intinya, kita tidak boleh mudah terpancing a-marah. Ama-aku aja... hehe. #canda!
Dante POVDinginnya udara malam hari kini menyambutku yang tengah sibuk menghancurkan tempat persembunyian orang orang yang sudah berani membakar gudang bawah tanahku. Benar dugaanku, rupanya peristiwa itu akibat ulah dari rekan saingan bisnisku, Ronan Cross. Dia masih mencoba menjatuhkan karir bawah tanahku dengan memanfaatkan teman-temannya agar tidak bersinggungan langsung denganku. Tapi tetap saja, akibat ulahnya ini aku mengalami kerugian yang cukup besar. Kalau memang ada orang yang harus dibuat sengsara, maka Ronanlah orangnya.Suara gemuruh perkelahian terdengar jelas di seluruh penjuru ruangan. Anak buahku sebagian besar ikut menjalankan tugas malam ini karena aku sendiri juga ikut terjun langsung ke lapangan. Ketiga bodyguard kepercayaanku juga ikut menemani langkahku. Mereka bertarung melindungiku yang sudah kelelahan membunuh mereka yang berani menentang kekuasaanku.Bukan berarti tenagaku sudah tidak seperti dulu. Tidak. Hanya saja tubuh dan pikiranku sekarang sedang sama
Harap Bijak Dalam MembacaAda sedikit adegan dewasa 21+ . . . Author POV Sepasang manusia berlawanan jenis itu kini tengah sibuk saling menghujam satu sama lain demi mencari titik kepuasan mereka masing-masing. Ruangan perawatan yang mereka gunakan kini sudah berantakan sejalan dengan permainan mereka yang cukup keras. "Sialan kau! Dasar jalang!!" Pekik Nico yang sedang memukul-mukul kedua gunung kembar Marie yang memantul-mantul lepas di bawah tubuhnya. "Damn you, Nicholas!!" Maki Marie yang ikut menikmati setiap hujaman kenikmatan yang Nicholas berikan untuknya. "See? Berhenti menjelek-jelekkannya!! Kau bahkan lebih rendah darinya!! Akkh!!!" Pekik Nico saat ujungnya semakin mendekat. "Di dalam saja!" Marie meraih tangan Nicholas dan menjepit pria itu dengan kedua kakinya yang membuat Nicholas kesusahan untuk mengeluarkan miliknya dari lubang kenikmatan Marie. "Lepas!" Pekik Nicholas tidak tahan. "Hell no!" Marie tersenyum sumringah, puas akan kerja kerasnya selama hampir
Author POV Di satu sisi, Bobby yang tengah menyibukkan dirinya di keramaian diskotik malam hari mulai beranjak dari tempatnya melarikan diri dari kesibukannya mengurus dua anggota keluarga yang harus dijauhkan satu sama lain. Bobby memijat pelipisnya yang kembali berdenyut. Apa lagi yang terjadi sekarang? Di saat ia merasa semuanya baik-baik saja, ternyata ada saja pihak yang terus berusaha membuatnya sibuk. Bobby kemudian berlalu meninggalkan para wanita penghibur yang tengah mabuk oleh minuman keras yang Bobby pesan. Ia kemudian mengambil alih kendaraannya sendiri menuju ke rumah salah satu orang yang paling ia curigai atas insiden hilangnya Lylia dari rumah sakit. Siapa lagi kalau bukan Dante Prime, Sugar Daddy Lylia. Sepanjang perjalanan Bobby berusaha sekuat mungkin agar tidak terbakar emosi. Ia sangat yakin kalau Dante masih belum bisa meninggalkan gadis itu sehingga ia nekat berbuat ulah semacam ini. Jangan sampai Bobby harus memanggil pihak yang berwenang untuk memisahkan me
Author POV Di satu sisi, Ted terus mengobrak abrik ruang pengawasan demi mencari tau apa yang sebenarnya terjadi saat ia pergi. Dengan bantuan bodyguardnya yang kini datang untuk membantunya, mereka menanyakan ke petugas keamanan yang berjaga hari ini tentang apa saja yang sudah terjadi. Sedangkan Ted terus membuka file video rekaman CCTV satu persatu. Namun apa yang ia lakukan tidak membuahkan hasil sama sekali. Rekaman peristiwa hari ini semuanya telah dihapus oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Ted sudah tidak mempunyai bukti apa-apa lagi. Merasa frustasi, Ted segera berjalan kembali ke kamar rawat Lylia yang sudah kosong. Para bodyguard yang terluka itu kini sudah dibawa ke ruang pengobata. Melihat darah yang tercecer di lantai semakin membuat hati Ted tidak karuan. Ia terus dihantui ketakutan yang teramat sangat jika harus membayangkan Lylianya terluka. Ted segera mengambil ponselnya kembali. "Paman..." Sapanya panik. "Maaf lama, Paman sedang di jalan menuju rumah sakit."
Author POVTerik matahari menyapa dengan hangatnya di kulit dingin Lylia yang sedang tertidur dengan kondisi tangan yang terikat di belakang. Lylia yang kaget segera membuka mata dan memfokuskan pandangannya untuk memperhatikan sekelilingnya. Ia mencoba mencari tahu siapa dalang yang sudah memperlakukannya seperti ini lagi. Ia meringis kesakitan saat melihat kakinya yang masih terbalut perban yang sudah mulai membusuk dan juga ikut terikat, yang lagi-lagi oleh borgol sialan. Luka yang tadinya mulai membaik kini terasa menyakiti kulit dan pergelangan kaki Lylia secara perlahan.Posisi tubuh Lylia sedang tertidur di dinginnya lantai kamar yang terlihat sedikit tidak terawat. Lylia mengurungkan niatnya saat berusaha berdiri karena lututnya masih terasa sangat lemas. Belum lagi jantung yang berdegup tidak beraturan membuatnya sibuk mengatur pernafasannya sendiri agar tidak menyulitkannya di situasi yang tidak menentu ini. Akhirnya ia memilih kembali berbaring di tempat dinginnya semula den
Dante POV Butuh beberapa kali panggilan agar Bobby benar-benar mau mengangkat teleponku. Suaranya terdengar lebih berat dari biasanya. Dari situ aku bisa menyimpulkan dia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, sesuatu pasti berjalan lebih buruk dari bayanganku. "Dari mana saja kau?!" Marahnya saat mengangkat panggilan teleponku. Aku diam tidak membalasnya. "Kau tidak tau betapa gilanya aku, Dante!" Marahnya. Aku tetap bergeming tidak menjawab. "Kau hanya meneleponku untuk diam? Hah?! Bantu aku, brengsek!" Makinya. Untuk pertama kalinya aku mendengarnya memakiku setelah beberapa puluh tahun aku berteman baik dengannya. Sesuatu ternyata sudah berjalan di luar kendalinya. "Dante tolong..." Suaranya semakin putus asa memanggil namaku. Kuhirup asap rokokku seolah siap untuk menerima apapun kabar buruk yang akan keluar dari mulutnya nanti. Kuhembuskan nafasku saat hatiku siap untuk mendengar penjelasan darinya. "Jelaskan situasinya." Ucapku sedikit memerintah. "Gadis itu,
Nicholas POV Mom tersenyum di hadapanku. Wajahnya tidak terlalu banyak berubah. Hanya terlihat lebih pucat dengan kantung mata yang sedikit menggembung, mungkin karena sudah terlalu banyak menangis atau begadang. Yang jelas tampilannya masih cantik seperti bisanya. "Mom, ada apa ini?? Lepaskan aku.." Rintihku dengan mengguncangkan sedikit badanku yang terikat. Mom masih tersenyum sambil mengelus wajahku pelan. "Mommy kangen, Nico... Kenapa kamu tidak pernah menghubungi Mommy?" Tanyanya dengan wajah sendu. "Mom!"Pekikku semakin mengguncang badanku. Mommy hanya terus melihatku dengan tatapan kosongnya itu. Meski begitu, ada kilauan bahagia yang terpancar dari matanya sekilas. "Tolong Nico, Mom..." Pintaku terus menatap wajahnya. "No honey, no.. Kamu harus diam di sini. Tidak usah banyak bergerak. Mommy akan urus semuanya. Kamu hanya perlu menjadi anak baik saja yang nurut sama Mommy." Ucapnya seraya mengelus rambutku. "Mom.. Listen to me!" Pekikku. "Dad will find you! Dan dia m
Lylia POVDengan kekuatan yang kumiliki, kuberanikan diriku untuk menatap mata seseorang yang sedari tadi hanya berjongkok di hadapanku dan melihatku dengan kedua matanya yang penuh rasa benci itu. Meski jantung dan tubuhku bergetar hebat karena bayangan penyiksaan yang sudah ia lakukan waktu itu kembali melintas di kepalaku, tetap kupaksakan netra ini menatap netra hitamnya. Sesekali tatapan matanya itu beralih melihatku dari atas ke bawah seolah sedang menilai dan merendahkanku. Aku membalas tatapan dari mantan istri Daddy, Alicia, untuk mempertahankan harga diriku."Apa semenyenangkan itu menghancurkan kehidupan orang lain?" Tanyanya tiba-tiba.Aku diam tidak mau membalas apapun yang dia ucapkan.'Bukan keinginanku untuk menghancurkan kehidupanmu! Siapa yang menghancurkan siapa lebih tepatnya?!' Batinku kesal."Aku bingung dengan selera anakku dan pria itu. Sebenarnya apa yang mereka lihat darimu, hm?" Ia meraih daguku, membolak balikkannya lalu membuangnya."Tidak ada yang spesial.