Nggak terasa udah part - 111 aja. Sebentar lagi tamat deh :) Yuk! Yang semangat bacanya. Di jamin puncak masalahnya semakin seru. Hehehe. Jangan lupa dukung Thor dengan vote cerita ini ya, supaya Thor makin semangat nulisnya. Makasih banyak buat pembaca setia MSDiaM dan yang udah VOTE! Thor butiran debu tanpa kalian:') Mari kawal cerita ini sampai tamat! GASSSS!!!
Harap Bijak Dalam MembacaAda sedikit adegan dewasa 21+ . . . Author POV Sepasang manusia berlawanan jenis itu kini tengah sibuk saling menghujam satu sama lain demi mencari titik kepuasan mereka masing-masing. Ruangan perawatan yang mereka gunakan kini sudah berantakan sejalan dengan permainan mereka yang cukup keras. "Sialan kau! Dasar jalang!!" Pekik Nico yang sedang memukul-mukul kedua gunung kembar Marie yang memantul-mantul lepas di bawah tubuhnya. "Damn you, Nicholas!!" Maki Marie yang ikut menikmati setiap hujaman kenikmatan yang Nicholas berikan untuknya. "See? Berhenti menjelek-jelekkannya!! Kau bahkan lebih rendah darinya!! Akkh!!!" Pekik Nico saat ujungnya semakin mendekat. "Di dalam saja!" Marie meraih tangan Nicholas dan menjepit pria itu dengan kedua kakinya yang membuat Nicholas kesusahan untuk mengeluarkan miliknya dari lubang kenikmatan Marie. "Lepas!" Pekik Nicholas tidak tahan. "Hell no!" Marie tersenyum sumringah, puas akan kerja kerasnya selama hampir
Author POV Di satu sisi, Bobby yang tengah menyibukkan dirinya di keramaian diskotik malam hari mulai beranjak dari tempatnya melarikan diri dari kesibukannya mengurus dua anggota keluarga yang harus dijauhkan satu sama lain. Bobby memijat pelipisnya yang kembali berdenyut. Apa lagi yang terjadi sekarang? Di saat ia merasa semuanya baik-baik saja, ternyata ada saja pihak yang terus berusaha membuatnya sibuk. Bobby kemudian berlalu meninggalkan para wanita penghibur yang tengah mabuk oleh minuman keras yang Bobby pesan. Ia kemudian mengambil alih kendaraannya sendiri menuju ke rumah salah satu orang yang paling ia curigai atas insiden hilangnya Lylia dari rumah sakit. Siapa lagi kalau bukan Dante Prime, Sugar Daddy Lylia. Sepanjang perjalanan Bobby berusaha sekuat mungkin agar tidak terbakar emosi. Ia sangat yakin kalau Dante masih belum bisa meninggalkan gadis itu sehingga ia nekat berbuat ulah semacam ini. Jangan sampai Bobby harus memanggil pihak yang berwenang untuk memisahkan me
Author POV Di satu sisi, Ted terus mengobrak abrik ruang pengawasan demi mencari tau apa yang sebenarnya terjadi saat ia pergi. Dengan bantuan bodyguardnya yang kini datang untuk membantunya, mereka menanyakan ke petugas keamanan yang berjaga hari ini tentang apa saja yang sudah terjadi. Sedangkan Ted terus membuka file video rekaman CCTV satu persatu. Namun apa yang ia lakukan tidak membuahkan hasil sama sekali. Rekaman peristiwa hari ini semuanya telah dihapus oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Ted sudah tidak mempunyai bukti apa-apa lagi. Merasa frustasi, Ted segera berjalan kembali ke kamar rawat Lylia yang sudah kosong. Para bodyguard yang terluka itu kini sudah dibawa ke ruang pengobata. Melihat darah yang tercecer di lantai semakin membuat hati Ted tidak karuan. Ia terus dihantui ketakutan yang teramat sangat jika harus membayangkan Lylianya terluka. Ted segera mengambil ponselnya kembali. "Paman..." Sapanya panik. "Maaf lama, Paman sedang di jalan menuju rumah sakit."
Author POVTerik matahari menyapa dengan hangatnya di kulit dingin Lylia yang sedang tertidur dengan kondisi tangan yang terikat di belakang. Lylia yang kaget segera membuka mata dan memfokuskan pandangannya untuk memperhatikan sekelilingnya. Ia mencoba mencari tahu siapa dalang yang sudah memperlakukannya seperti ini lagi. Ia meringis kesakitan saat melihat kakinya yang masih terbalut perban yang sudah mulai membusuk dan juga ikut terikat, yang lagi-lagi oleh borgol sialan. Luka yang tadinya mulai membaik kini terasa menyakiti kulit dan pergelangan kaki Lylia secara perlahan.Posisi tubuh Lylia sedang tertidur di dinginnya lantai kamar yang terlihat sedikit tidak terawat. Lylia mengurungkan niatnya saat berusaha berdiri karena lututnya masih terasa sangat lemas. Belum lagi jantung yang berdegup tidak beraturan membuatnya sibuk mengatur pernafasannya sendiri agar tidak menyulitkannya di situasi yang tidak menentu ini. Akhirnya ia memilih kembali berbaring di tempat dinginnya semula den
Dante POV Butuh beberapa kali panggilan agar Bobby benar-benar mau mengangkat teleponku. Suaranya terdengar lebih berat dari biasanya. Dari situ aku bisa menyimpulkan dia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, sesuatu pasti berjalan lebih buruk dari bayanganku. "Dari mana saja kau?!" Marahnya saat mengangkat panggilan teleponku. Aku diam tidak membalasnya. "Kau tidak tau betapa gilanya aku, Dante!" Marahnya. Aku tetap bergeming tidak menjawab. "Kau hanya meneleponku untuk diam? Hah?! Bantu aku, brengsek!" Makinya. Untuk pertama kalinya aku mendengarnya memakiku setelah beberapa puluh tahun aku berteman baik dengannya. Sesuatu ternyata sudah berjalan di luar kendalinya. "Dante tolong..." Suaranya semakin putus asa memanggil namaku. Kuhirup asap rokokku seolah siap untuk menerima apapun kabar buruk yang akan keluar dari mulutnya nanti. Kuhembuskan nafasku saat hatiku siap untuk mendengar penjelasan darinya. "Jelaskan situasinya." Ucapku sedikit memerintah. "Gadis itu,
Nicholas POV Mom tersenyum di hadapanku. Wajahnya tidak terlalu banyak berubah. Hanya terlihat lebih pucat dengan kantung mata yang sedikit menggembung, mungkin karena sudah terlalu banyak menangis atau begadang. Yang jelas tampilannya masih cantik seperti bisanya. "Mom, ada apa ini?? Lepaskan aku.." Rintihku dengan mengguncangkan sedikit badanku yang terikat. Mom masih tersenyum sambil mengelus wajahku pelan. "Mommy kangen, Nico... Kenapa kamu tidak pernah menghubungi Mommy?" Tanyanya dengan wajah sendu. "Mom!"Pekikku semakin mengguncang badanku. Mommy hanya terus melihatku dengan tatapan kosongnya itu. Meski begitu, ada kilauan bahagia yang terpancar dari matanya sekilas. "Tolong Nico, Mom..." Pintaku terus menatap wajahnya. "No honey, no.. Kamu harus diam di sini. Tidak usah banyak bergerak. Mommy akan urus semuanya. Kamu hanya perlu menjadi anak baik saja yang nurut sama Mommy." Ucapnya seraya mengelus rambutku. "Mom.. Listen to me!" Pekikku. "Dad will find you! Dan dia m
Lylia POVDengan kekuatan yang kumiliki, kuberanikan diriku untuk menatap mata seseorang yang sedari tadi hanya berjongkok di hadapanku dan melihatku dengan kedua matanya yang penuh rasa benci itu. Meski jantung dan tubuhku bergetar hebat karena bayangan penyiksaan yang sudah ia lakukan waktu itu kembali melintas di kepalaku, tetap kupaksakan netra ini menatap netra hitamnya. Sesekali tatapan matanya itu beralih melihatku dari atas ke bawah seolah sedang menilai dan merendahkanku. Aku membalas tatapan dari mantan istri Daddy, Alicia, untuk mempertahankan harga diriku."Apa semenyenangkan itu menghancurkan kehidupan orang lain?" Tanyanya tiba-tiba.Aku diam tidak mau membalas apapun yang dia ucapkan.'Bukan keinginanku untuk menghancurkan kehidupanmu! Siapa yang menghancurkan siapa lebih tepatnya?!' Batinku kesal."Aku bingung dengan selera anakku dan pria itu. Sebenarnya apa yang mereka lihat darimu, hm?" Ia meraih daguku, membolak balikkannya lalu membuangnya."Tidak ada yang spesial.
Dante POV"Laporkan situasinya!" Perintahku pada Victor yang bertugas mencari informasi mengenai keberadaan anak dan gadisku."Kami berhasil mendapatkan beberapa gambar dari kamera pengawas di gedung sekitar rumah sakit Tuan, dan memang benar gerombolan yang Tuan maksud adalah para anggota Ronan Cross." Jelas Victor di sepanjang perjalanan menuju kediaman Bobby."Lalu apa Nico dan Lylia selamat?""Maaf Tuan kami belum mendapatkan kepastian, tapi dari gambar tersebut tampak Tuan Nicholas sedang di seret masuk ke mobil dalam keadaan lemas, sedangkan Nona Lylia dibopong sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri." Balas Victor.Kuhantamkan tanganku sekuat mungkin di kursi penumpang yang kosong di sebelahku untuk menyalurkan emosi yang tidak tertahankan lagi. Sungguh diluar ekspektasiku, seseorang bisa lolos dari bawah pengawasan Bobby yang teliti. Tidak. Ini bukan salah Bobby. Semua karena ulah orang itu! Orang yang sejak awal sudah berniat untuk memisahkanku dari sisi Lylia. Seseorang yang
Author POV Hari itu baru memasuki bulan ke delapan sebelum Lylia masuk ke rumah sakit karena air ketubannya yang mendadak keluar karena kontraksi yang Lylia pikir sebagai kontraksi palsu semata. Dan dengan perasaan panik yang luar biasa, Dante segera menyuruh seluruh dokter kandungan yang bertugas hari itu untuk segera datang ke istananya tanpa terkecuali. Rasa panik juga dirasakan oleh Nicholas yang segera memesan tiket penerbangan kembali ke tanah air demi melihat sang adik yang tampaknya akan lebih cepat hadir ke dunia. Belum lagi Ted yang ikut kebingungan mencari penerbangan untuk melihat adik kesayangannya yang akan melahirkan. "Bagaimana Dok?!" Panik Dante. "Anaknya sudah bisa dikeluarkan, Tuan. Melihat kondisi Nyonya sekarang, sepertinya mustahil untuk melahirkan di Rumah Sakit. Apa Tuan mengizinkan kami untuk melakukan persalinan di sini?" Tanya dokter senior yang paling bertanggung jawab. "Lakukan apapun yang perlu kalian lakukan, asal istri dan anakku selamat!" Titah Dant
Author POV Dengan masih terbalut pakaian yang penuh dengan bercak darah, Dante membawa Lylia kembali pulang kerumah mereka setelah melalui malam yang sangat panjang dan menyiksa batin mereka berdua. Dengan berat Lylia melangkahkan kakinya meninggalkan gudang yang penuh dengan kenangan buruk nan melegakan itu. Ia baru saja telah memberikan izin suaminya untuk membunuh seseorang yang sudah menghancurkan kehidupannya dengan bantuan tangan dingin Dante. Tapi tangan dingin itu jugalah yang berkali-kali menyelamatkan dirinya dan membuatnya sadar bahwa semua masalahnya sudah berakhir. Tidak ada lagi mimpi buruk. Tidak ada lagi yang berani mengancam keberadaannya. Meski demikian, Dante tidak berbesar hati. Dia akan tetap waspada dan selalu memberikan perlindungan yang utama pada sang istri tercinta agar hal serupa tidak akan terjadi lagi untuk yang ke dua kalinya. Sudah cukup. Namun untuk sekarang ini, semuanya sudah selesai. "Daddy..." "Ya sayang?" Tanya Dante melirik istrinya yang tengah
Author POVKini jari Dante merengsek masuk mencongkel salah satu bola mata Ronan yang terus menatapnya benci. Dan tanpa perasaan ia mulai mengobrak-abrik rongga mata itu hingga salah satu bola mata itu berhasil ia keluarkan dalam kondisi sempurna yang kemudian ia lemparkan begitu saja tepat ke hadapan Alicia.Alicia semakin menangis tak terkendali. Ia sudah tidak mempedulikan borok dan luka yang membusuk di kedua tangan dan kakinya. Victor memperlakukan Alicia persis seperti apa yang sudah ia perbuat pada Lylia dengan membuat luka yang sama pada tubuh istri majikannya. Alicia mendekatkan dirinya pada tubuh Ronan yang masih bernyawa namun sudah tidak berbentuk lagi. Kedua tangan dan kakinya sudah tidak ada di tempatnya, perut dan dada yang berlubang akibat tebasan pedang tajam Dante, bibir yang hilang dari tempatnya serta bola mata Ronan yang keluar dari tempatnya. Ronan hanya bisa bergetar sesekali akibat kejang otot yang dirasakannya. Ia masih bisa melirik Alicia yang menatapnya iba
Author POV "Kau tau... Pedang ini turun temurun digunakan untuk mengeksekusi para saingan bisnis kotor keluarga Prime yang sudah berbuat curang dan licik sepertimu. Jadi seharusnya menjadi kehormatan bagimu bisa menjadi salah satunya." "DASAR BAJINGAN KAU DANTE!!! MATILAH KAU!!" Maki Ronan yang tau akan dilakukan seperti apa oleh monster yang satu itu. "Kau tau kenapa aku punya gudang seperti ini disini? Karena ini menjadi tempat yang tepat bagiku untuk menghabisi orang-orang yang licik seperti kalian. Jauh segala sesuatu yang mewah dan pantas. Kalian hanya seonggok sampah yang membuatku kesulitan. Dan kau tau siapa yang menyukai sampah?" Tanya Dante saat sibuk memangkas tangan dan kaki Ronan satu persatu. "AAAAAKH!! BRENGSEK KAU DANTE SIALAN!! KUKUTUK KAU DAN SELURUH KELUARGAMU!!!" Jerit putus asa Ronan yang semakin membuat Dante tersenyum puas. Victor lalu datang membawa satu kandang kaca yang berisi tikus hitam yang besar dan bergerak yang bergerak sangat gesit bak sedang kela
Author POV"Kau tidak marah? Aku mencium seseorang yang kau sangat cintai dulu. Oh, tidak. Bahkan kau masih mencintainya sampai saat ini. Hanya saja rasa cintamu sudah tertutup dengan perasaan bencimu denganku." Smirk Lylia mencoba memprovokasi Alicia setelah puas mencium Dante."Seseorang yang begitu berkuasa ini ternyata sangat manis dan terlalu baik padaku. Apa kau pernah merasakan perhatian itu, Alicia? Rasa cinta dan kasih sayang Dante yang mengalir bak air hujan yang tidak pernah kering! Apa kau pernah dicintai sebegitu dalam oleh mantan suamimu yang terlalu romantis? Hm?!" Lylia mulai berjalan kembali mendekati Alicia.Dante sedikit kaget dengan segala macam ucapan provokatif Lylia. Istrinya itu mencoba menyerang dan menyiksa batin Alicia secara perlahan."Apa Dante pernah melakukan hal manis itu padamu? Tidak? Oh, kasihan... Kaulah yang harusnya dikasihani. Perempuan kasar yang kekurangan kasih sayang tapi haus akan kekuasaan dan kehormatan sepertimu malah mengais-ngais cinta
Author POV "DADDY HENTIKAN!!" Lylia berjalan meraih lengan Dante dengan mengesampingkan segala ketakutan yang menjalar di tubuhnya. "Lylia!" Panik Kai yang segera berjalan mendekat namun ditahan oleh Victor yang mengkhawatirkan keselamatan Kai. "Tahan, tunggu sebentar. Kita akan menyelamatkan Nyonya Lylia kalau Tuan mulai lepas kendali. Perhatikan terus mata itu." Bisik Victor. "Daddy kumohon..." Lylia mulai memeluk Dante dari belakang karena tidak berhasil menahan langkah penuh emosi Dante. "SINI KAU BRENGSEK! AKAN KUBAWA KAU BERTEMU KELUARGA PRIMEMU YANG TERKUTUK ITU!!" Maki Alicia tidak berhenti. Dante berhasil mendekati Alicia dengan Lylia yang masih menempel di tubuhnya. Dante meraih kerah baju Alicia, mengangkat tubuh kurus kering itu tinggi-tinggi dan mulai mengepalkan tangan kanannya seolah siap menghajar Alicia. "DANTE PRIME HENTIKAN SEKARANG JUGA!!!" Jerit Lylia. Dante tidak bergeming. "KALAU TIDAK, AKU AKAN MEMBUNUH ANAK INI!!" Tambahnya putus asa. Suara teriakan
Author POV Tubuh Lylia bergetar hebat. Tidak pernah menyangka bahwa pria yang dia anggap baik di hadapannya itu nyatanya tidak lebih buruk dari Mark ataupun Marie yang hanya menginginkan hal buruk menimpa dirinya. Lylia tidak paham lagi apa yang sudah membuat mereka semua begitu membenci dirinya. Yang ia tau, semua bermula saat kehidupannya yang baru dimulai di keluarga Prime. Jadi ini adalah resiko yang harus Lylia jalani saat Dante Prime mulai menerima keberadaannya. "Bagaimana? Apa menyenangkan menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang mengagumimu?" Tanya Ronan menghentikan lamunan Lylia. Lylia yang masih terkejut atas fakta-fakta menyedihkan selama ini lalu mengernyitkan dahinya kebingungan. "Oh, ayolah! Apa seenak itu tidur dengannya? Kudengar dosen itu tergila-gila padamu. Apa dia memperlakukanmu dengan sangat baik? Seharusnya sih iya. Dia terlihat lebih sopan ketimbang bajingan di belakangmu itu." Senyumnya mengejek. Lylia yang paham mulai membulatkan matanya. Ia ke
Author POVDante mengemudikan mobilnya sendiri dan membawa sang istri tercinta yang kini tengah mengandung anak 'mereka' berdua yang kini sudah masuk di tri semester kedua. Tentu saja benjolan kecil di perut Lylia itu semakin terlihat jelas karena tubuh Lylia sendiri yang tidak terlalu besar dan cenderung sedikit kecil. Namun saat ini karena hormon yang di keluarkan oleh sang ibu hamil membuatnya tampak lebih cantik dan seksi dibandingkan sebelumnya. Dan hal itu diakui tidak hanya oleh Dante sebagai sang suami, Nicholas pun yang sering membuat panggilan video pada mereka juga mengakui hal yang sama. Di matanya, Lylia yang merupakan ibu sambungnya tampak lebih menggemaskan dibandingkan biasanya. Hal itu yang membuat Dante s
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️ ⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️ . . . Author POV Suara desahan nikmat Lylia sejalan dengan badannya yang bergerak naik turun sesuai tempo mulai memenuhi kamar Dante yang awalnya sangat sepi. Lylia sangat menikmati momen kebersamaan mereka yang satu ini, mempunyai janin di dalam kandungannya bukan menjadi suatu penghalang baginya untuk memuaskan hasrat sang suami. "Baby.." Khawatir Dante, meski ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Istrinya tetap terasa sempit bagi ukuran Dante yang di luar normal itu, meski istrinya sudah ia persiapkan dengan sangat matang sebelum menghujaminya berkali-kali setiap malam. Tidak ada yang berubah. Istrinya tetap terlalu sempit untuknya. Tapi itu tidak masalah, karena Lylia juga ternyata menyukai kelebihan Dante yang satu ini. "Daddy.. Wait for me. Mmhhh..." Lylia mulai menggerakkan panggulnya kedepan dan kebelakang demi memijat lembut sang suami. "Oh! What a bad baby girl." Desah Dante y