Ternyata Kim malah bertabrakan dengan Alvin. Ia tepat berada di atas tubuh suaminya sendiri.
Hening..
Jarak antara Kim dengan Alvin saat itu sangat-sangat dekat. Hanya beberapa centi. Saking dekatnya, nyamuk saja tak bisa lewat di antara wajah keduanya.
"Woyy ...., kalau mau mesra-mesraan, inget tempat dong." Suara teriakan mengagetkan Alvin dan Kim, hingga mereka langsung tersadar dengan ekspresi canggung.
Kim segera beranjak dari tubuh Alvin, dan merapikan rambutnya. Begitupun dengan Alvin yang kembali berdiri.
"Pangeran kita parah, di Sekolah mau main juga," tambah yang lain ikut-ikutan.
Ternyata yang datang adalah teman-teman Alvin. Mereka semua berjumlah lima orang. Coba saja kalau yang mergokin barusan adalah guru atau siswa lain, pasti masalah besar.
"Kalau gitu, aku balik dulu," pamit Kim malu-malu. Saking malunya, ingin ia kantongi mukanya dengan kantong kresek.
"Ntar dilanjutin ya, Kim," ledek mereka
Teriakan Hani paling kuat di antara mereka, menggelegar seantero penjuru hutan."Jangan teriak. Kalian pikir kita setan!" serunya menghentikan teriakan mereka bertiga."Bukan setan, Kim?" tanya Hani sambil berbisik masih dengan takut-takut karena suasana yang memang sangat gelap."Katanya, sih, bukan," jawab Kim juga berbisik."Kalian bertiga ngapain berkeliaran di hutan?" tanya seseorang, dan Kim bisa memastikan kalau dia buka setan. Karna ia hafal betul dengan suara itu. Ya siapa lagi kalau bukan, Alvin.Tak ada satupun di antara mereka yang menjawab."Saya sedang bertanya!""Itu, nganterin Hani ke toilet. Nggak mungkinkan kalau minta anterin sama pembimbing. Kan cowok," jelas Kim."Kecuali kalau Kim yang kebelet, baru lo bisa anterin, Vin," sambung Ryan yang berada di antara mereka."Lain kali ijin dulu sama pembimbing, kalau kalian nyasar atau gimana kan kita semua bingung mau cari kemana," jelas A
"Ayo naik," pinta Alvin yang sedang berjongkok dihadapan Kim."Bapak ngapain?" tanya Kim bingung."Jangan melihat saya sebagai guru kamu. Jadi, ayo naik," perintah Alvin lagi.Kim bingung, dan tak habis pikir dengan Alvin. Apa dia akan membongkar tentang hubungan mereka di hadapan Dylan."Pak, bukan gimana-gimana, ya, tapi kok saya ngelihat hubungan Bapak sama Kim kayak ada--""Ada baiknya kita lanjut jalan, oke." Andi langsung menimpali perkataan Dylan."Ayo, naik," perintah Alvin untuk kedua kalinyaDengan sangat sangat terpaksa, Kim menerima ajakan Alvin untuk naik ke punggungnya.Sebenernya ia tak tega, saat Alvin harus jalan di hutan sambil menggendongnya kayak gini. Ya tapi gimana lagi, ia benar-benar sudah tak sanggup lagi untuk berjalan.Akhirnya, Kim meralat ucapannya yang merutuki Alvin, dan ia akui kalau suaminya ini adalah paket sempurna."Maaf, aku ngerepotin Kakak terus," bisik Kim di telinga Alvin.
Kim berjalan menuju mobil dibantu oleh Jeje, dan Hani. Pada saat sampai di mobil, ternyata Alvin sudah berada di sana."Masih sakitkah?" tanya Alvin pada Kim saat membantunya naik ke mobil."Enggak, sih. Paling nungguin lukanya kering," jawabnya."Dasar. Lo modus doang kan, biar bisa deket-deket sama Pak Alvin!"Tiba-tiba si bianglala, eh, maksudnya si Karin langsung datang dan melabrak Kim dengan hebohnya. Kim tak membalas, karena berurusan dengan orang mbok, kita juga bakalan ikutan jadi mabok."Apaan sih lo, datang-datang langsung heboh. Lo kira Kim itu elo, yang suka modus cuman buat dapetin cowok."Jeje langsung membalas ucapan Karin."Sahabat lo itu gatal tau nggak. Bisa-bisanya dia nyari alesan dengan luka di kakinya biar bisa dekat dengan Pak Alvin," tambahnya pada Jeje."Gue lupa lagi bawa racun tikus. Kalau enggak, udah gue racunin lo, Rin," kesal Jeje.Alvin tak menggubris ucapan Karin. Ia se
Tiba-tiba Alvin langsung bangun, dan dalam hitungan detik kini ia sudah berada di atas tubuh Kim.Selamat buat Kim yang sudah membangunkan macan yang sedang tidur."Udah bangun sejak kapan?" tanya Kim kaget."Sejak kamu muji-muji saya, dan habis itu kamu bilang saya nyebelin. Apa itu Kimmy? Kamu ngasih saya angin syurga, habis itu kamu lempar ke neraka, gitu?"Denger, kan? Dengar, kan? Sebenarnya Alvin itu cerewet banget, tampangnya aja yang diam-diam bae. Sok polos."Saya mah bicara yang kenyataan, bohong kan, dosa," ujar Kim sambil tertawa yang sangat-sangat terpaksa. Tapi sebenarnya, jantungnya sudah berasa mau copot. Soalnya Alvin masih dalam posisi menindihnya. Posisi yang membuatnya merasa panas dingin."Jadi?""Jadi, bisa nggak Kakak minggir dulu, berat, aku jadi nggak bisa nafas," ujar Kim sambil mendorong badannya Alvin, bukannya terlepas, tapi ia malah semakin mengunci Kim di bawah tubuhnya."Nggak bisa nafas? Memangn
"Kim," sapa seseorang menghampiri, tapi lebih tepatnya, dua orang."Loh, kalian berdua kok ada di sini? Bukannya masih kemah," tanya Kim pada dua orang gadis yang menghampirinya. Siapa lagi kalau bukan Jeje sama Hani."Iya, ini kita. Nggak lupa, kan?" tanya Hani dengan tampang oon nya."Belanja?""Bukan, tapi habis nyari buku. Padahal kita baru aja nyampe, badan masih pegel-pegel, eh, tiba-tiba si Hani malah ngingetin tugas dari Pak Alvin," dengus Jeje menjelaskan."Tugas?""Lo lupa, Pak Alvin kan minta kita buat bawa buku berbahasa inggris yang berhubungan dengan alam," jelas Hani langsung duduk di kursi yang ada di samping Kim tanpa permisi."Aduh, gue lupa," ujar Kim sambil menepuk jidatnya sendiri."Trus, Tante ini siapa?" tanya Jeje sambil melirik ke arah Mila yang ada duduk di sebelah Kim."Oh, kenalin, ini Mamanya Pak Alvin," jawab Kim memperkenalkan mertuanya."Oo .., Mama mertua," ujar
"Akan apa?" tantang Kim."Kim, kita itu cuma berdua di sini. Bisa saja terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Kamu nggak takut?" tanya Alvin sambil duduk di kursi dengan santai.Hal-hal yang tidak diinginkan? Ooh, pikirannya benar-benar mesum."Ya, aku bakalan--""Teriak maksud kamu," sambung Alvin. "Teriak sampe suara kamu ilang pun, nggak akan kedengeran keluar, Kim," ingatkan Alvin.Jujur, pemikiran Kim sudah ngacir kemana-mana."Hehehe, maaf deh, Kak, tadi kan cuma becanda. Nggak lagi-lagi," ujar Kim duduk disamping Alvin dengan tampang sok memelas.Alvin merangkul pundak Kim."Memangnya apa yang kamu pikirkan waktu aku bilang mau apa-apain kamu, hah?" Tanya Alvin menatap Kim.Ning..nong..ning..Kim langsung bengong. Tapi, nggak mungkin juga ia bilang kalau sebenarnya dirinya berpikiran kalau Alvin akan, mm, bakalan itu."Memikirkan hal jorok ya?" tuduh Alvin, dan tepatnya l
Kim merasa nafasnya akan berhenti saat itu juga. Ia sedang tercyduck untuk kedua kalinya.Saat mengarahkan pandangan ke asal sumber suara, mereka berdua kaget, dan langsung menjaga jarak satu sama lain."Kalian sedang apa?" tanya Alvin.Ternyata, mereka berdua dipergoki oleh Dylan, Hani, dan Jeje."Anu, maaf, Pak. Kita cuma--""Cuma apa? Kalian kurang kerjaan, sampai harus menguping di depan pintu." Alvin langsung mengomeli mereka bertiga."Kita nggak nguping kok, Pak. Kita cuma ngikutin Kim, takut terjadi sesuatu," terang Dylan. "Dan ternyata emang terjadi sesuatu, kan," jelas Dylan melambatkan suaranya, tapi masih bisa didengar.Sebenarnya Kim merasa sangat malu karna ketahuan ciuman. Eh ralat, bukan ciuman, maksudnya, nggak sengaja ciuman. Tapi ngeliat tampang pucatnya ni orang bertiga, malah jadi lucu, bikin ngakak. Udah habis berapa kantong tu darah mereka dihisap sama Alvin, sampai pucat begitu. Eits, tapi Alvin bukan vampir loh
"Kyaaaa!!!"Kim berteriak histeris kaget saat penampakan itu menyilaukan matanya. Pun dengan Alvin yang segera melilitkan handuk ke pinggangnya."Omaigat! Mata gue udah nggak suci lagi," umpat Kim langsung kabur dari hadapan Alvin, keluar dari kamar menuju lantai bawah.Ia segera mengambil air mineral di lemari es, dan duduk diam di sofa dengan tatapan aneh."Oke, Kimmy, tenang, lo nggak ngeliat apa-apa," gumam Kim menenangkan hatinya. "Tenang, rileks, dan, huaaa.., gue ngeliat semuanya," jeritnya lagi merutuki."Kamu kenapa?" tanya Alvin yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapan Kim dengan stelan kantor.Melihat wajah Alvin, membuatnya teringat kejadian barusan. Penampakan itu belum hilang dari memory otaknya."Masih nanya kenapa. Mata aku udah nggak suci lagi, nih," kesal Kim tak terima."Ck, harus dibiasakan," jawabnya simple and perfect.Harus dibiasakan? Oh, ayolah, apa yang dia
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18:00, semua kejutan dan lain sebagainya sudah selesai di persiapkan. Tinggal menunggu Alvin kembali dari kantor untuk memberi kejutan. "Mama ..." panggil Arland yang baru pulang sekolah. Lihat, jam segini dia baru balik ke rumah. Bukan sekolah, melainkan pulang dari les tambahan. "Udah pulang, Sayang." "Tante di sini?" tanya Arland pada Jeje "Iya," jawab Jeje. "Dilla nya udah pulang ya, Land?" "Udah, Tan." "Ya udah Kim, kalau gitu gue mau pulang dulu. Ntar balik lagi kesini , oke," pamit Jeje. "Bye, Tante." "Dahhh ...." "Ayo, Sayang ... kamu mandi dulu. Udah bau acem," ejek Kim. "Hmm ...," angguknya. "Sekarang ulang tahunnya Papa loh, Mama nggak lupa, kan? Jangan bilang kalau Mama belum nyiapin hadiah buat Papa karna bingung mau ngasih apa?" jelas Arland pada Kim. Ya ... pengalaman tahun kemarin yang ia ungkit kembali. Sampai-sampai putranya sa
Pagi ini sangat berbeda, tak biasanya ia masih berada di balik selimut. Sementara Alvin sudah bangun dan sekarang sedang sarapan bersama Arland. Badannya terasa sangat lemas, nggak ada tenaga, mual, pusing, dan nggak mood untuk melakukan apapun."Sayang ... kamu benar nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Alvin masuk dan menghampiri dirinya yang masih tiduran."Iya, Kak, nggak apa-apa," jawabnya."Aku nggak tenang ninggalin kamu dalam keadaan kayak gini,'' khawatir Alvin"Kan ada Bibik, Kak. Udahlah, sana Kakak ke kantor aja.""Pa ... Ma ..." panggil Arland sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya. Ia tak akan menyelonong masuk ke dalam kamar begitu saja, apalagi kamar orang tuanya. Sangat tidak sopan kalau begitu."Masuk, Sayang ...," jawab Alvin.Mendengar ijin yang di berikan papanya, barulah ia yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun masuk. Ternyata ia masuk bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan segelas susu hangat.
"Kak, bangun dong, Kak Fikri nelepon, nih," ujarnya sambil membangunkan Alvin, tapi tak ada respon."Kak ...."Ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Toh, yang menelepon adalah Fikri."Hallo ....""Kim?" tanya kak fikri"Iyalah, Kak," jawabnya. "Siapa lagi cewek yang bisa menyentuh ponselnya Kak Alvin selain aku." "Ya kali aja Alvin punya selingkuhan, mungkin.""Apa!? Kak Alvin punya selingkuhan!?" kagetnya dengan nada tinggi, sampai-sampai Alvin yang lagi tidur dan dari tadi ia coba bangunkan tak berhasil, sekarang ikut terbangun."Siapa yang selingkuh?" tanya Alvin langsung duduk dengan tampang cengok nya."Ihhh ... masih nanya lagi, Kakak lah yang selingkuh," kesalnya langsung banting tu ponsel ke lantai dan beranjak menuju ke kamar mandi.Alvin ikut m
Sesampainya di rumah, ia langsung jalan menuju ke kamar karna rasanya badannya lagi nggak enak aja. Sementara Alvin, dia lagi teleponan di teras depan sama klien bisnisnya, mungkin. Karna ia juga nggak mau tahu juga lah sama urusan kantor dan pekerjaannya itu.Tapi kalau dia teleponan sama cewek, barulah dirinya bakalan ngamuk."Kamu tidur?" tanya Alvin yang tiba-tiba masuk menghampirinya di tempat tidur."Cuma tidur-tiduran," jawabnya mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Alvin."Hmm ....""Kak, itu masih perih?" tanya Kim sambil menunjuk ke arah bibir Alvin yang luka akibat gigitannya."Iyalah ... kalau kamu ngegigit bibirku dengan penuh nafsu, sih, aku terima meskipun agak sakit.Nah ini enggak, jadi sakit nya tu berasa banget," jelas Alvin dengan penjelasan anehnya itu.Kim yang tadinya masih tiduran, sekarang bangun. "Aku kan udah minta maaf, Kak. Masa iya belum di maa
Pagi ini Alvin memasuki area kantor dengan wajah yang berseri-seri. Biasanya ia akan bersikap dingin dan cuek pada karyawan yang berpapasan dengannya. Tapi kali ini enggak, bahkan ia lah yang menyapa ataupun menegur mereka. Tentu saja ini menjadi tanda tanya besar bagi semua bawahannya. Apa bos mereka kesambet jin atau sejenisnya?"Pak Alvin kenapa, ya?""Tumben banget aura mistisnya nggak kelihatan.""Jangan jangan beliau lagi menang lotre.""Nggak mungkinlah, menang tender dengan nilai yang fantstis aja ekspresinya biasa aja. Itu artinya ini lebih luar biasa dari menang tender." Begitulah komentar beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Mereka semua hanya bisa menebak-nebak tanpa berani untuk bertanya langsung."Pagi, Pak," sapa Alin yang berpapasan dengan Alvin yang hendak memasuki ruangan nya."Pagi," balasnya sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangannya."Apa yang terjadi?" bin
Alvin mengantarkan Kim menuju Rumah Sakit dengan keadaan badan yang lemes pake banget dan mual mual. Ia merasa sudah tak ada lagi stok di lambungnya yang akan dikelurkan, tapi rasa mual itu terus saja munculSetibanya di RS ia langsung di bawa ke UGD dan di periksa sama dokter."Gimana keadaan istri saya, dokter?Apa benar ini cuma asam lambung nya yang lagi kambuh?" tanya Alvin pada Dokter yang habis memeriksa Kim.Dokter malah tersenyum menanggapi pertanyaan Alvin."Bukan ... ini bukan mual mual akibat asam lambung yang kambuh," jawab dokter."Lalu, apa, dok?""Kalau boleh saya tahu, apa kalian berdua lagi berniat punya anak?"Alvin dan Kim malah saling pandang menanggapi pertanyaan dokter. "Maksud dokter?" tanya Kim bingung."Ya, karna setelah saya periksa barusan ... sepertinya saat ini anda sedang hamil."Keduanya langsung memasang tampang kaget mendengar pernyataan dokter. "Serius dok?" tanya Kim tak percaya
Sudah seminggu Hani dan Ceryl berada di Indonesia, dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka untuk kembali ke LA. Kim dan Arland saat ini lagi di bandara untuk mengantar mereka.Pada awalnya, sih, putranya itu menolak buat ikut, tapi ia paksa.Karena semenjak kejadian di acara ultahnya Dilla waktu itu, dia udah males sama Ceryl. Ini pun tampang nya Arland enggak banget. Jutek abiss."Han, hati-hati, ya. Jangan suka ngomel-ngomel nggak jelas sama Ceryl," pesan Kim sama Hani. Soalnya Hani kan gitu orangnya. Kerjaannya ngomel mulu."Iya.""Ceryl sayang, jangan nakal, ya," ujar Kim pada Ceryl."Iya, Tante," balasnya."Arland, nggak mau ngomong sesuatu sama Ceryl?" tanya Kim pada Arland yang masih dengan sikap dingin nya itu"Nggak, Ma," jawabnya singkat tanpa sedikitpun menoleh pa
"Kamu nggak makan, Sayang?" tanya Alvin pada putranya yang duduk sendiri di sofa."Nggak, Pa," jawabnya dingin. "Ini masih lama, ya, Pa, aku pingin cepat-cepat pulang," ungkapnya.Alvin tahu betul apa yang dirasakan Arland. Taoi, ia hanya pura-pura enggak tahu saja."Kenapa? Kok bete?" tanya Alvin lagi."Pa, aku males sama sikapnya Ceryl. Kita pulang aja.""Ya udah, kalau kamu maunya gitu. Papa bilang sama Mama dulu, ya."Alvin segera menghampiri Kim yang saat itu lagi ngobrol sama Hani dan Jeje."Kim, aku mau bicara bentar," ujar Alvin pada Kim."Apa?" tanya Kim.Hani dan Jeje pun ikut menunggu apa yang akan dikatakan Alvin pada Kim."Berdua, Kim," tambah Alvin sambil berlalu pergi kembali pada Arland."Ishh ....," dengus Kim sambil mengikuti langkah kaki suaminya tercinta. Dan ternyata Alvin malah mengajaknya untuk menghampiri Arland.Kim mengedarkan pandangan pada duo sosok laki-laki yang sangat e
"Ma, aku duduk di situ, ya," ujar Arlan pada Kim."Iya, Sayang," jawabnya."Hani belum datang, ya?" tanya Kim pada semuanya."Yuhuuu ... Hani di sini.""Ceryl juga di sini."Parah ... anak dan Emak kelakuannya sama persis. Heboh, rempong dan nggak bisa diam."Emak-emak rempong datang sama penerusnya," gumam Ricky sedikit melambatkan suaranya, tapi tetap saja masih bisa dengar. Buktinya, Hani langsung berkomentar."Biarin, dari pada jones akut," ledek Hani tak mau kalah"Eh ... jangan bawa-bawa status dong Hani yang cempreng. Aku bukannya jones, cuma belum punya pasangan aja," bantah Ricky tak terima."Terserah lah apa kata Kakak. Intijya, sih, tetap saja masih sendirian, enggak ada yang belai-belai manja, enggak ada yang bilang sayang." Hani tetap pada ejekannya.Keh