Nicholas POV Mom tersenyum di hadapanku. Wajahnya tidak terlalu banyak berubah. Hanya terlihat lebih pucat dengan kantung mata yang sedikit menggembung, mungkin karena sudah terlalu banyak menangis atau begadang. Yang jelas tampilannya masih cantik seperti bisanya. "Mom, ada apa ini?? Lepaskan aku.." Rintihku dengan mengguncangkan sedikit badanku yang terikat. Mom masih tersenyum sambil mengelus wajahku pelan. "Mommy kangen, Nico... Kenapa kamu tidak pernah menghubungi Mommy?" Tanyanya dengan wajah sendu. "Mom!"Pekikku semakin mengguncang badanku. Mommy hanya terus melihatku dengan tatapan kosongnya itu. Meski begitu, ada kilauan bahagia yang terpancar dari matanya sekilas. "Tolong Nico, Mom..." Pintaku terus menatap wajahnya. "No honey, no.. Kamu harus diam di sini. Tidak usah banyak bergerak. Mommy akan urus semuanya. Kamu hanya perlu menjadi anak baik saja yang nurut sama Mommy." Ucapnya seraya mengelus rambutku. "Mom.. Listen to me!" Pekikku. "Dad will find you! Dan dia m
Lylia POVDengan kekuatan yang kumiliki, kuberanikan diriku untuk menatap mata seseorang yang sedari tadi hanya berjongkok di hadapanku dan melihatku dengan kedua matanya yang penuh rasa benci itu. Meski jantung dan tubuhku bergetar hebat karena bayangan penyiksaan yang sudah ia lakukan waktu itu kembali melintas di kepalaku, tetap kupaksakan netra ini menatap netra hitamnya. Sesekali tatapan matanya itu beralih melihatku dari atas ke bawah seolah sedang menilai dan merendahkanku. Aku membalas tatapan dari mantan istri Daddy, Alicia, untuk mempertahankan harga diriku."Apa semenyenangkan itu menghancurkan kehidupan orang lain?" Tanyanya tiba-tiba.Aku diam tidak mau membalas apapun yang dia ucapkan.'Bukan keinginanku untuk menghancurkan kehidupanmu! Siapa yang menghancurkan siapa lebih tepatnya?!' Batinku kesal."Aku bingung dengan selera anakku dan pria itu. Sebenarnya apa yang mereka lihat darimu, hm?" Ia meraih daguku, membolak balikkannya lalu membuangnya."Tidak ada yang spesial.
Dante POV"Laporkan situasinya!" Perintahku pada Victor yang bertugas mencari informasi mengenai keberadaan anak dan gadisku."Kami berhasil mendapatkan beberapa gambar dari kamera pengawas di gedung sekitar rumah sakit Tuan, dan memang benar gerombolan yang Tuan maksud adalah para anggota Ronan Cross." Jelas Victor di sepanjang perjalanan menuju kediaman Bobby."Lalu apa Nico dan Lylia selamat?""Maaf Tuan kami belum mendapatkan kepastian, tapi dari gambar tersebut tampak Tuan Nicholas sedang di seret masuk ke mobil dalam keadaan lemas, sedangkan Nona Lylia dibopong sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri." Balas Victor.Kuhantamkan tanganku sekuat mungkin di kursi penumpang yang kosong di sebelahku untuk menyalurkan emosi yang tidak tertahankan lagi. Sungguh diluar ekspektasiku, seseorang bisa lolos dari bawah pengawasan Bobby yang teliti. Tidak. Ini bukan salah Bobby. Semua karena ulah orang itu! Orang yang sejak awal sudah berniat untuk memisahkanku dari sisi Lylia. Seseorang yang
Lylia POVKupaksa mataku untuk terbuka saat samar-samar rasa dingin dan basah menghampiri tubuhku. Bunyi gemericik air membuatku dengan mudah tersadar kalau saat ini posisiku sedang terendam di dalam air. Dengan susah payah kupaksakan kesadaranku untuk segera kembali. Mataku segera menjelajah melihat kondisi di sekitarku yang sudah berpindah ke dalam kamar mandi, lebih tepatnya di dalam bak mandi."Kau sudah bangun?" Suara pria yang kukenal itu mengagetkanku dari belakang.Tubuhku membeku seketika saat langkahnya berjalan mendekatiku lalu duduk tepat di samping bak mandiku dengan membawa wadah yang berisi dengan cairan yang berbusa lengkap dengan sponge-nya.Aku melihat sekilas wajahnya yang kini terlihat lebih rapi di bandingkan dengan sebelumnya. Ia sudah membersihkan kumis dan bahkan jenggot halus yang tadinya sempat menghiasi wajahnya. Pakaiannya juga sudah berganti dan aku bisa mencium bau wangi parfum yang bersumber darinya."Maaf, tapi kau harus mandi." Ucapnya yang mulai membas
Lylia POV"Daddy...." Rintihku.Rasa panas kini timbul di lengan bekas suntikannya tadi. Rasanya nyeri dan kesemutan mulai terasa menyakitkan. Namun perlahan tapi pasti rasa itu leyap dan di gantikan dengan rasa lemas, lebih tepatnya mati rasa. Kulawan perasaan itu namun tubuh ini sudah tidak bisa menoleransi obat asing yang masuk kealiran darahku. Lenganku kini sepenuhnya tidak bisa di gerakkan. Aku tersungkur tidak berdaya di lantai.Mark berjalan mendekatiku. Kesadaranku masih bisa kukendalikan. Aku bisa melihat wajahnya yang menatapku dengan ekspresinya yang dingin. Di saat tubuhku mulai lumpuh sepenuhnya, di saat itulah dia baru mengangkatku kembali ke atas kasur yang sudah ia tata sedemikian rupa."Obatnya pasti sudah bekerja." Senyumnya kembali duduk di samping kasurku.Aku kembali menangis namun sambil menjerit. Ia mengambil beberapa kunci yang di simpan di dalam kantong celananya dan mulai membuka satu persatu borgol yang mengikat tangan dan kakiku."TOLONG LEPAS PAK! AKU TID
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️...Nicholas POVMarie tersenyum puas saat kedua bodyguardnya mulai merebahkan tubuhku dan mengikat kaki serta tanganku di kasur berukuran Queen bed yang masih bagus ini. Sesekali kucoba untuk memberontak tapi badan kedua pria ini masih terlalu besar untuk kulawan seorang diri. Dinginnya suhu malam ini merengsek masuk melalui jendela kamar yang sengaja dibuka oleh Marie. Dia sempat berkata ingin melihat wajahku di bawah terangnya sinar bulan. Atau lebih tepatnya, dia merasa lebih terangsang saat melakukan hal itu di tempat yang lebih redup.Tidak pernah ada dalam bayanganku akan merasakan pelecehan dan penghinaan di saat yang bersamaan seperti ini atau membayangkan Ibu kandungku sendiri yang menyerahkanku pada perempuan gila seperti Marie Cross! Sungguh mengecewakan dan memuakkan. Kini aku hanya bisa pasrah dan menguatkan diriku agar tidak takut pada apapun yang akan Marie lakukan nanti.Ceklek.S
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️...Nicholas POV"Kau menyukainya sayang?" Tanya Marie.Dari suaranya aku yakin bukan Marie yang sedang menunggangiku, karena suara desahan Marie terdengar jelas tepat di samping telingaku. Marie mulai mencium pipi dan keningku sambil terus memegang rahang kokohku."Aku tau seleramu sayang, selama ini kau selalu bermain denganku tidak pernah kurang dari 2 jam dan tampaknya kau sangat menikmati saat kau mendominasiku. Jadi sekarang izinkan aku membalasnya, setidaknya aku membutuhkan bantuan wanita lain untuk mengimbangimu. Karena malam ini benihmu akan benar benar kuhabiskan sampai ke akar-akarnya." Bisiknya setengah tertawa di telingaku."Mmh!!" Pekikku merinding sambil berusaha melawan saat badanku yang terus digenjot oleh kedua jalang yang sibuk mendesah menikmati kejantananku yang keluar masuk di dalam mereka. Ingin sekali rasanya mencekik dan mematahkan batang leher ketiga jalang gila ini.Ma
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️...Lylia POVKubuka kembali mataku saat perlahan kudengar lantunan musik slow blues yang berhasil memanjakan telingaku. Cahaya malam masuk ke sela jendela kamar yang kini dipenuhi dengan lilin putih yang ikut menerangi kamar. Kuedarkan pandanganku ke kanan ke kiri untuk melihat kondisi ruangan ini dengan saksama.Hingga saat netra pria itu bertemu dengan netraku, badanku otomatis terperanjak bergerak mundur. Namun satu yang kusadari, kedua tanganku terikat di kepala kasur dan lagi-lagi aku memakai baju yang menjijikkan! Sebuah lingerie yang terbuat dari kain sutera yang begitu lembut menutupi tubuhku dengan tidak sempurna. Belum lagi aksesoris hitam kulit yang melingkar di leher dan di pahaku. Apa ini?!Kuatur nafasku yang mulai naik turun, dengan air mata yang mulai menumpuk di pelupuk mataku. Jujur saja rasa takut dan jijik kembali menyelimuti pikiranku malam ini. Mark tampak duduk dengan menop
Author POV Hari itu baru memasuki bulan ke delapan sebelum Lylia masuk ke rumah sakit karena air ketubannya yang mendadak keluar karena kontraksi yang Lylia pikir sebagai kontraksi palsu semata. Dan dengan perasaan panik yang luar biasa, Dante segera menyuruh seluruh dokter kandungan yang bertugas hari itu untuk segera datang ke istananya tanpa terkecuali. Rasa panik juga dirasakan oleh Nicholas yang segera memesan tiket penerbangan kembali ke tanah air demi melihat sang adik yang tampaknya akan lebih cepat hadir ke dunia. Belum lagi Ted yang ikut kebingungan mencari penerbangan untuk melihat adik kesayangannya yang akan melahirkan. "Bagaimana Dok?!" Panik Dante. "Anaknya sudah bisa dikeluarkan, Tuan. Melihat kondisi Nyonya sekarang, sepertinya mustahil untuk melahirkan di Rumah Sakit. Apa Tuan mengizinkan kami untuk melakukan persalinan di sini?" Tanya dokter senior yang paling bertanggung jawab. "Lakukan apapun yang perlu kalian lakukan, asal istri dan anakku selamat!" Titah Dant
Author POV Dengan masih terbalut pakaian yang penuh dengan bercak darah, Dante membawa Lylia kembali pulang kerumah mereka setelah melalui malam yang sangat panjang dan menyiksa batin mereka berdua. Dengan berat Lylia melangkahkan kakinya meninggalkan gudang yang penuh dengan kenangan buruk nan melegakan itu. Ia baru saja telah memberikan izin suaminya untuk membunuh seseorang yang sudah menghancurkan kehidupannya dengan bantuan tangan dingin Dante. Tapi tangan dingin itu jugalah yang berkali-kali menyelamatkan dirinya dan membuatnya sadar bahwa semua masalahnya sudah berakhir. Tidak ada lagi mimpi buruk. Tidak ada lagi yang berani mengancam keberadaannya. Meski demikian, Dante tidak berbesar hati. Dia akan tetap waspada dan selalu memberikan perlindungan yang utama pada sang istri tercinta agar hal serupa tidak akan terjadi lagi untuk yang ke dua kalinya. Sudah cukup. Namun untuk sekarang ini, semuanya sudah selesai. "Daddy..." "Ya sayang?" Tanya Dante melirik istrinya yang tengah
Author POVKini jari Dante merengsek masuk mencongkel salah satu bola mata Ronan yang terus menatapnya benci. Dan tanpa perasaan ia mulai mengobrak-abrik rongga mata itu hingga salah satu bola mata itu berhasil ia keluarkan dalam kondisi sempurna yang kemudian ia lemparkan begitu saja tepat ke hadapan Alicia.Alicia semakin menangis tak terkendali. Ia sudah tidak mempedulikan borok dan luka yang membusuk di kedua tangan dan kakinya. Victor memperlakukan Alicia persis seperti apa yang sudah ia perbuat pada Lylia dengan membuat luka yang sama pada tubuh istri majikannya. Alicia mendekatkan dirinya pada tubuh Ronan yang masih bernyawa namun sudah tidak berbentuk lagi. Kedua tangan dan kakinya sudah tidak ada di tempatnya, perut dan dada yang berlubang akibat tebasan pedang tajam Dante, bibir yang hilang dari tempatnya serta bola mata Ronan yang keluar dari tempatnya. Ronan hanya bisa bergetar sesekali akibat kejang otot yang dirasakannya. Ia masih bisa melirik Alicia yang menatapnya iba
Author POV "Kau tau... Pedang ini turun temurun digunakan untuk mengeksekusi para saingan bisnis kotor keluarga Prime yang sudah berbuat curang dan licik sepertimu. Jadi seharusnya menjadi kehormatan bagimu bisa menjadi salah satunya." "DASAR BAJINGAN KAU DANTE!!! MATILAH KAU!!" Maki Ronan yang tau akan dilakukan seperti apa oleh monster yang satu itu. "Kau tau kenapa aku punya gudang seperti ini disini? Karena ini menjadi tempat yang tepat bagiku untuk menghabisi orang-orang yang licik seperti kalian. Jauh segala sesuatu yang mewah dan pantas. Kalian hanya seonggok sampah yang membuatku kesulitan. Dan kau tau siapa yang menyukai sampah?" Tanya Dante saat sibuk memangkas tangan dan kaki Ronan satu persatu. "AAAAAKH!! BRENGSEK KAU DANTE SIALAN!! KUKUTUK KAU DAN SELURUH KELUARGAMU!!!" Jerit putus asa Ronan yang semakin membuat Dante tersenyum puas. Victor lalu datang membawa satu kandang kaca yang berisi tikus hitam yang besar dan bergerak yang bergerak sangat gesit bak sedang kela
Author POV"Kau tidak marah? Aku mencium seseorang yang kau sangat cintai dulu. Oh, tidak. Bahkan kau masih mencintainya sampai saat ini. Hanya saja rasa cintamu sudah tertutup dengan perasaan bencimu denganku." Smirk Lylia mencoba memprovokasi Alicia setelah puas mencium Dante."Seseorang yang begitu berkuasa ini ternyata sangat manis dan terlalu baik padaku. Apa kau pernah merasakan perhatian itu, Alicia? Rasa cinta dan kasih sayang Dante yang mengalir bak air hujan yang tidak pernah kering! Apa kau pernah dicintai sebegitu dalam oleh mantan suamimu yang terlalu romantis? Hm?!" Lylia mulai berjalan kembali mendekati Alicia.Dante sedikit kaget dengan segala macam ucapan provokatif Lylia. Istrinya itu mencoba menyerang dan menyiksa batin Alicia secara perlahan."Apa Dante pernah melakukan hal manis itu padamu? Tidak? Oh, kasihan... Kaulah yang harusnya dikasihani. Perempuan kasar yang kekurangan kasih sayang tapi haus akan kekuasaan dan kehormatan sepertimu malah mengais-ngais cinta
Author POV "DADDY HENTIKAN!!" Lylia berjalan meraih lengan Dante dengan mengesampingkan segala ketakutan yang menjalar di tubuhnya. "Lylia!" Panik Kai yang segera berjalan mendekat namun ditahan oleh Victor yang mengkhawatirkan keselamatan Kai. "Tahan, tunggu sebentar. Kita akan menyelamatkan Nyonya Lylia kalau Tuan mulai lepas kendali. Perhatikan terus mata itu." Bisik Victor. "Daddy kumohon..." Lylia mulai memeluk Dante dari belakang karena tidak berhasil menahan langkah penuh emosi Dante. "SINI KAU BRENGSEK! AKAN KUBAWA KAU BERTEMU KELUARGA PRIMEMU YANG TERKUTUK ITU!!" Maki Alicia tidak berhenti. Dante berhasil mendekati Alicia dengan Lylia yang masih menempel di tubuhnya. Dante meraih kerah baju Alicia, mengangkat tubuh kurus kering itu tinggi-tinggi dan mulai mengepalkan tangan kanannya seolah siap menghajar Alicia. "DANTE PRIME HENTIKAN SEKARANG JUGA!!!" Jerit Lylia. Dante tidak bergeming. "KALAU TIDAK, AKU AKAN MEMBUNUH ANAK INI!!" Tambahnya putus asa. Suara teriakan
Author POV Tubuh Lylia bergetar hebat. Tidak pernah menyangka bahwa pria yang dia anggap baik di hadapannya itu nyatanya tidak lebih buruk dari Mark ataupun Marie yang hanya menginginkan hal buruk menimpa dirinya. Lylia tidak paham lagi apa yang sudah membuat mereka semua begitu membenci dirinya. Yang ia tau, semua bermula saat kehidupannya yang baru dimulai di keluarga Prime. Jadi ini adalah resiko yang harus Lylia jalani saat Dante Prime mulai menerima keberadaannya. "Bagaimana? Apa menyenangkan menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang mengagumimu?" Tanya Ronan menghentikan lamunan Lylia. Lylia yang masih terkejut atas fakta-fakta menyedihkan selama ini lalu mengernyitkan dahinya kebingungan. "Oh, ayolah! Apa seenak itu tidur dengannya? Kudengar dosen itu tergila-gila padamu. Apa dia memperlakukanmu dengan sangat baik? Seharusnya sih iya. Dia terlihat lebih sopan ketimbang bajingan di belakangmu itu." Senyumnya mengejek. Lylia yang paham mulai membulatkan matanya. Ia ke
Author POVDante mengemudikan mobilnya sendiri dan membawa sang istri tercinta yang kini tengah mengandung anak 'mereka' berdua yang kini sudah masuk di tri semester kedua. Tentu saja benjolan kecil di perut Lylia itu semakin terlihat jelas karena tubuh Lylia sendiri yang tidak terlalu besar dan cenderung sedikit kecil. Namun saat ini karena hormon yang di keluarkan oleh sang ibu hamil membuatnya tampak lebih cantik dan seksi dibandingkan sebelumnya. Dan hal itu diakui tidak hanya oleh Dante sebagai sang suami, Nicholas pun yang sering membuat panggilan video pada mereka juga mengakui hal yang sama. Di matanya, Lylia yang merupakan ibu sambungnya tampak lebih menggemaskan dibandingkan biasanya. Hal itu yang membuat Dante s
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️ ⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️ . . . Author POV Suara desahan nikmat Lylia sejalan dengan badannya yang bergerak naik turun sesuai tempo mulai memenuhi kamar Dante yang awalnya sangat sepi. Lylia sangat menikmati momen kebersamaan mereka yang satu ini, mempunyai janin di dalam kandungannya bukan menjadi suatu penghalang baginya untuk memuaskan hasrat sang suami. "Baby.." Khawatir Dante, meski ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Istrinya tetap terasa sempit bagi ukuran Dante yang di luar normal itu, meski istrinya sudah ia persiapkan dengan sangat matang sebelum menghujaminya berkali-kali setiap malam. Tidak ada yang berubah. Istrinya tetap terlalu sempit untuknya. Tapi itu tidak masalah, karena Lylia juga ternyata menyukai kelebihan Dante yang satu ini. "Daddy.. Wait for me. Mmhhh..." Lylia mulai menggerakkan panggulnya kedepan dan kebelakang demi memijat lembut sang suami. "Oh! What a bad baby girl." Desah Dante y