" tanya bibik yang menghampirinya."Nggak usah, Bik. Aku mau tidur aja, capek," tolaknya. "Oiya, Kak Alvin udah pulang belum, Bik?"Entah kesambet apaan, ia sampai menanyakan Alvin yang menurutnya memiliki ekspressi layaknya sebuah tembok. Sangat datar."Den Alvin udah pulang tadi dari Sekolah jam 11, Non. Trus, habis ganti baju langsung pergi lagi ke kantor,'' jelas Bibik."Oo," sahutnya. "Ya udah, Bik ... aku mau ke kamar, istirahat," ujarnya bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamarnya di lantai atas.Setibanya di kamar, saking ngantuk dan capek, ia langsung ketiduran masih dengan seragam Sekolah yang melekat di badannya. Lengkap dengan sepatu yang masih menempel di kaki. &nbs
Hari ini, entah terkena serangan angin apa ia bangun di jam yang begitu pagi. Biasanya bangun jam enam, kini dirinya bangun di jam lima. Apa mungkin ia baru menyadari kalau statusnya saat ini adalah seorang istri? Mungkin."Astaga! Non bikin kaget aja," ujar Bibik kaget, yang tiba-tiba saja dihampiri oleh Kim."Bibik, lebay-nya akut, deh. Biasa aja kali," balas Kim."Ini mah luar biasa, Non. Apa jam di kamarnya, Non, lagi error ya. Secara, ini masih jam lima," jelas Bibik yang sepertinya sedang meledek majikannya itu."Aku tau, Bik, kalau ini masih jam lima, tapi aku pingin bangun cepet aja," dalih Kim memberi jawaban."Non sakit?" tanya Bibik khawatir sambil memegangi dahi Kim."Ih, Bibik apaan, sih." Ia semakin kesal saja."Aduh, aduh, ini ada apaan, subuh-subuh ribut di dapur." Jessica tiba-tiba datang menghampiri Kim dan Bibik yang sedang heboh.
"Ah, itu mobilnya sepupu gue," gagap Kim menjawab pertanyaan Hani.'Andai kalian tahu, kalau itu adalah mobilnya Kak Alvin,' batin Kim mulai resah."Aduh, Han ... mobil kayak gitu banyak kali," ujar Jeje."Ah, iya, ya," setuju Hani dengan pendapat Jeje."Ya udah, gue turun dulu, ya. Makasih udah nganterin," ujar Kim segera turun dari mobil."Nggak nawarin kita masuk dulu gitu?""Hah?!" Tampang kaget langsung ia tunjukkan."Idih, biasa aja dong. Gue cuma becanda doang. Lagi nggak minat main di rumah lo," kelakar Hani dengan candaannya, tapi sukses membuat Jantung Kim seakan mau copot."Huft ... kirain," gumam Kim menghembuskan napas leganya saat keluar dari mobil.Ia segera memasuki halaman rumah dengan sedikit berlari. Berharap agar segera sampai di dalam rumah. Capek, pengin istirahat."Aku pulang!!!" teriakn
Pagi ini Kim berangkat sekolah dengan penampilan yang berbeda. Bahkan dari saat menginjakkan kakinya di area sekolah, semua mata seolah sedang memandang aneh ke arahnya."Kim, ini kenapa lo pake sweater dan masker gitu?" tanya Jeje bingung dengan penampilan sobatnya."Gaya terbaru, ya? Apa perlu gue ngikutin juga?" Hani mengedipkan mata."Lo bilang gaya terbaru? Nih, liat muka gue, tangan gue, semuanya merah-merah," jelas Kim sambil membuka masker dan juga sweater yang ia kenakan."Omigos! Lo kenapa, Beb?" tanya Hani kaget dengan penampakan muka Kim.''Gara-gara makanan lo yang gue icip kemaren, nih," terang Kim memberungut.Hani dan Jeje malah tertawa. Di satu sisi, mereka merasa kasihan. Di sisi lain, penampilan Kim sangatlah lucu. Ada efek merah-merahnya."Makanya, jangan ngambil makanan orang sembarangan.''Karin yang berada di kursi
"Lo nggak makan?" tanya Jeje pada Kim sambil memakan baksonya dengan lahap."Nggak laper," jawab Kim sambil menyeruput jus jeruknya.Di saat yang bersaman, seorang cowok datang menghampiri meja mereka bertiga. Sontak, Kim merasa kaget."Angga, lo kok ...""Iya, ini gue, Kim," sahutnya.Angga adalah salah satu most wanted di sekolah dan juga ketua tim basket. Dia menyukai Kim, begitupun sebaliknya. Tapi, ya itu ... mungkin karna sok ganteng nya, dia suka gonta ganti cewek.Kenapa dia baru nongol? Karna dua minggu ini dia lagi ijin Sekolah, karena ada urusan keluarga."Kim, udah lama kita nggak ketemu. Kangen nggak sama gue?" tanya Angga pada Kim."Ih, apaan, sih," balas Kim merasa risih, entah karena apa. Biasanya juga dia fine-fine aja saat Angga merayunya seperti itu."Oiya, Kim ... gue mau ngomong sesuatu sama lo,
ini adalah hari minggu, hari di mana saatnya Kim dan Alvin pindah ke rumah baru yang sudah disiapkan Alvin. Ia tak menyangka, kalau Alvin akan mengeluarkan uang segitu banyak hanya untuk membeli sebuah rumah."Kimmy Sayang ... baik-baik ya, di rumah yang baru. Jangan cengeng, jangan manja, jangan nakal, jangan suka keluyuran, jangan bikin masalah, jangan buat Alvin susah," pesan Jessica yang seolah-seolah putrinya adalah anak SD yang mau pergi pramuka."Mama apaan, sih? Harusnya Mama sedih gitu anaknya mau pindah. Ini apaan coba, nggak banget deh Mak gue," dengus Kim tak terima.''Nggak boleh bicara gitu sama orangtua," ingatkan Alvin akan ucapan yang digunakan sang istri."Kakak mah, sama aja kayak Mama. Cerewet," gerutunya."Udah-udah. Kalau kamu heboh terus sama Mama, kapan berangkatnya." Giliran William yang mengomeli putrinya."Ya udah. Kalau gitu kita berdua p
Sesampainya di sebuah pusat perbelanjaan ternama yang merupakan milik keluarga Alvin, mereka berdua pun masuk ke sebuah cafe dan memesan makanan."Kamu kenapa, masih mikirin ciuman tadi? Apa mau kita ulang?" tanya Alvin menggoda.Kesal, dengan sengaja Kim malah menyikut lengan suaminya itu. "Udah, jangan bahas ciuman-ciuman lagi," dengusnya.Alvin malah tersenyum mendengar ocehan Kim yang menurutnya sangatlah lucu.'Dia senyum. Ah, mungkin cuma gue cewek yang paling beruntung bisa nyaksiin si Mr.killer senyum kayak gini,' batin Kim memandang fokus ke arah Alvin."Jangan memujiku dalam diam," ucap Alvin.Kim sedikit tersentak saat pikirannya di ketahui Alvin. "Apa? Siapa yang memuji? Pede sekali," balas Kim mengelak."Terserah, karena aku tahu isi hatimu, Kim.""Ish, tidak sopan." Kim memberungut."Oiya, aku mau bilang makasih sama kamu,'' ujar Alvin mengubah topik pembicaraan. Terus membahas, justru malah membuat situasinya dengan gadis i
Di mobil, Kim masih shock dengan kejadian barusan. Ia membayangkan, entah apa yang terjadi kalau kedua sahabatnya itu sampai tahu tentang hubungannya dan Alvin."Maaf, Pak ... ini kita langsung pulang?'' tanya Kim pada sopir."Iya, Non. Bapak memerintahkan saya untuk mengantar Non pulang sampai ke rumah," jelasnya masih sambil mengemudi.Setelah 15 menit perjalanan dari sekolah menuju rumah, akhirnya sampai juga."Makasih, Pak,'' ucapnya pada sopir saat sampai di tujuan.Oke, setengah hari yang membosankan pun akan dimulai. Ya, di rumah yang segede GOR ini, ia cuma sendirian. Bayangkan saja, nggak ada satpam, nggak ada asisten rumah tangga, nggak ada tukang kebun, benar-benar sendirian.
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18:00, semua kejutan dan lain sebagainya sudah selesai di persiapkan. Tinggal menunggu Alvin kembali dari kantor untuk memberi kejutan. "Mama ..." panggil Arland yang baru pulang sekolah. Lihat, jam segini dia baru balik ke rumah. Bukan sekolah, melainkan pulang dari les tambahan. "Udah pulang, Sayang." "Tante di sini?" tanya Arland pada Jeje "Iya," jawab Jeje. "Dilla nya udah pulang ya, Land?" "Udah, Tan." "Ya udah Kim, kalau gitu gue mau pulang dulu. Ntar balik lagi kesini , oke," pamit Jeje. "Bye, Tante." "Dahhh ...." "Ayo, Sayang ... kamu mandi dulu. Udah bau acem," ejek Kim. "Hmm ...," angguknya. "Sekarang ulang tahunnya Papa loh, Mama nggak lupa, kan? Jangan bilang kalau Mama belum nyiapin hadiah buat Papa karna bingung mau ngasih apa?" jelas Arland pada Kim. Ya ... pengalaman tahun kemarin yang ia ungkit kembali. Sampai-sampai putranya sa
Pagi ini sangat berbeda, tak biasanya ia masih berada di balik selimut. Sementara Alvin sudah bangun dan sekarang sedang sarapan bersama Arland. Badannya terasa sangat lemas, nggak ada tenaga, mual, pusing, dan nggak mood untuk melakukan apapun."Sayang ... kamu benar nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Alvin masuk dan menghampiri dirinya yang masih tiduran."Iya, Kak, nggak apa-apa," jawabnya."Aku nggak tenang ninggalin kamu dalam keadaan kayak gini,'' khawatir Alvin"Kan ada Bibik, Kak. Udahlah, sana Kakak ke kantor aja.""Pa ... Ma ..." panggil Arland sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya. Ia tak akan menyelonong masuk ke dalam kamar begitu saja, apalagi kamar orang tuanya. Sangat tidak sopan kalau begitu."Masuk, Sayang ...," jawab Alvin.Mendengar ijin yang di berikan papanya, barulah ia yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun masuk. Ternyata ia masuk bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan segelas susu hangat.
"Kak, bangun dong, Kak Fikri nelepon, nih," ujarnya sambil membangunkan Alvin, tapi tak ada respon."Kak ...."Ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Toh, yang menelepon adalah Fikri."Hallo ....""Kim?" tanya kak fikri"Iyalah, Kak," jawabnya. "Siapa lagi cewek yang bisa menyentuh ponselnya Kak Alvin selain aku." "Ya kali aja Alvin punya selingkuhan, mungkin.""Apa!? Kak Alvin punya selingkuhan!?" kagetnya dengan nada tinggi, sampai-sampai Alvin yang lagi tidur dan dari tadi ia coba bangunkan tak berhasil, sekarang ikut terbangun."Siapa yang selingkuh?" tanya Alvin langsung duduk dengan tampang cengok nya."Ihhh ... masih nanya lagi, Kakak lah yang selingkuh," kesalnya langsung banting tu ponsel ke lantai dan beranjak menuju ke kamar mandi.Alvin ikut m
Sesampainya di rumah, ia langsung jalan menuju ke kamar karna rasanya badannya lagi nggak enak aja. Sementara Alvin, dia lagi teleponan di teras depan sama klien bisnisnya, mungkin. Karna ia juga nggak mau tahu juga lah sama urusan kantor dan pekerjaannya itu.Tapi kalau dia teleponan sama cewek, barulah dirinya bakalan ngamuk."Kamu tidur?" tanya Alvin yang tiba-tiba masuk menghampirinya di tempat tidur."Cuma tidur-tiduran," jawabnya mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Alvin."Hmm ....""Kak, itu masih perih?" tanya Kim sambil menunjuk ke arah bibir Alvin yang luka akibat gigitannya."Iyalah ... kalau kamu ngegigit bibirku dengan penuh nafsu, sih, aku terima meskipun agak sakit.Nah ini enggak, jadi sakit nya tu berasa banget," jelas Alvin dengan penjelasan anehnya itu.Kim yang tadinya masih tiduran, sekarang bangun. "Aku kan udah minta maaf, Kak. Masa iya belum di maa
Pagi ini Alvin memasuki area kantor dengan wajah yang berseri-seri. Biasanya ia akan bersikap dingin dan cuek pada karyawan yang berpapasan dengannya. Tapi kali ini enggak, bahkan ia lah yang menyapa ataupun menegur mereka. Tentu saja ini menjadi tanda tanya besar bagi semua bawahannya. Apa bos mereka kesambet jin atau sejenisnya?"Pak Alvin kenapa, ya?""Tumben banget aura mistisnya nggak kelihatan.""Jangan jangan beliau lagi menang lotre.""Nggak mungkinlah, menang tender dengan nilai yang fantstis aja ekspresinya biasa aja. Itu artinya ini lebih luar biasa dari menang tender." Begitulah komentar beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Mereka semua hanya bisa menebak-nebak tanpa berani untuk bertanya langsung."Pagi, Pak," sapa Alin yang berpapasan dengan Alvin yang hendak memasuki ruangan nya."Pagi," balasnya sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangannya."Apa yang terjadi?" bin
Alvin mengantarkan Kim menuju Rumah Sakit dengan keadaan badan yang lemes pake banget dan mual mual. Ia merasa sudah tak ada lagi stok di lambungnya yang akan dikelurkan, tapi rasa mual itu terus saja munculSetibanya di RS ia langsung di bawa ke UGD dan di periksa sama dokter."Gimana keadaan istri saya, dokter?Apa benar ini cuma asam lambung nya yang lagi kambuh?" tanya Alvin pada Dokter yang habis memeriksa Kim.Dokter malah tersenyum menanggapi pertanyaan Alvin."Bukan ... ini bukan mual mual akibat asam lambung yang kambuh," jawab dokter."Lalu, apa, dok?""Kalau boleh saya tahu, apa kalian berdua lagi berniat punya anak?"Alvin dan Kim malah saling pandang menanggapi pertanyaan dokter. "Maksud dokter?" tanya Kim bingung."Ya, karna setelah saya periksa barusan ... sepertinya saat ini anda sedang hamil."Keduanya langsung memasang tampang kaget mendengar pernyataan dokter. "Serius dok?" tanya Kim tak percaya
Sudah seminggu Hani dan Ceryl berada di Indonesia, dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka untuk kembali ke LA. Kim dan Arland saat ini lagi di bandara untuk mengantar mereka.Pada awalnya, sih, putranya itu menolak buat ikut, tapi ia paksa.Karena semenjak kejadian di acara ultahnya Dilla waktu itu, dia udah males sama Ceryl. Ini pun tampang nya Arland enggak banget. Jutek abiss."Han, hati-hati, ya. Jangan suka ngomel-ngomel nggak jelas sama Ceryl," pesan Kim sama Hani. Soalnya Hani kan gitu orangnya. Kerjaannya ngomel mulu."Iya.""Ceryl sayang, jangan nakal, ya," ujar Kim pada Ceryl."Iya, Tante," balasnya."Arland, nggak mau ngomong sesuatu sama Ceryl?" tanya Kim pada Arland yang masih dengan sikap dingin nya itu"Nggak, Ma," jawabnya singkat tanpa sedikitpun menoleh pa
"Kamu nggak makan, Sayang?" tanya Alvin pada putranya yang duduk sendiri di sofa."Nggak, Pa," jawabnya dingin. "Ini masih lama, ya, Pa, aku pingin cepat-cepat pulang," ungkapnya.Alvin tahu betul apa yang dirasakan Arland. Taoi, ia hanya pura-pura enggak tahu saja."Kenapa? Kok bete?" tanya Alvin lagi."Pa, aku males sama sikapnya Ceryl. Kita pulang aja.""Ya udah, kalau kamu maunya gitu. Papa bilang sama Mama dulu, ya."Alvin segera menghampiri Kim yang saat itu lagi ngobrol sama Hani dan Jeje."Kim, aku mau bicara bentar," ujar Alvin pada Kim."Apa?" tanya Kim.Hani dan Jeje pun ikut menunggu apa yang akan dikatakan Alvin pada Kim."Berdua, Kim," tambah Alvin sambil berlalu pergi kembali pada Arland."Ishh ....," dengus Kim sambil mengikuti langkah kaki suaminya tercinta. Dan ternyata Alvin malah mengajaknya untuk menghampiri Arland.Kim mengedarkan pandangan pada duo sosok laki-laki yang sangat e
"Ma, aku duduk di situ, ya," ujar Arlan pada Kim."Iya, Sayang," jawabnya."Hani belum datang, ya?" tanya Kim pada semuanya."Yuhuuu ... Hani di sini.""Ceryl juga di sini."Parah ... anak dan Emak kelakuannya sama persis. Heboh, rempong dan nggak bisa diam."Emak-emak rempong datang sama penerusnya," gumam Ricky sedikit melambatkan suaranya, tapi tetap saja masih bisa dengar. Buktinya, Hani langsung berkomentar."Biarin, dari pada jones akut," ledek Hani tak mau kalah"Eh ... jangan bawa-bawa status dong Hani yang cempreng. Aku bukannya jones, cuma belum punya pasangan aja," bantah Ricky tak terima."Terserah lah apa kata Kakak. Intijya, sih, tetap saja masih sendirian, enggak ada yang belai-belai manja, enggak ada yang bilang sayang." Hani tetap pada ejekannya.Keh