“Aku baru dapat informasi dari Deon, pelaku yang meneror Ayana sudah ditangkap dan kini sudah masuk penjara,” ujar Hyuna yang siang itu menemui Azlan seperti biasa.“Benarkah? Syukurlah.” Azlan begitu lega mengetahui Ayana sudah terbebas dari peneror.Hyuna mengangguk-angguk, mereka bicara di samping gedung seperti biasa untuk menghindari pantauan kamera Cctv maupun kecurigaan Firman.“Bagaimana kabarmu bekerja di sini?” tanya Hyuna yang sampai lupa menanyakan kondisi kekasihnya itu.Azlan mengaduk makanannya sambil mengedikkan bahu.“Ya, beginilah. Memangnya mau bagaimana lagi? Meski aku tidak suka, tapi aku harus bertahan,” ujar Azlan tak bersemangat saat membahas tentang pekerjaan.Hyuna menatap Azlan yang sedih, sejujurnya dia pun kasihan karena pria itu tampak tertekan di perusahaan.“Sudah jangan bahas itu lagi. Sekarang makan yang banyak.” Hyuna menambah lauk ke tempat makan Azlan.Azlan menatap Hyuna yang begitu perhatian dan sabar menemaninya. Andai dia memiliki kekuasaan dan
“Kamu lihat siapa tadi?” tanya Deon yang melihat Ayana melamun.Ayana terkejut hingga langsung menoleh suaminya yang sedang menyetir.“Tidak penting, aku hanya melihat Abigail di rumah sakit saja,” jawab Ayana yang tadi memang melihat Abigail pergi ke tempat poliklinik.“Hm … sekretaris Rey?” tanya Deon memastikan.“Ya. Mungkin dia frustasi karena Rey tak lagi mengurus perusahaan, kutebak jika dia pasti dicampakkkan juga,” ujar Ayana sambil tersenyum miring.Terkadang ada perasaan bahagia melihat orang yang pernah menjahati kini mengalami hal buruk melebihi apa yang pernah dialami.Deon hanya tersenyum mendengar ucapan Ayana, hingga ponselnya bergetar.“Siapa?” tanya Ayana saat melihat ponsel Deon terlihat berkedip.“Hyun, coba baca dia kirim pesan apa, siapa tahu soal Azlan,” jawab Deon.Ayana mengambil ponsel Deon, kemudian membuka pesan dari Hyuna. Dia melebarkan senyum membaca pesan dari kekasih adiknya itu.“Besok Hyuna akan mencari pakaian untuk wisuda. Dia akan mengajak Azlan,
“Ada apa?” tanya Azlan saat melihat Hyuna yang terlihat lemas.Hyuna terkejut mendengar pertanyaan Azlan. Siang itu dia menjemput Azlan setelah meminta izin Firman, tentu saja pengawal bayaran Firman tetap ikut keduanya. Mereka duduk di depan untuk mengawal serta memastikan Azlan tidak berbuat macam-macam.Hyuna melirik ke pengawal yang duduk di depan, hingga kemudian menggelengkana kepala.“Tidak ada, aku semalam baca buku sampai tengah malam, jadi sedikit mengantuk,” ujar Hyuna menjawab pertanyaan Azlan.Azlan membentuk huruf O dengan bibir sambil mengangguk-anggukan kepala, percaya dengan apa yang dikatakan Hyuna.Hyuna sendiri menatap Azlan yang sedang memperhatikan jalan, sejujurnya dia masih memikirkan soal ucapan orang tuanya tentang persekongkolan yang direncanakan Firman dan kedua orang tuanya.Hyuna tak memberitahu Azlan sebab memikirkan banyak konsekuensi, terutama hubungan mereka. Dia takut jika Azlan tahu, kemudian memberontak dan malah akan membuat Firman mengurungnya la
“Papa akan menaikkan jabatanku setelah masa percobaan selesai. Aku bingung, haruskah serius menjalani masa percobaan ini ataukah tak usah peduli agar tidak sesuai dengan keinginan Papa.”Azlan masih ragu dengan langkah yang akan diambilnya setelah berada di bawah pengawasan sang papa.Ayana menatap Azlan yang bimbang. Dia pun paham dengan apa yang dirasakan serta dicemaskan oleh adiknya itu.“Sebelum aku mengemukakan pendapatku. Aku mau tanya lebih dulu,” ucap Ayana.Azlan mengangguk mendengar ucapan kakaknya itu.“Apa tujuanmu sekarang setelah bisa bersama Hyuna?” tanya Ayana setelah Azlan mengizinkan dirinya bertanya.“Tentu saja ingin terus bisa bersama Hyuna,” jawab Azlan penuh keyakinan.Ayana tersenyum mendengar jawaba Azlan, hingga dia pun mulai mengemukakan penilaian dari sudut pandangnya.“Kamu ingin terus bersama Hyuna, maka kamu harus melampaui apa yang kamu bisa sekarang,” ujar Ayana sambil menatap Azlan begitu serius.Azlan tak paham dengan maksud Ayana. Dia pun memilih d
Ayana kembali memeluk Hyuna karena gadis itu menangis. Dia mengusap lembut punggung secara konstan untuk menenangkan.“Sudah, tidak apa. Ini bukan salahmu. Ini kesalahan para orang tua yang memanfaatkan kalian. Apa yang kalian lakukan juga rasakan tidak salah sama sekali. Keserakahan mereka saja yang membuatmu jadi merasa bersalah,” ucap Ayana mencoba menenagkan.Hyuna mencoba menahan air mata yang terus mengalir, dia tak ingin sampai Azlan melihatnya.“Jika Azlan tahu pun, aku yakin dia takkan menyalahkanmu. Tapi ….” Ayana menjeda ucapannya, kemudian melepas pelukan dan menatap Hyuna.Hyuna diam sambil memandang Ayana yang sedang ingin bicara.“Untuk saat ini, jangan beritahu dia soal ini. Aku tidak ingin dia salah langkah karena kondisinya yang labil. Biarkan semua berjalan seperti semula, berpura-pura saja dulu jika kamu tak mengetahui hal itu. Ini juga demi keberlangsungan hubungan kalian ke depannya,” ujar Ayana memberikan nasihat sesuai dengan sudut pandangnya.Hyuna mengangguk
Hari Deon dan Hyuna akan diwisuda pun tiba. Pagi itu Ayana sudah bersiap memakai pakaian bermotif yang kembar dengan Deon. “Lihat, menyisir rambut saja kamu tak bisa rapi,” protes Ayana saat melihat rambut suaminya yang disisir alakadarnya. “Kalau begitu rapikan,” balas Deon sambil duduk di tepian ranjang. Ayana hanya tersenyum mendengar ucapan suaminya. Dia mengambil sisir lantas menata rambut sang suami dengan rapi agar terlihat lebih tampan. “Sudah,” ujar Ayana sambil menatap hasil karyanya menata rambut sang suami. Deon tersenyum lebar, lantas satu tangan mengusap perut Ayana. “Bagaimana kabarnya dia di sana?” tanya Deon sambil merasakan perut Ayana yang sudah sedikit besar serta terasa keras. “Dia baik, bisa makan enak dengan tenang setiap hari membuatnya senang,” jawab Ayana diakhiri tawa kecil. Deon mengecup perut Ayana yang tertutup dress, lantas mendongak agar bisa memandang wajah sang istri. “Untung papanya pintar masak, jadi anaknya bisa makan enak terus,” balas Deo
“Ayahnya Azlan sepertinya benar-benar ingin menjauhkan Ayana dari Azlan,” bisik Hyuna saat duduk di samping Deon.“Hm … aku bisa melihatnya.” Deon menoleh ke belakang, melihat ke meja Ayana juga orang tua Hyuna bergantian.“Aku tidak tahu lagi harus bagaimana menjalani hubungan kami. Berpacaran tapi dibayangi oleh orang tua itu tidak mengenakkan. Kamu bayangkan saja, tiap kami ingin pergi berdua, atau ingin makan berdua, selalu ada bodyguard yang mengawal. Kami sama sekali tak memiliki kebebasan seperti dulu,” ujar Hyuna yang mengungkap keluh kesahnya ke Deon.Deon menghela napas kasar. Dia pun tidak bisa apa-apa untuk membantu Hyuna dan Azlan.“Aku ingin sekali kabur saja,” ujar Hyuna kemudian sambil menoleh Deon.“Jangan seperti itu, kabur bukanlah sebuah solusi,” balas Deon sambil memandang Hyuna.“Lalu bagaimana? Menjalin hubungan tapi tetap dikekang, ini sangat tidak nyaman,” ujar Hyuna dengan tatapan penuh keputusasaan.“Bersabarlah, akan kubicarakan masalah ini dengan Ayana. Ja
“Biar aku yang bawa, kamu duduk saja. Istirahat.”“Tidak apa, ini piring terakhir kok,” ujar Shirly yang tangannya dihalangi Gery.“Sudah tidak usah. Kamu duduk saja, biar aku yang membereskan sisanya,” ujar Gery.Gery mencegah Shirly yang ingin membawa piring berisi makanan yang baru saja dimasaknya.Shirly tetap bekerja di kafe, tapi pekerjaannya dikurangi karena kondisinya yang tak stabil semenjak masuk rumah sakit.Gery sendiri lebih sering menyuruh Shirly duduk di belakang kasir, lantas menyerahkan pekerjaan melayani pengunjung ke dua pelayan lain.Hari itu mereka tetap buka, tapi sekalian menyiapkan sambutan untuk Deon yang hari ini diwisuda. Ayana yang meminta Gery untuk menyiapkan menu spesial agar nantinya bisa dinikmati bersama.Gery mengambil piring yang ada di meja, lantas membawanya ke depan.Shirly pun tak bisa menolak perintah Gery, sehingga dia memilih mengikuti apa yang dikatakan oleh pria itu.“Apa semuanya sudah siap di lantai dua?” tanya Gery ke Alan, salah satu ka