Lylia POV
Sesampainya di hotel, mobil Kai langsung melaju kencang meninggalkanku setelah melihatku berhasil masuk ke lobby dengan selamat. Aku membuka pintu kamar hotel Ted setelah memasukkan password dan tidak kusangka. Mataku terpaku kulihat bayangan Ted yang sedang duduk di kursi makan seolah sedang menunggu kehadiranku.
Kuurungkan niatku untuk berjalan langsung ke kamar. Setidaknya aku harus menyapanya terlebih dahulu, kan? Belum lagi ada banyak makanan yang terpampang di hadap
Author POV"Pagi Daddy..." Sapa Lylia saat pintu kantor ditutup oleh Kai begitu Lylia melenggang masuk."Morning, Baby Girl." Balas Dante merentangkan tangannya.Lylia jalan mendekati meja kerja Dante dan terduduk di pangkuan pria itu lalu membalas pelukannya. Dikecupnya singkat bibir sugar daddynya itu sebelum kembali memeluknya."Bagaimana tidurmu?" Tanya Dante memeluk gadisnya.Lylia mengeratkan pelukannya."Tidak nyenyak. Aku terlalu banyak berpikir." Ucap Lylia.Dante mengelus surai rambut Lylia."Ada apa?" Tanya Dante lembut.Lylia enggan melepas pelukannya dan terus menikmati sentuhan hangat Daddynya. Lama ia terdiam menikmati belaian itu dan Dante tidak keberatan dengan waktunya yang terbuang hanya untuk menenangkan gadisnya yang sedang di rundung banyak masalah mental belakangan ini."Daddy... Apa yang Daddy lakukan kalau aku tidak ada?" Tanya Lylia.Mendengar pertanyaan random Lylia itu, membuat Dante tiba-tiba menghentikan
Author POV"Permisi Nona..." Ted melambaikan tangannya pada seorang pegawai kafe yang sempat Lylia ajak bicara malam itu."Ya? Ada yang bisa saya bantu Pak?" Tanyanya."Dimana gadis yang bertugas di situ?" Tanya Ted menunjuk mesin kopi yang biasa Lylia pakai.
Lylia POV"Baby.." Suara parau dan berat Daddy membangunkanku.Aku membuka mata dan kudapati diriku sedang tidur di bawah kasur dengan mata sembabku. Lagi-lagi aku tertidur setelah puas menangis dan meronta. Kutatap wajah Daddy yang melihatku tanpa ekspresi itu. Ia ingin membantuku duduk namun kutepis tangannya yang ingin menyentuhku."Makan dulu." Ucapnya membawakanku makanan dan di simpannya di nakas samping kasur.Aku hanya menatap makan malamku berupa sekotak fast food lengkap dengan minuman sodanya, tapi nafsu makanku tidak ada. Aku hanya mendiamkannya dan memalingkan wajahku melihat ke arah luar jendela besar dan membelakangi Daddy.Daddy ikut mendiamkanku dan memilih duduk di samping kasur. Pakaiannya tampak santai, sepertinya ia juga akan menginap di kamar ini."Kenapa?" Tanyaku tiba-tiba."Kenapa Daddy melakukan ini padaku?" Tambahku.Daddy masih memilih diam dan malah merebahkan tubuhnya di kasur dengan memiringkan tubuhnya menatapku.Aku menatapnya tidak suka."Kau bilang ka
Author POVTed benar-benar bertahan untuk terjaga sepanjang malam. Ia terus menunggu kepulangan Adiknya yang tidak kunjung datang itu. Kini ia tampak sangat khawatir dengan kondisi Lylia yang tidak kunjung ketemu hingga matahari menyapa matanya yang lelah. Ponselnya yang berdering keras menyadarkannya dari semua pikiran jeleknya."Bagaimana Jean?" Tanyanya yang mengetahui siapa yang menghubunginya."Aku baru mau nanya Kakak. Apa Sky benar-benar tidak pulang?""Tidak, Jean. Sepertinya kita harus mengecek kantor orang itu hari ini." Ucap Ted."Baik Kak. Aku akan ikut menemanimu." Balas Sheena."Okay, aku akan datang menjemputmu sejam lagi." Balas Ted mematikan sambungan....Ted membawa mobil mewahnya menuju ke gedung pencakar langit yang dekat dengan tempat Lylia dan Sheena bekerja. Sheena duduk di kursi penumpang tepat di sampingnya, masih sibuk dengan ponselnya dan mencoba untuk menelepon nomor baru Lylia yang tidak kunjung aktif juga."Kita langsung ketemu Tuan Dante saja ya Kak.
Dante POVKini tidak ada teriakan sama sekali. Hari ini begitu tenang. Sangat berbeda dengan kemarin. Tidak ada perlawanan atau jeritan meminta tolong yang terdengar dari kamar itu. Kubawakan sarapan yang sudah kusiapkan hari ini ke dalam kamarnya. Lagi-lagi gadis itu duduk meringkuh di karpet bawah, bukannya tertidur santai di atas kasur."Baby.. Sarapanmu." Ucapku duduk di samping kasur dan meletakkan sarapannya di nakas samping tempat tidur.Dia terdiam tidak membalas atau sekedar berbalik. Aku tidak suka sifat acuhnya itu. Tapi selama dia
Dante POV Meetingpentingku akhirnya berjalan dengan lancar dan selesai persis sebelum jam istirahat kantorku dimulai. Aku segera berjalan menuju ke lobby dan melihat mobillku sudah menungguku di depan pintu utama. Tapi sesampainya di depan pintu lift aku dikejutkan dengan kehadiran Bobby yang membawa sekotak hadiah dan sebuket bunga. "Hei mau kemana kawan? Aku baru saja mau menemuimu." Ucapnya santai. Ah- kedatangannya sungguh tidak pas!
Author POV Bobby sedikit kaget mendengar Ted berani mengucapkan nama Dante secara frontal seperti itu. Ia mengangguk perlahan. "Apa ada yang salah?" Tanya Bob melihat ekspresi Ted berubah serius seketika. "Paman, Lylia tidak pulang dari kemarin! Biasanya dia akan selalu pulang larut malam karena kerjaannya. Tapi sampai siang ini aku tidak mendapatkan kabarnya." Jelas Ted setengah panik. Bobby menger
Dante POVAku pulang dengan sebuket bunga dan sekotak kado yang Bob bawakan khusus untuk gadisku. Kubuka pintu kamarku dan berjalan masuk mendekati Lylia yang sedang duduk di karpet masih di tempat yang sama, menghadap ke arah luar jendela besar dan membelakangiku."Baby, Daddy pulang..." Sapaku.Dia masih diam tidak membalasnya."Aku membawakan kado dari paman Bobmu, dia baru pulang dan membelikanmu oleh-oleh. Ini..." Ucapku yang berjalan mendekatinya.Ia berbalik dengan mengacungkan tangannya yang sedang memegang pecahan piring yang kubawakan tadi pagi untuknya. Matanya menatapku dengan penuh rasa takut dan cemas. Bibirnya bergetar pelan dan ia terlihat seperti sedang menahan nafasnya.Langkahku berhenti seketika."Baby..." Tegurku.Ia menggigit bibir bawahnya."Lepas... Lepaskan aku, Daddy." Pintanya.Aku menurunkan semua buket bunganya ke tempat tidur dan kado dari Bobby ke atas karpet. Ekspresiku seketika berubah menjadi sangat serius, bahkan terkesan sedang kesal akibat ulah gadi
Author POV Hari itu baru memasuki bulan ke delapan sebelum Lylia masuk ke rumah sakit karena air ketubannya yang mendadak keluar karena kontraksi yang Lylia pikir sebagai kontraksi palsu semata. Dan dengan perasaan panik yang luar biasa, Dante segera menyuruh seluruh dokter kandungan yang bertugas hari itu untuk segera datang ke istananya tanpa terkecuali. Rasa panik juga dirasakan oleh Nicholas yang segera memesan tiket penerbangan kembali ke tanah air demi melihat sang adik yang tampaknya akan lebih cepat hadir ke dunia. Belum lagi Ted yang ikut kebingungan mencari penerbangan untuk melihat adik kesayangannya yang akan melahirkan. "Bagaimana Dok?!" Panik Dante. "Anaknya sudah bisa dikeluarkan, Tuan. Melihat kondisi Nyonya sekarang, sepertinya mustahil untuk melahirkan di Rumah Sakit. Apa Tuan mengizinkan kami untuk melakukan persalinan di sini?" Tanya dokter senior yang paling bertanggung jawab. "Lakukan apapun yang perlu kalian lakukan, asal istri dan anakku selamat!" Titah Dant
Author POV Dengan masih terbalut pakaian yang penuh dengan bercak darah, Dante membawa Lylia kembali pulang kerumah mereka setelah melalui malam yang sangat panjang dan menyiksa batin mereka berdua. Dengan berat Lylia melangkahkan kakinya meninggalkan gudang yang penuh dengan kenangan buruk nan melegakan itu. Ia baru saja telah memberikan izin suaminya untuk membunuh seseorang yang sudah menghancurkan kehidupannya dengan bantuan tangan dingin Dante. Tapi tangan dingin itu jugalah yang berkali-kali menyelamatkan dirinya dan membuatnya sadar bahwa semua masalahnya sudah berakhir. Tidak ada lagi mimpi buruk. Tidak ada lagi yang berani mengancam keberadaannya. Meski demikian, Dante tidak berbesar hati. Dia akan tetap waspada dan selalu memberikan perlindungan yang utama pada sang istri tercinta agar hal serupa tidak akan terjadi lagi untuk yang ke dua kalinya. Sudah cukup. Namun untuk sekarang ini, semuanya sudah selesai. "Daddy..." "Ya sayang?" Tanya Dante melirik istrinya yang tengah
Author POVKini jari Dante merengsek masuk mencongkel salah satu bola mata Ronan yang terus menatapnya benci. Dan tanpa perasaan ia mulai mengobrak-abrik rongga mata itu hingga salah satu bola mata itu berhasil ia keluarkan dalam kondisi sempurna yang kemudian ia lemparkan begitu saja tepat ke hadapan Alicia.Alicia semakin menangis tak terkendali. Ia sudah tidak mempedulikan borok dan luka yang membusuk di kedua tangan dan kakinya. Victor memperlakukan Alicia persis seperti apa yang sudah ia perbuat pada Lylia dengan membuat luka yang sama pada tubuh istri majikannya. Alicia mendekatkan dirinya pada tubuh Ronan yang masih bernyawa namun sudah tidak berbentuk lagi. Kedua tangan dan kakinya sudah tidak ada di tempatnya, perut dan dada yang berlubang akibat tebasan pedang tajam Dante, bibir yang hilang dari tempatnya serta bola mata Ronan yang keluar dari tempatnya. Ronan hanya bisa bergetar sesekali akibat kejang otot yang dirasakannya. Ia masih bisa melirik Alicia yang menatapnya iba
Author POV "Kau tau... Pedang ini turun temurun digunakan untuk mengeksekusi para saingan bisnis kotor keluarga Prime yang sudah berbuat curang dan licik sepertimu. Jadi seharusnya menjadi kehormatan bagimu bisa menjadi salah satunya." "DASAR BAJINGAN KAU DANTE!!! MATILAH KAU!!" Maki Ronan yang tau akan dilakukan seperti apa oleh monster yang satu itu. "Kau tau kenapa aku punya gudang seperti ini disini? Karena ini menjadi tempat yang tepat bagiku untuk menghabisi orang-orang yang licik seperti kalian. Jauh segala sesuatu yang mewah dan pantas. Kalian hanya seonggok sampah yang membuatku kesulitan. Dan kau tau siapa yang menyukai sampah?" Tanya Dante saat sibuk memangkas tangan dan kaki Ronan satu persatu. "AAAAAKH!! BRENGSEK KAU DANTE SIALAN!! KUKUTUK KAU DAN SELURUH KELUARGAMU!!!" Jerit putus asa Ronan yang semakin membuat Dante tersenyum puas. Victor lalu datang membawa satu kandang kaca yang berisi tikus hitam yang besar dan bergerak yang bergerak sangat gesit bak sedang kela
Author POV"Kau tidak marah? Aku mencium seseorang yang kau sangat cintai dulu. Oh, tidak. Bahkan kau masih mencintainya sampai saat ini. Hanya saja rasa cintamu sudah tertutup dengan perasaan bencimu denganku." Smirk Lylia mencoba memprovokasi Alicia setelah puas mencium Dante."Seseorang yang begitu berkuasa ini ternyata sangat manis dan terlalu baik padaku. Apa kau pernah merasakan perhatian itu, Alicia? Rasa cinta dan kasih sayang Dante yang mengalir bak air hujan yang tidak pernah kering! Apa kau pernah dicintai sebegitu dalam oleh mantan suamimu yang terlalu romantis? Hm?!" Lylia mulai berjalan kembali mendekati Alicia.Dante sedikit kaget dengan segala macam ucapan provokatif Lylia. Istrinya itu mencoba menyerang dan menyiksa batin Alicia secara perlahan."Apa Dante pernah melakukan hal manis itu padamu? Tidak? Oh, kasihan... Kaulah yang harusnya dikasihani. Perempuan kasar yang kekurangan kasih sayang tapi haus akan kekuasaan dan kehormatan sepertimu malah mengais-ngais cinta
Author POV "DADDY HENTIKAN!!" Lylia berjalan meraih lengan Dante dengan mengesampingkan segala ketakutan yang menjalar di tubuhnya. "Lylia!" Panik Kai yang segera berjalan mendekat namun ditahan oleh Victor yang mengkhawatirkan keselamatan Kai. "Tahan, tunggu sebentar. Kita akan menyelamatkan Nyonya Lylia kalau Tuan mulai lepas kendali. Perhatikan terus mata itu." Bisik Victor. "Daddy kumohon..." Lylia mulai memeluk Dante dari belakang karena tidak berhasil menahan langkah penuh emosi Dante. "SINI KAU BRENGSEK! AKAN KUBAWA KAU BERTEMU KELUARGA PRIMEMU YANG TERKUTUK ITU!!" Maki Alicia tidak berhenti. Dante berhasil mendekati Alicia dengan Lylia yang masih menempel di tubuhnya. Dante meraih kerah baju Alicia, mengangkat tubuh kurus kering itu tinggi-tinggi dan mulai mengepalkan tangan kanannya seolah siap menghajar Alicia. "DANTE PRIME HENTIKAN SEKARANG JUGA!!!" Jerit Lylia. Dante tidak bergeming. "KALAU TIDAK, AKU AKAN MEMBUNUH ANAK INI!!" Tambahnya putus asa. Suara teriakan
Author POV Tubuh Lylia bergetar hebat. Tidak pernah menyangka bahwa pria yang dia anggap baik di hadapannya itu nyatanya tidak lebih buruk dari Mark ataupun Marie yang hanya menginginkan hal buruk menimpa dirinya. Lylia tidak paham lagi apa yang sudah membuat mereka semua begitu membenci dirinya. Yang ia tau, semua bermula saat kehidupannya yang baru dimulai di keluarga Prime. Jadi ini adalah resiko yang harus Lylia jalani saat Dante Prime mulai menerima keberadaannya. "Bagaimana? Apa menyenangkan menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang mengagumimu?" Tanya Ronan menghentikan lamunan Lylia. Lylia yang masih terkejut atas fakta-fakta menyedihkan selama ini lalu mengernyitkan dahinya kebingungan. "Oh, ayolah! Apa seenak itu tidur dengannya? Kudengar dosen itu tergila-gila padamu. Apa dia memperlakukanmu dengan sangat baik? Seharusnya sih iya. Dia terlihat lebih sopan ketimbang bajingan di belakangmu itu." Senyumnya mengejek. Lylia yang paham mulai membulatkan matanya. Ia ke
Author POVDante mengemudikan mobilnya sendiri dan membawa sang istri tercinta yang kini tengah mengandung anak 'mereka' berdua yang kini sudah masuk di tri semester kedua. Tentu saja benjolan kecil di perut Lylia itu semakin terlihat jelas karena tubuh Lylia sendiri yang tidak terlalu besar dan cenderung sedikit kecil. Namun saat ini karena hormon yang di keluarkan oleh sang ibu hamil membuatnya tampak lebih cantik dan seksi dibandingkan sebelumnya. Dan hal itu diakui tidak hanya oleh Dante sebagai sang suami, Nicholas pun yang sering membuat panggilan video pada mereka juga mengakui hal yang sama. Di matanya, Lylia yang merupakan ibu sambungnya tampak lebih menggemaskan dibandingkan biasanya. Hal itu yang membuat Dante s
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️ ⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️ . . . Author POV Suara desahan nikmat Lylia sejalan dengan badannya yang bergerak naik turun sesuai tempo mulai memenuhi kamar Dante yang awalnya sangat sepi. Lylia sangat menikmati momen kebersamaan mereka yang satu ini, mempunyai janin di dalam kandungannya bukan menjadi suatu penghalang baginya untuk memuaskan hasrat sang suami. "Baby.." Khawatir Dante, meski ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Istrinya tetap terasa sempit bagi ukuran Dante yang di luar normal itu, meski istrinya sudah ia persiapkan dengan sangat matang sebelum menghujaminya berkali-kali setiap malam. Tidak ada yang berubah. Istrinya tetap terlalu sempit untuknya. Tapi itu tidak masalah, karena Lylia juga ternyata menyukai kelebihan Dante yang satu ini. "Daddy.. Wait for me. Mmhhh..." Lylia mulai menggerakkan panggulnya kedepan dan kebelakang demi memijat lembut sang suami. "Oh! What a bad baby girl." Desah Dante y