Share

Pembalasan

Penulis: Butiran Rinso
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-07 11:54:52

Ketika lo menyulut api ke gue, maka yang gue lakuin lempar bensin ke apinya. 

-Reyana Stronghold-

"

Gavin, hidung lo." Mata Reya melebar ketika melihat darah segar mengalir dari kedua hidung Gavin.

Emosi Reya semakin menggebu-gebu, ia menatap tajam cewek di depannya. "Ini semua gara-gara lo nenek lampir!" Telunjuknya menunjuk-nunjuk cewek itu.

"Gue? Enak aja, lo yang nonjok. Kenapa jadi gue yang disalahin? Dasar nenek sihir!" Cewek itu menepis tangan Reya.

"Wah kurang ajar ngatain gue nenek sihir, berani lo?!" tantang Reya, menggulung bajunya sampai bahu.

"Berani sama-sama makan nasi, kecuali lo makannya sajen baru gue takut," cibir cewek di depan Reya.

"Fuck!" umpat Reya, tangannya sudah gemas ingin merontokkan rambut cewek itu dan baku hantam kembali terjadi.

Tapi semua itu tak berlangsung lama karena suara lantang menginterupsi semua orang yang ada di kantin, termasuk Reya dan cewek itu yang menghentikan aksi jambak-jambakan dan menoleh secara bersamaan ke sumber suara.

"REYANA STRONGHOLD!!"

"RIKA BRAMANTIYO!!"

Reya meringis ketika matanya melihat ke arah pintu, di mana seorang perempuan berbadan gemuk tengah menatapnya dengan tajam. Setajam silet!

Dia, guru BK super killer. Namanya bu Siwi, badannya gemuk, kepalanya bulat sampai lehernya tak terlihat ditambah kaca mata bulat besar bertengger di hidungnya. Reya selalu menyebutnya mrs. Puff, Yups bu Siwi mirip mrs. Puff yang ada di Spongebob.

Jadi, bisa kalian bayangkan sendiri seperti apa wujud bu Siwi.

"Aaa ... aduh, sakit Bu," cicit Reya ketika bu Siwi menjewer telinganya.

"Sakit Bu, lepasin. Saya gak salah Bu, tapi dia!" Reya mendengus saat Rika menunjuk dirinya.

"Eh, remahan batu akik. Bukannya lo dulu yang mulai, mulut lo udah kaya lambe turah ngomongin orang tapi gak ngaca diri sendiri," tukas Reya, membalas tatapan tajam Rika.

"Apa lo bilang? Remahan batu akik? Lo bubuk micin, lo yang nyiram gue pake jus jeruk duluan peak!" balas Rika tak kalah sengit.

"Lo kutil badak!"

"Lo kutil manak!"

"Lo!"

"Elo!"

"Diaaaam!!" teriak bu Siwi, pusing mendengar perdebatan Reya dan Siwi yang saling menyerang. "Kalian berdua ikut saya ke ruang BK."

Reya hanya bisa pasrah ketika bu Siwi menyeretnya ke BK, ruang pesakitan di mana ia akan diadili dan bu Siwi sebagai algojonya. Sepanjang perjalanan, Reya dan Rika masih saling melototi satu sama lain. Seandainya Reya punya ilmu membunuh tanpa menyentuh, maka sudah Reya pastikan Rika orang pertama yang akan Reya jadikan kelinci percobaan.

Pada akhirnya di sinilah Reya berakhir, berdiri di depan tiang bendera dengan posisi hormat ketika matahari sedang panas-panasnya. Terik matahari menyengat kulit putihnya, membuat pipi Reya memerah.

Bu Siwi memang gak tanggung-tanggung memberikan hukuman. Sudah dua jam berlalu Reya berdiri, kakinya mulai pegal dan gemetar ditambah keringat bercucuran dari dahinya.

"Ini semua gara-gara lo!" celetuk Rika yang berdiri di dekatnya.

"Gue? Gak salah? Kalau lo bisa jaga mulut lo yang ember itu mungkin ini semua gak bakal terjadi, makanya punya mulut dizakatin," gerutu Reya.

"Eh, cewek gila. Jelas-jelas lo yang dateng ke meja gue dan siram gue pake jus jeruk, mau ngelak terus hah?" Rika menolehkan kepalanya ke Reya.

Reya mendecih, tersenyum sinis. "Berisik lo, telinga gue gatel dengernya."

Reya memutar bola matanya, ia tak lagi menggubris Rika yang terus mengumpat dan mencaci makinya. Kepala Reya tiba-tiba pusing mendengarkan gerutuan Rika yang tak ada ujungnya, pandangannya juga mengabur. Ia berusaha menggelengkan kepala, menepis rasa sakit yang tiba-tiba mendera. Kaki Reya gemetaran tapi ia masih memaksakan untuk tetap bisa berdiri.

"Heh, lo dengerin  gue gak si?" Rika menoel bahu Reya, kesal karena merasa diacuhkan. Tapi yang terjadi Reya justru tumbang, mata Rika mengerjap berulang kali. Padahal ia merasa tidak begitu kencang menoelnya.

"Reya!" pekik Gavin yang kebetulan melintas dan melihat Reya terjatuh tak sadarkan diri. 

——————

Reya terbangun saat mencium aroma menyengat masuk ke indera penciuman. Matanya perlahan terbuka, Reya mengerang memegangi kepalanya yang masih berdenyut.

"Gue di mana?" tanya Reya yang belum sepenuhnya sadar, ia bangun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"UKS," jawab Gavin.

"UKS?" beo Reya. "Terus lo ngapain di sini?" Reya menoleh, menatap Gavin yang duduk di samping bankar.

"Menurut lo?" Gavin mendengus, memalingkan wajahnya.

Reya terdiam, mencoba mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Ingatannya berputar pada keributan di kantin dan berakhir saat dirinya di hukum bu Siwi di lapangan.

"Dasar nenek lampir gak ada ahlak!" umpat Reya, kesal setengah mati dengan bu Siwi yang memberikan hukuman tak manusiawi. Bayangkan saja dirinya di jemur di lapangan saat matahari tepat berada di atasnya. "Gavin," panggil Reya.

"Apa?" Gavin mengangkat wajahnya, menaikkan sebelah alisnya.

"Mana kunci mobil lo?"

Gavin mengernyitkan dahi. "Kunci mobil?" Reya mengangguk. "Gak ada," jawabnya, Gavin punya firasat buruk kalau  Reya pasti merencanakan sesuatu.

"Isssh, mana. Pelit banget si lo, gue cuma mau minjem," tukas Reya, memanyunkan bibirnya.

"Gak, gak ada. Lo udah mendingan kan? Mending lo balik ke kelas." Gavin beranjak berdiri, memutar tubuhnya hendak melangkah keluar tapi dengan cepat Reya menarik lengan Gavin.

Gavin yang lengah jelas tertarik ke belakang, tubuhnya berputar dan kakinya hilang keseimbangan. Gavin melotot ketika tubuhnya terjatuh ke atas bankar tepat berada di atas Reya.

"Lo ...!" pekik Gavin. Matanya bersitatap dengan kedua mata Reya.

"Kunci," pinta Reya, memamerkan puppy eyes miliknya.

Astaga!

Gavin tak habis pikir, dalam keadaan seperti ini Reya masih sempat-sempatnya meminta kunci mobil. Padahal mereka dalam posisi yang tidak memungkinkan. 

"Dasar sinting!" Gavin mendorong tangan Reya, ia segera bangun.

"Gavin," rengek Reya, menarik-narik tangan Gavin.

"Apaan si lo?" Gavin mendengus, menepis tangan Reya dari pergelangan tangannya.

Reya cemberut, ia memutar otak bagaimana caranya mendapatkan kunci mobil Gavin. Tidak, Reya tidak berniat kabur. Tapi ia sudah punya rencana bagaimana membalas perbuatan Rika dan bu Siwi.

Mata Reya melirik ke kantong saku celana Gavin. Reya yakin jika kunci mobilnya ada di sana. "Gavin," panggil Reya.

"Apa lagi?" Gavin yang sudah akan keluar mengurungkannya, ia berbalik menghadap Reya yang sudah berdiri di depannya.

Reya tersenyum tipis, melangkah maju ke depan Gavin, memangkas jarak keduanya. Gavin terdiam, ia belum menyadari apa yang akan Reya lakukan.

"Reya!" pekik Gavin, ketika Reya dengan tiba-tiba meraba-raba saku celananya. "Lo ngapain?" Gavin berontak, berusaha menghindar tapi Reya menahannya.

"Diem," kata Reya, tangannya merogoh saku  celana Gavin. "Yess dapet, gue pinjem dulu ya!" teriak Reya yang langsung kabur setelah berhasil mendapatkan kunci mobil Gavin.

"Woy, Reya balikin!" Gavin mengembuskan napas kasar, mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Bisa gila caranya begini, menghadapi tingkah Reya. "Reya sialan!" umpat Gavin, ia berlari mengejar Reya yang sudah jauh dan sialnya Gavin kehilangan  jejak Reya.

Kebetulan KBM jam terakhir tengah berlangsung, Reya mengendap-endap ke parkiran. Ia langsung menuju ke mobil Gavin yang terparkir di ujung. Reya mengambil kunci pas yang ada di bagasi mobil Gavin.

Reya celingukan memastikan keadaan aman, ia mengendap-endap lagi ke barisan motor. Reya menyeringai saat melihat motor Rika dan bu Siwi yang kebetulan berjajaran karena parkiran siswa dan guru memang dijadikan satu.

"Mampus lo, dorong-dorong deh." Reya cekikikan, ia tersenyum puas setelah mencopot ban belakang motor Rika dan bu Siwi.

Gavin mengumpat dalam hati, ia sudah berlarian ke parkiran dan tak mendapati Reya. Ke mana sebenarnya cewek itu? Baru saja Gavin akan melangkah kembali ke kelas tiba-tiba ia ditabrak seseorang dan orang itu Reya.

"Dari mana lo?" tanya Gavin dengan wajah tampak kesal.

Reya yang awalnya terkejut langsung meringis, meraih tangan Gavin dan memberikan kunci mobilnya. "Nih gue balikin, bentar lagi kan bel jadi gue mau ke kelas ambil tas terus kita langsung pulang deh."

"Pulang?" Gavin menaikkan sebelah alisnya, menatap Reya penuh curiga. "Tumben, biasanya lo main kucing-kucingan dulu buat bisa kabur dari gue."

Reya mendengus, menelan kegondokannya karena Gavin yang bawel. Tapi dengan cepat ia merubah ekspresinya jadi tersenyum. "Kan gue gak mau bikin bodyguard gue kewalahan." Reya menarik dasi Gavin, merapikannya. "Sampai ketemu di parkiran," ucap Reya sebelum berlari menuju kelasnya.

Gavin melongo, sepertinya sebentar lagi ia akan benar-benar gila. Gavin mengacak-ngacak rambutnya dan segera berbalik ke kelas karena sebentar lagi bel pulang.

—————

Remi menyikut lengan Michael membuat cowok itu memekik dan melemparkan tatapan tajamnya ke Remi. "Lo ...!"

"Si Reya kenapa?" Remi mengedikkan dagunya ke Reya yang berjalan di depan mereka sembari bersenandung.

Michael yang awalnya ingin melahap Remi hidup-hidup mengurungkan niatnya dan mengalihkan pandangannya ke Reya. Benar, Reya tampak aneh sejak kembali dari UKS. Dia terus cekikikan sendiri seperti kuntilanak.

"Kayanya kesurupan," bisik Michael.

"Siapa kesurupan?" celetuk Cakra yang berjalan di belakang Remi dan Michael.

Suara Cakra yang lantang sontak saja membuat yang lainnya ikut berhenti termasuk Reya, ia berbalik menatap teman-temannya. "Siapa yang kesurupan?" tanya Reya.

Remi melototi Cakra, merutuki mulut Cakra yang ember. Sementara Michael meringis, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Em, anu ...." Michael bingung harus beralibi apa, mana mungkin ia bilang kalau yang sedang dibicarakan itu Reya. Bisa habis dirinya jadi samsak cewek bar-bar itu.

"Siapa yang  kesurupan Mail?" ulang Reya.

"Tetangga gue," jawab Remi spontan.

"Iya, bener tetangganya si Rembo," sahut Michael membenarkan.

"Betul, betul, betul," tambah Cakra.

Reya memicingkan matanya, menatap curiga. Entah kenapa ia tak percaya dengan jawaban mereka.

"Reya." Panggilan itu menginterupsi Reya ia berbalik dan mendengus saat melihat Alvaro dan Gavin sedang berjalan menuruni tangga.

"Bodyguard lo udah dateng, kita duluan ya," kata Ricky menepuk bahu Reya dan berjalan lebih dulu menyeret Candra bersamanya.

"Duluan Re!" teriak Candra, melambaikan tangannya.

Entah kenapa Reya merasa akhir-akhir ini Ricky mulai menjauh darinya, semenjak ada Gavin yang selalu mengantar jemput. Tapi Reya selalu menepis perasaan itu dan menyangkal semuanya. Ia pikir itu hanya perasaannya saja.

"Dah eaaa!!!" teriak Michael sembari berlarian mengejar teman-temannya. Reya menatap punggung teman-temannya yang mulai menjauh.

"Ayo, pulang. Hari ini gue nebeng kalian oke," ucap Alvaro merangkul Reya dan Gavin.

Reya memutar bola matanya, mengabaikan Alvaro yang terus berceloteh. Sesampainya di parkiran Reya segera masuk ke mobil diikuti Gavin dan Alvaro yang duduk di bangku belakang.

Gavin sudah menyalakan mesin mobilnya tapi Reya menahan tangan Gavin saat ia akan menarik persneling.

"Bentar," kata Reya.

"Tunggu apalagi si Re, gue udah laper nih," gerutu Alvaro.

"Berisik lo, mending pulang sendiri sono!" tukas Reya.

Gavin tak berkomentar, ia diam saja membiarkan Alvaro dan Reya berdebat. Reya tak lagi menggubris Alvaro ketika matanya melihat target yang ia tunggu sejak tadi.

Rika yang sedang berjalan dengan teman-temannya, cewek itu tengah tertawa terbahak-bahak. Melihat hal itu dalam hati Reya tertawa sinis, lihat saja sebentar lagi tawa itu akan berganti dengan tangisan dan benar saja Rika melongo ketika sampai di parkiran.

"BAN MOTOR GUE MANA?" teriaknya, ia hampir mau menangis melihat ban belakang motornya hilang.

Bukan hanya Rika, bu Siwi yang baru datang pun terkejut melihat ban motornya ikutan hilang. "SIAPA YANG AMBIL BAN MOTOR SAYA?!" teriaknya.

"Itu ban motor lo sama bu Siwi bukan si Rik?" Selin menunjuk ke atas pohon, di mana dua ban motor tergantung tali tambang di sana.

Mata Rika dan bu Siwi melotot, keduanya sontak berteriak bersamaan.

Reya sendiri tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya, ia sangat puas melihat wajah Rika dan bu Siwi yang tampak mengenaskan.

Berani menyulut api ke gue, jangan salahin gue kalau gue siram bensin sekalian. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fheransia Cha
bs tauran , dijemur aj pingsan ...
goodnovel comment avatar
Jambu Batu
ini kan kakinya Reya sakit dan pake gif, kok bisa berantem dan jambak-jambakan. dan bisa kabur secepat kilat dari Gavin. Nggak masuk akal di bagian ini.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Sweet Bodyguard   Ancaman

    Cinta itu kaya matematika, sulit di mengerti terlalu rumit untuk dipahami.-Reyana S-Sepanjang perjalanan, Reya tertawa terbahak-bahak. Membayangkan wajah Rika dan bu Siwi yang tampak mengenaskan. Bahkan Reya membayangkan Rika dan bu Siwi sekarang tengah mendorong motornya.Sinting!Satu hal yang muncul dalam benak Gavin dan Alvaro yang melihat tingkah Reya. Gavin tampak tak peduli, ia tetap fokus menyetir meski dalam benaknya terus bertanya-tanya apa yang salah dengan Reya? Perasaan tidak ada yang lucu, tapi kenapa Reya terus tertawa? Berbeda dengan Alvaro yang sangat penasaran."Re," panggil Alvaro."Hm." Reya mengalihkan perhatiannya ke Alvaro."Bukan ... lo kan?" tanya Alvaro ragu-ragu.Reya mengernyitkan dahinya, bingung. "Maksudnya?""Yang ngelakuin bukan lo kan?""Nglakuin apa?" Reya tak mengerti maksud pertanyaan Alvaro."Yang tadi."

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-07
  • My Sweet Bodyguard   Voldemort

    Ketakutan hanya akan membuatmu mati secara perlahan, lawan rasa takutmu. Tunjukkan pada dunia, jika kamu baik-baik saja. Meski hatimu tidak sedang baik-baik saja.-Reyana S-Gavin baru saja akan mengerjakan tugas sekolahnya, ketika listrik tiba-tiba padam. Setelah itu terdengar suara jeritan dari kamar sebelah---kamar Reya.Gavin yang panik refleks beranjak berdiri, bahkan ia sampai tak memperhatikan jalannya dalam keadaan gelap."Aarrrgh!" erang Gavin, meringis kesakitan karena kakinya menabrak sudut bagian bawah ranjang."Gavin!!!" Teriakan Reya kembali terdengar.Dengan langkah pincang, Gavin berjalan ke kamar Reya. Ia mengumpat saat akan masuk, tapi pintunya di kunci dari dalam."Reya, buka!" teriak Gavin, menggedor pintu kamar Reya. Tak ada sahutan kecuali tangisan yang semakin kencang. "Reya, buka. Ini gue, Gavin."Gavin tak bisa diam saja menunggu, karena tidak ada tanda-tanda Reya akan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-07
  • My Sweet Bodyguard   Boneka

    Manusia, hobi menghakimi tanpa mau mencari tahu kebenarannya.—Reyana S—Reya baru saja masuk ke kelasnya, ketika rambutnya tiba-tiba ditarik ke belakang."Bitch!""Aaaa ...!" pekik Reya, ia jelas terkejut. Reya menghempas tangan laknat yang menarik rambutnya, berbalik menghadap pelaku. "Lo gila ya?!" Mata Reya melotot saat tahu siapa yang berani menjambaknya.Rika!"Lo yang gila.Bitch!" sarkas Rika, emosinya memuncak sampai ke ubun-ubun."Apa lo bilang?Bitch?"Reya jelas terpancing ketika dirinya disebut seperti itu, ia tak terima. Apalagi ini yang bilang Rika. "Wah, cari masalah lo?" Reya mendecih, tersenyum remeh."Lo yang cari masalah, lo kan yang nyopot ban motor gue kemarin? Ngaku lo?!" Rika dengan berani mendorong bahu Reya, sampai Reya terdorong mundur."Emang lo ada buktinya?" Reya menaikkan sebelah

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-07
  • My Sweet Bodyguard   Pawang

    Salah itu wajar, kamu hanya perlu mengakui dan minta maaf. Belajar dari kesalahan, berusaha untuk tidak mengulanginya kembali.-Gavin-Reya mengurung diri di kamar, ia duduk bersandar di atas ranjang, memeluk kakinya dan meletakkan dagu di atas lutut. Sejak tadi Reya hanya diam, memandangi boneka kelinci di tangannya.Ucapan Gavin dirooftop terus terngiang di telinganya, berputar-putar memenuhi isi kepalanya, seperti kaset rusak."Salah itu wajar, lo cukup ngaku, minta maaf terus belajar buat gak ngulangin lagi."Mungkin dari kesekian juta umat manusia, hanya Gavin yang mengatakan jika salah itu wajar. Kata Gavin kesalahan itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • My Sweet Bodyguard   Skors

    Terkadang kamu tidak bisa membedakan antara menikmati masa muda dan menghancurkan masa depan.—Gavin P—Reya terbangun ketika ponselnya terus berbunyi, namun ia enggan membuka matanya yang masih terpejam. Reya menggapai-gapai ponsel di atas nakas, kemudian mendekatkannya ke telinga."Halo." Suaranya terdengar serak khas bangun tidur."Gue tunggu di depan, sekarang."Sambungan telepon langsung terputus.Reya perlahan membuka mata, memicingkan matanya untuk melihat layar ponselnya yang masih menyala. Reya mengerutkan keningnya ketika nama Gavin muncul di log panggilan masuk.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • My Sweet Bodyguard   Bahaya

    Panggil nama gue tiga kali, maka gue bakal datang dalam keadaan apa pun.-Gavin-Reya berguling-guling di kasur, ia mulai bosan hanya membaca novel dan bermaingamesejak tadi. Rasanya Reya seperti dikurung di dalam penjara karena papanya mengetatkan penjagaan, ditambah kehadiran om Reno membuat Reya tak bisa berkutik.Reya merubah posisinya jadi duduk, ia tampak berpikir sejenak. Mencari ide untuk mengelabui om Reno, apa pun caranya Reya harus bisa keluar dari rumah. Ia butuh udara segar dan cuci mata, matanya sudah butek hanya melihat huruf-huruf di buku novelnya."Ahaaa." Reya menjentikkan jari ketika ide gila melintas di kepalanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • My Sweet Bodyguard   Penyelamat

    Penyesalan selalu datang terlambat.Mungkin bagi sebagian orang tindakan Gavin itu bodoh, ia nekad keluar saat jam pelajaran tengah berlangsung. Bukan hanya itu saja, Gavin juga mengelabui satpam sehingga dirinya bisa mengendarai mobilnya keluar dari area sekolahan. Mungkin besok Gavin akan dipanggil ke ruang BK akibat hal ini.Sepanjang perjalanan, Gavin terus menghubungi Reya berkali-kali tapi tak ada satu pun panggilannya yang diangkat. Semuanya berakhir dengan suara operator yang semakin membuat Gavin dongkol.Perasaannya berkecamuk, takut, khawatir, cemas dan jengkel bercampur jadi satu. Teriakan Reya di telepon terus terngiang dalam pikirannya, berputar-putar seperti kaset rusak.Gavin mengendarai mobilnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • My Sweet Bodyguard   Sabar

    Cinta diawali dari getaran yang merambat melalui aliran darah, memberikan efek kejut dan berdesir secara tiba-tiba. Mengantarkan senyawa bergejolak ke dalam rongga hati mengakibatkan gemuruh serta pemicu jantung berdetak melebihi batas normal.-Teori absurd Reya-"Apakah ion Na+ isoelektron dengan F-? Jika iya, mengapa? Jika tidak, mengapa?" Reya membaca soal kimia yang tengah ia kerjakan. "Lah, mana gue tahu Bambang. Lagian ngasih soal ribet banget sih, kenapa gak pake pilihan abcd aja biar gue bisa menyilang indah. Kalau gini, mana bisa mengarang indah. Arrrghh!" komentar Reya, saking kesalnya sejak tadi tak ada satu pun soal yang bisa ia kerjakan.Reya menjedotkan kepalanya ke buku berulang kali, frustasi. Selama ini Reya memang tidak pernah belajar

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21

Bab terbaru

  • My Sweet Bodyguard   GirlFriend

    Tak cukup kata-kata untuk menunjukkan seberapa sempurnanya kuasa takdir mempertemukan seseorang. Mereka yang berbeda, namun mampu saling melengkapi satu sama lain. Percayalah, dibalik sakitnya putus cinta ada seseorang terbaik yang Allah siapkan sebagai penggantinya.-ButiranRinso-Waktu cepat bergulir, sudah dua minggu Reya menghabiskan waktu di rumah sakit. Akibat kepalanya yang bocor dan harus dijahit sebanyak tiga kali. Harusnya waktu pembagian rapor Reya naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan dari kepala sekolah, atas pencapaiannya karena berhasil mendapat peringkat pertama di kelas.Namun karena perbuatan Selin dan Rika yang sengaja memukul kepala Reya dengan tongkatbaseball&n

  • My Sweet Bodyguard   Tolong

    Ketika kamumencitaiseseorang, tanamkan rasa cintanya dalam hati, sebutkan namanyadisetiapdoa yang kau panjatkan.-Reyana-Reya terbangun, napasnya memburu dengan keringat bercucuran di dahi. Reya seperti orang bingung, matanya bergerak liar memandang sekitar."Reya, syukurlah kamu sudah bangun." Ana hendak memeluknya, namun Reya tiba-tiba menepis. "Ada apa Re?""Gavin, mana Ma?" tanya Reya. Matanya jelalatan ke mana-mana."Gavin?""Iya, Gavin. Aku harus cari Gavin. Dia dalam

  • My Sweet Bodyguard   Rumah Sakit

    Lelah menunggu, Reya memutuskan untuk pulang. Ia berdiri di depan gerbang menunggu taksionlinepesanannya datang. Reya masih berusaha menghubungi nomor Gavin, meski hasilnya tetap sama————berakhir dengan suara mba-mba operator yang menyambut."Mba Reya?"Reya mengalihkan perhatiannya ketika sebuah mobil berhenti di depannya. Kaca depan terbuka, menampilkan seorang mas-mas yang menoleh ke arahnya."Ya?""Sesuai aplikasi Kak?" Orang itu merubah panggilannya saat melihat Reya masih menggunakan seragam abu-abunya.Reya mengangguk, menyadari taksi pesanannya ternyata. Ia sudah akan membuka pintu mobil, namun suara teriakan Remi mengurungkan niat

  • My Sweet Bodyguard   Duel

    Bukan sekedar cinta monyet, tapi cinta suci pangeran kodok untuk putri kentang.-Gavin-Harga diri seorang laki-laki itu wanita yang paling dicintainya. Mereka siap pasang badan buat mempertahankan harga dirinya, apapun konsekuensinya."Gavin?" Reya memicingkan matanya saat melihat Gavin keluar dari gerbang, menghampiri Galang. "Mau ngapain dia?" Rasa penasaran mendorong Reya untuk melangkah keluar, namun tepukan di pundak mengejutkan Reya. Refleks ia memutar tubuhnya ke belakang."Papa!" Mata Reya melotot melihat papanya berdiri di belakang. "Papa ngapain?""Harusnya papa yang tanya, kamu ngapain di sini? Sudah malam kenapa masih ke

  • My Sweet Bodyguard   Pengganggu

    Reya menghela napas untuk yang kesekian kali, menatap miris wajah Ricky yang penuh lebam. Sudut bibirnya juga robek, belum lagi pelipisnya yang berdarah.Reya begitu telaten mengobati wajah Ricky, memberikan obat merah dan salep lalu menempelkan plaster di pelipis Ricky. Keduanya membisu beberapa saat, hingga akhirnya suara Ricky memecah keheningan di dalam UKS."Maaf."Reya mengernyit, menurunkan tangannya dari wajah Ricky. Kemudian menatap Ricky dengan ekspresi datar."Maafin gue," ulang Ricky, kepalanya tertunduk tak berani menatap Reya. "Lo bener, harusnya gue gak nyalahin semuanya ke lo. Harusnya gue juga gak balas dendam ke lo yang sama-sama jadi korbannya Sam. Maaf. Gue salah. Maaf———" Ricky terkesiap ketika R

  • My Sweet Bodyguard   Ricuh

    Bukannya tidak mau bertahan, hanya saja memang tidak pantas untuk dipertahankan.-Reyana-Bunga layu ketika tidak dirawat dengan benar, tapi akan mekar saat dirawat dengan benar.Sama halnya dengan sebuah hubungan, semua akan terasa indah ketika menjalaninya dengan orang yang tepat dan akan berbanding terbalik saat menjalaninya dengan orang yang salah.🌺🌺🌺🌺Sepanjang perjalanan pulang, Gavin sama sekali tak bersuara. Matanya terus menatap ke depan dan bibirnya terkunci rapat, namun deru napasnya terdengar memburu.

  • My Sweet Bodyguard   Taruhan

    Karma itu nyata, cepat atau lambat akan membunuhmu secara perlahan.-Reyana-Ketika seseorang merasa dirinya di atas angin, padahal masih ada awan dan langit yang lebih tinggi darinya."Kadal arab!""Buaya buntung!""Monyet Australi!""Tikus Zimbabwe!!"Entah sudah berapa nama binatang yang Reya absen, bibirnya terus komat-kamit. Seandainya Reya tahu mantra ajian santet, pasti sudah Reya bacakan saat ini juga. Atau paling tidak doa pengusir seta

  • My Sweet Bodyguard   Diculik

    Seperti minggu biasanya, Galang dan teman-temannya pergi ke mall. Sekedar cuci mata atau nongkrong di salah satu kafe langganan.Galang yang awalnya mau ke toilet mengurungkan niatnya saat melihat siluet cewek yang cukup familiar, Cewek yang tengah diincarnya. Ia memilih berdiri di samping pintu toilet wanita, menunggu cewek tadi keluar.Bunyi notifikasi mengalihkan perhatian Galang, ia membuka pesan dari temannya yang menanyakan keberadaannya. Galang segera mengetikkan balasan, memberitahu mereka jika dirinya terpaksa harus pergi lebih dulu karena ada urusan. Setelah itu kembali memasukkan ponselnya ke saku.Cukup lama menunggu, Galang mulai bosan. Sedari tadi ia hanya berdiri sembari memainkan permen karet di mulutnya. Hingga suara langkah kaki menginterupsi, Galang menoleh, senyumny

  • My Sweet Bodyguard   Sakit

    Pelajaran pertama hari ini olahraga, Gavin sudah bersiap akan keluar kelas mengikuti teman-temannya yang sudah keluar lebih dulu menuju lapangan. Namun langkahnya sempat terhenti saat matanya bersitubruk dengan tatapan mata Tiara yang tertuju padanya.Tapi Tiara lebih dulu memutus kontak mata, kemudian melengos berjalan keluar kelas."Kenapa dia?" Suara Alvaro menyadarkan Gavin dari keterdiaman.Gavin menoleh, mengedikkan bahu karena ia sendiri juga bingung. Apa mungkin Tiara marah karena ditolak kemarin? Seandainya iya, harusnya Tiara tahu kalau itu sudah jadi resiko ketika dirinya nekad menembak Gavin."Ya udah biarin, lagi PMS kali." Alvaro merangkul bahu Gavin. "Ayo."Sepanjang p

DMCA.com Protection Status