'Deg.' Hatinya bergetar saat tangan itu menyentuhnya.
"Aku mohon jangan lakuin itu, aku nggak mau Kakak seperti ini," ucapnya masih dalam keadaan memeluk Alvin.
Mendengar kata-kata itu, Alvin menyadari siapa yang sedang memeluknya saat ini. Senjata yang tadinya sudah siap mengeluarkan pelurunya, dan siap menembus kepala Dita, tiba-tiba jatuh dari tangannya.
"Kembalilah menjadi Kak Alvin yang dingin. Aku rela di omelin tiap hari, di madu dengan buku-bukumu yang banyak itu, tapi jangan seperti ini. Aku sangat tidak menyukainya," ucapnya melanjutkan kata-kata sambil menangis sesegukan.
Alvin yang tadinya masih membelakanginyapun langsung berbalik badan dan membalas pelukannya. Karena ia tau pasti, siapa dia. Ya, dialah Kim, wanita yang berhasil membuatnya tergila-gila. Wanita yang sudah berhasil membuat hatinya tunduk.
"Maafin aku yang nggak mempercayai Kakak, maafin aku yang masih kekanak-kanakan," ujar Kim lagi sam
Restu yang tadinya sudah keluar dari ruangan Alvin, sekarang ia kembali lagi. Seperti sedang memikirkan sesuatu yang amat sangat penting. Ia duduk di kursi yang berhadapan dengan mejanya Alvin. Seolah sedang merangkai kata yang akan ia keluarkan."Ada apa lagi?" tanya Alvin dengan pandangannya yang tak beranjak dari laptop."Vin, lemburnya besok aja ya, pliss. Gue mau ngedate sama cewek gue," mohon Restu dengan tampangnya yang ia buat semenyedihkan mungkin."Besok minggu, lo mau kerja sendirian, hah?""Lo jugalah.""Gue besok mau istirahat seharian, gue capek," jelas Alvin menolak mentah-mentah permintaan Restu."Bilang aja lo mau berduaan bareng Kim di rumah. Pake alesan capek, mau istirahat segala lah," kesal Restu karna permintaannya tak di kabulkan
"Nyusulin, Kim," jawabnya singkat"Hah, siapa, ya? Emang kita kenal gitu?" tanya Kim sok nggak kenal"Yakin, nggak kenal sama aku?" kesalnya sambil mencubit pipi Kim gemes."Ini sakit loh, Kak," gerutu Kim sambil memegangi pipinya yang merah karna bekas cubitan."Masih tetap nggak kenal?''"Ngapain kesini, bukannya tadi nggak mau? Sekalian aja tidur di kantor!""Itu nggak enak banget loh, Vin," ledek Ryan."Sorry," ucapnya. "Jadi gimana, dinner-nya?""Gagal! Kakak nggak liat kita lagi makan," balas Kim masih dengan wajah cemberutnya."Ditinggal aja," ujar alvin singkat sambil menarik tangan Kim untuk pergi dari sana."Eh, eh, mau kemana?" tanya Kim yang masih diseret oleh Alvin dan entah akan di bawa kemana.Sementara Ryan, Jeje dan Dylan cuma menatap ke arah mereka bersua sambil geleng-geleng sambil berpikir, 'ada ya pasangan kayak gitu.'Alvin mengajak Kim menuju sebuah taman.
Saat ini Kim dan Alvin sudah berada di kediaman Doni dan Mila. Sesuai janjinya Kim tadi, yang ingin membantu mama mertuanya packing barang. Sedangkan Alvin sendiri, dia masih sibuk sama laptopnya itu. Memang bener-bener ya ni orang, orang tuanya mau pergi dia mah santai aja. Apa cowok emang kayak gitu."Kim, kalau kami nggak ada di sini, jangan berantem lagi ya, sama Alvin. Mama tau, Alvin itu orangnya nyebelin banget, tapi dia sebenarnya sangat baik dan penyayang. Cuman cara dan ngungkapinnya aja yang beda," pesan Mila pada menantunya saat beberes."Iya, Ma.""Kami di sana nggak akan bahagia dan tenang, kalau ada apa-apa sama kalian."''Iya, Ma."Setelah membantu mama mertuanya, Kim dan Alvin balik ke rumah pada jam 9 malem. Sumpah, ini mata udah nggak bisa di ajak kompromi lagi. Ngantuknya pake berat. Seolah ada iblis yang bertengger di kelopak matanya."Kak, ntar kalo udah nyampe bangunin, ya, aku ngantuk," ujar K
Ternyata kedua orang tua Kim lah yang datang."Alvin, kamu yang sabar ya, Nak. Semua kejadian ini udah ada yang ngatur," ujar Jessica menenangkan menantunya."Sekarang aku udah nggak punya orang tua lagi," ucapnya dengan nada lirih."Jangan bicara begitu. Kami ini orang tua kamu, Vin, kamu adalah putra kami. Jadi, jangan berfikir seperti itu," tambah William.Di saat itu, ponsel yang ada di dalam genggaman Alvin berdering, tapi ia abaikan saja. Kim yang penasaran, mengambil alih. Ternyata, Restu lah yang menghubungi."Aku keluar bentar," ucap Kim beranjak dari duduknya menuju teras depan."Hallo, Kak," jawab Kim."Aku udah cek ke bandara, dan sudah dipastikan kalau orang tua Alvin menjadi korban," jelas Restu di telepon."Hmm, makasih, Kak, udah bantuin cari infonya," ucapnya menutup percakapan dengan Restu.Ia kembali masuk,
"Siapa?" tanya Andi"Rekan Guru sama anggota OSIS," jelas Kim dengan wajah panik, tapi Andi cuma menanggapinya dengan tampang bengong. "Cepetan dong, Kak," geramnya semakin gregetan.Akhirnya ia dan Andi segera mencopot satu-persatu foto yang ada dirinya. Ya kali semua orang ntar pada lihat, kenapa ada fotonya di rumah Alvin? Nggak mungkin ia jawab kalau, 'saya istrinya Pak Alvin'.itu benar-benar masalah besar.Setelah selesai, untuk kesekian kalinya ia kembali hendak membangunkan Alvin"Biar aku yang bangunin, sana kamu ke kamar aja, ngumpet dalam lemari," suruh Andi.Ni orang dalam keadaan panik gini masih sempat-sempatnya buat becanda. Ngapain juga mesti ngumpet dalam lemari.Dengan segera, Kim menuruti ucapan Andi untuk ke kamar, tapi tidak dengan ngumpet dalam lemari."Vin, woyy bangun!!! Dasar kebo, ntar gelar pangeran lo gue ambil baru tau rasa." Andi langsung heboh tepat di telinga Alvin, dan itu memang sengaja ia laku
Kim mengantar ketiga sahabatnya ke teras depan, saat mereka akan pulang setelah puas bergosip ria dan Dylan menjadi pendengar yang baik."Loh, itu bukannya mobil Pak Alvin?" tunjuk Jeje pada sebuah mobil yang sudah terparkir cantik di halaman."Wah, Pak Alvin udah pulang dong," ujar Hani bergidik ngeri"Kayaknya," balas Kim.Alvin tiba-tiba datang dari arah dapur, karena saat itu dia lagi memegang sebuah minuman kaleng dan pastinya itu diambil dari kulkas yang ada di dapur. Sepertinya dia sudah pulang dari tadi, soalnya saat ini ia sudah berganti pakaian dengan jeans selutut dan kaos hugo berwarna putih. Dan Kim sangat menyukai pemandangan itu."Kalian mau kemana?" tanya Alvin menghampiri."Kita mau pulang, Pak." Jeje yang menjawab."Kita kesini mau ketemu sama Kim, Pak, dan juga kita turut berduka atas meninggalnya orang tua Bapak," jelas Dylan"Iya, makasih.""Kalau gitu kita pamit dulu ya, Pak," uca
Nama yang tertera di layar ponsel Kim adalah My Lovely. Tentu saja ia sedikit ragu untuk menjawab, meskipun akhirnya ia jawab juga."Ya, hallo. Siapa, sih?" tanya Kim."Lagi dimana?""Lagi makan di cafe depan sekolah. Ini siap..."Tiba-tiba dia yang diseberang sana langsung memutus percakapan dengan Kim begitu saja."Ini, nih, yang bikin sakit hati. Orang lagi ngomong, main matiin aja." Kim langsung mengomel-ngomel."Why, Kim? Why?" tanya Dylan sok-sok'an pake bahasa inggris."Nggak tau siapa yang nelepon. Waktu gue tanya langsung di matiin.""Ada namanya di ponsel lo?" tanya Jeje."Ah, iya. Itu masalahnya, di sini tertera namanya my lovely. Tapi gue nggak tau siapa. Dan yang pasti, bukan gue juga yang buat," jelas Kim sambil nunjukin layar ponselnya pada mereka bertiga."Apa kalian berdua sependapat s
Kim duduk di teras belakang, karena malas berdebat dengan Alvin. Ujung-ujungnya malah dia yang dianggap salah."Non, makan malam udah Bibik siapin di meja," ujar Bibik tiba-tiba menghampiri."Iya, Bik," jawab Kim. "Oiya, Bibik bisa panggilin Kak Alvin untuk makan?" Meski kesal, ia tetap seorang istri yang memikirkan suaminya."Tadi udah Bibik panggil, Non, tapi Den Alvin bilang Lagi sibuk. Non di minta buat makan duluan aja," jelas Bibik"Ya udah, Bik, nanti aku makan." Mendengar ucapannya, Bibik pun berlalu pergi.Yang ia takutkan kemarin, akhirnya terjadi juga. Sekarang, apa yang mesti ia lakukan.Setelah selesai makan malam sendirian, Kim menuju ke kamar untuk istirahat. Meskipun ini baru jam 9'an tapi ia merasa sangat capek. Lebih tepatnya capek pikiran. Sedangkan Alvin, di mana lagi kalau bukan di ruang kerjanya.---000---
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18:00, semua kejutan dan lain sebagainya sudah selesai di persiapkan. Tinggal menunggu Alvin kembali dari kantor untuk memberi kejutan. "Mama ..." panggil Arland yang baru pulang sekolah. Lihat, jam segini dia baru balik ke rumah. Bukan sekolah, melainkan pulang dari les tambahan. "Udah pulang, Sayang." "Tante di sini?" tanya Arland pada Jeje "Iya," jawab Jeje. "Dilla nya udah pulang ya, Land?" "Udah, Tan." "Ya udah Kim, kalau gitu gue mau pulang dulu. Ntar balik lagi kesini , oke," pamit Jeje. "Bye, Tante." "Dahhh ...." "Ayo, Sayang ... kamu mandi dulu. Udah bau acem," ejek Kim. "Hmm ...," angguknya. "Sekarang ulang tahunnya Papa loh, Mama nggak lupa, kan? Jangan bilang kalau Mama belum nyiapin hadiah buat Papa karna bingung mau ngasih apa?" jelas Arland pada Kim. Ya ... pengalaman tahun kemarin yang ia ungkit kembali. Sampai-sampai putranya sa
Pagi ini sangat berbeda, tak biasanya ia masih berada di balik selimut. Sementara Alvin sudah bangun dan sekarang sedang sarapan bersama Arland. Badannya terasa sangat lemas, nggak ada tenaga, mual, pusing, dan nggak mood untuk melakukan apapun."Sayang ... kamu benar nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Alvin masuk dan menghampiri dirinya yang masih tiduran."Iya, Kak, nggak apa-apa," jawabnya."Aku nggak tenang ninggalin kamu dalam keadaan kayak gini,'' khawatir Alvin"Kan ada Bibik, Kak. Udahlah, sana Kakak ke kantor aja.""Pa ... Ma ..." panggil Arland sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya. Ia tak akan menyelonong masuk ke dalam kamar begitu saja, apalagi kamar orang tuanya. Sangat tidak sopan kalau begitu."Masuk, Sayang ...," jawab Alvin.Mendengar ijin yang di berikan papanya, barulah ia yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun masuk. Ternyata ia masuk bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan segelas susu hangat.
"Kak, bangun dong, Kak Fikri nelepon, nih," ujarnya sambil membangunkan Alvin, tapi tak ada respon."Kak ...."Ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Toh, yang menelepon adalah Fikri."Hallo ....""Kim?" tanya kak fikri"Iyalah, Kak," jawabnya. "Siapa lagi cewek yang bisa menyentuh ponselnya Kak Alvin selain aku." "Ya kali aja Alvin punya selingkuhan, mungkin.""Apa!? Kak Alvin punya selingkuhan!?" kagetnya dengan nada tinggi, sampai-sampai Alvin yang lagi tidur dan dari tadi ia coba bangunkan tak berhasil, sekarang ikut terbangun."Siapa yang selingkuh?" tanya Alvin langsung duduk dengan tampang cengok nya."Ihhh ... masih nanya lagi, Kakak lah yang selingkuh," kesalnya langsung banting tu ponsel ke lantai dan beranjak menuju ke kamar mandi.Alvin ikut m
Sesampainya di rumah, ia langsung jalan menuju ke kamar karna rasanya badannya lagi nggak enak aja. Sementara Alvin, dia lagi teleponan di teras depan sama klien bisnisnya, mungkin. Karna ia juga nggak mau tahu juga lah sama urusan kantor dan pekerjaannya itu.Tapi kalau dia teleponan sama cewek, barulah dirinya bakalan ngamuk."Kamu tidur?" tanya Alvin yang tiba-tiba masuk menghampirinya di tempat tidur."Cuma tidur-tiduran," jawabnya mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Alvin."Hmm ....""Kak, itu masih perih?" tanya Kim sambil menunjuk ke arah bibir Alvin yang luka akibat gigitannya."Iyalah ... kalau kamu ngegigit bibirku dengan penuh nafsu, sih, aku terima meskipun agak sakit.Nah ini enggak, jadi sakit nya tu berasa banget," jelas Alvin dengan penjelasan anehnya itu.Kim yang tadinya masih tiduran, sekarang bangun. "Aku kan udah minta maaf, Kak. Masa iya belum di maa
Pagi ini Alvin memasuki area kantor dengan wajah yang berseri-seri. Biasanya ia akan bersikap dingin dan cuek pada karyawan yang berpapasan dengannya. Tapi kali ini enggak, bahkan ia lah yang menyapa ataupun menegur mereka. Tentu saja ini menjadi tanda tanya besar bagi semua bawahannya. Apa bos mereka kesambet jin atau sejenisnya?"Pak Alvin kenapa, ya?""Tumben banget aura mistisnya nggak kelihatan.""Jangan jangan beliau lagi menang lotre.""Nggak mungkinlah, menang tender dengan nilai yang fantstis aja ekspresinya biasa aja. Itu artinya ini lebih luar biasa dari menang tender." Begitulah komentar beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Mereka semua hanya bisa menebak-nebak tanpa berani untuk bertanya langsung."Pagi, Pak," sapa Alin yang berpapasan dengan Alvin yang hendak memasuki ruangan nya."Pagi," balasnya sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangannya."Apa yang terjadi?" bin
Alvin mengantarkan Kim menuju Rumah Sakit dengan keadaan badan yang lemes pake banget dan mual mual. Ia merasa sudah tak ada lagi stok di lambungnya yang akan dikelurkan, tapi rasa mual itu terus saja munculSetibanya di RS ia langsung di bawa ke UGD dan di periksa sama dokter."Gimana keadaan istri saya, dokter?Apa benar ini cuma asam lambung nya yang lagi kambuh?" tanya Alvin pada Dokter yang habis memeriksa Kim.Dokter malah tersenyum menanggapi pertanyaan Alvin."Bukan ... ini bukan mual mual akibat asam lambung yang kambuh," jawab dokter."Lalu, apa, dok?""Kalau boleh saya tahu, apa kalian berdua lagi berniat punya anak?"Alvin dan Kim malah saling pandang menanggapi pertanyaan dokter. "Maksud dokter?" tanya Kim bingung."Ya, karna setelah saya periksa barusan ... sepertinya saat ini anda sedang hamil."Keduanya langsung memasang tampang kaget mendengar pernyataan dokter. "Serius dok?" tanya Kim tak percaya
Sudah seminggu Hani dan Ceryl berada di Indonesia, dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka untuk kembali ke LA. Kim dan Arland saat ini lagi di bandara untuk mengantar mereka.Pada awalnya, sih, putranya itu menolak buat ikut, tapi ia paksa.Karena semenjak kejadian di acara ultahnya Dilla waktu itu, dia udah males sama Ceryl. Ini pun tampang nya Arland enggak banget. Jutek abiss."Han, hati-hati, ya. Jangan suka ngomel-ngomel nggak jelas sama Ceryl," pesan Kim sama Hani. Soalnya Hani kan gitu orangnya. Kerjaannya ngomel mulu."Iya.""Ceryl sayang, jangan nakal, ya," ujar Kim pada Ceryl."Iya, Tante," balasnya."Arland, nggak mau ngomong sesuatu sama Ceryl?" tanya Kim pada Arland yang masih dengan sikap dingin nya itu"Nggak, Ma," jawabnya singkat tanpa sedikitpun menoleh pa
"Kamu nggak makan, Sayang?" tanya Alvin pada putranya yang duduk sendiri di sofa."Nggak, Pa," jawabnya dingin. "Ini masih lama, ya, Pa, aku pingin cepat-cepat pulang," ungkapnya.Alvin tahu betul apa yang dirasakan Arland. Taoi, ia hanya pura-pura enggak tahu saja."Kenapa? Kok bete?" tanya Alvin lagi."Pa, aku males sama sikapnya Ceryl. Kita pulang aja.""Ya udah, kalau kamu maunya gitu. Papa bilang sama Mama dulu, ya."Alvin segera menghampiri Kim yang saat itu lagi ngobrol sama Hani dan Jeje."Kim, aku mau bicara bentar," ujar Alvin pada Kim."Apa?" tanya Kim.Hani dan Jeje pun ikut menunggu apa yang akan dikatakan Alvin pada Kim."Berdua, Kim," tambah Alvin sambil berlalu pergi kembali pada Arland."Ishh ....," dengus Kim sambil mengikuti langkah kaki suaminya tercinta. Dan ternyata Alvin malah mengajaknya untuk menghampiri Arland.Kim mengedarkan pandangan pada duo sosok laki-laki yang sangat e
"Ma, aku duduk di situ, ya," ujar Arlan pada Kim."Iya, Sayang," jawabnya."Hani belum datang, ya?" tanya Kim pada semuanya."Yuhuuu ... Hani di sini.""Ceryl juga di sini."Parah ... anak dan Emak kelakuannya sama persis. Heboh, rempong dan nggak bisa diam."Emak-emak rempong datang sama penerusnya," gumam Ricky sedikit melambatkan suaranya, tapi tetap saja masih bisa dengar. Buktinya, Hani langsung berkomentar."Biarin, dari pada jones akut," ledek Hani tak mau kalah"Eh ... jangan bawa-bawa status dong Hani yang cempreng. Aku bukannya jones, cuma belum punya pasangan aja," bantah Ricky tak terima."Terserah lah apa kata Kakak. Intijya, sih, tetap saja masih sendirian, enggak ada yang belai-belai manja, enggak ada yang bilang sayang." Hani tetap pada ejekannya.Keh