Alex dan petinggi perusahaan berada di ruang rapat. Mereka menunggu Emanuel karena ingin meminta klarifikasi atas berita yang beredar.Namun, hampir satu jam menunggu, Emanuel tak kunjung datang ke rapat itu.“Apa dia sudah diberi undangan untuk datang ke rapat ini?” tanya salah satu petinggi.“Sudah, Pak. Saya sudah menyebar undangan untuk semua petinggi, tapi kemarin di ruangan Pak Emanuel, saya hanya bertemu dengan sekretarisnya,” ujar staff yang bertugas mengatur undangan untuk rapat itu.Semua pun terlihat berpikir, tapi tidak dengan Alex yang sepertinya tahu ke mana Emanuel berada saat ini.Akhirnya petinggi perusahaan pun meminta staff memanggil sekretaris Emanuel untuk menjelaskan ke mana pria itu saat ini.Sekretaris Emanuel pun masuk ruang rapat. Di sana wanita itu pun diminta menjelaskan ke mana Emanuel.“Saya sendiri tidak tahu ke mana Pak Emanuel saat ini. Sejak kemarin saya sudah berusaha menghubungi, terakhir kali memberitahukan soal rapat ini, nomor beliau masih aktif.
“Akhirnya kalian bisa tenang. Terutama kamu Ive, sekarang kamu bisa hidup tenang tanpa takut diganggu siapa pun,” ucap Ayana ke Ive. Ive tersenyum mendengar ucapan Ayana, lantas menganggukkan kepala beberapa kali. “Tapi, ke mana dia? Jangan sampai sekarang bersembunyi, tapi tiba-tiba muncul lalu membuat onar lagi,” ujar Ayana yang ingin tetap waspada. “Aku sudah meminta orang untuk menyelidiki ke mana dia. Juga meminta mereka untuk melapor jika melihat Emanuel berada di kota ini lagi,” balas Alex. Ayana pun mengangguk-angguk mendengar balasan Alex. Meski belum tahu pasti ke mana Emanuel pergi, tapi setidaknya sekarang sudah bisa menyingkirkan pria itu. “Baguslah, yang penting tetap waspada sampai kita benar-benar tahu di mana dia dan apa yang dilakukannya,” ujar Ayana pada akhirnya. Alex dan yang lain pun mengangguk. Mereka lantas kembali menyantap hidangan yang sudah tersaji di meja. “Oh ya, bagaimana kabar Azlan? Apa dia sudah berbaikan dengan Hyuna?” tanya Alex. Tentu saja p
Azlan memang sudah pergi dari perusahaan. Dia juga tak langsung pulang karena hendak menemui Hyuna.Selama beberapa hari ini Azlan mencoba bersabar saat Hyuna membalas pesannya cukup lama, bahkan terkadang saat dirinya membalas lagi, Hyuna kembali mengabaikan.Azlan tak bisa bersabar lagi, hingga akhirnya memutuskan untuk mencari Hyuna di hotel. Dia sudah duduk diam cukup lama di mobil yang terparkir menghadap lobi hotel sehingga dia bisa melihat jika Hyuna berjalan keluar.Lama Azlan berada di sana, hingga akhirnya dia melihat sosok yang sejak tadi diharapkan muncul. Azlan pun buru-buru ingin keluar dari mobil, tapi gerakan tangannya terhenti saat melihat Hyuna berjalan bersama seorang pria sambil tertawa.“Apa ini?” Azlan tak langsung turun. Dia memilih untuk mengamati sebelum bertindak.Tak hanya bercanda sambil berjalan menuju parkiran di samping gedung, Hyuna bahkan masuk mobil itu hingga membuat Azlan benar-benar tak menyangka dengan apa yang dilihatnya.“Apa karena ini dia meno
Ayana kembali ke rumah Firman setelah ayahnya itu mengatakan jika Azlan sudah pulang. Dia sendiri tak bisa mengabaikan atau tak peduli sama sekali dengan apa yang terjadi dengan adiknya itu.“Dia langsung masuk kamar begitu pulang,” kata Firman saat Ayana baru saja masuk rumah.Ayana memandang ke lantai atas, kemudian langsung pergi ke kamar Azlan untuk melihat apa yang terjadi dengan adiknya itu.Deon hanya bisa menghela napas karena tak boleh cemburu jika Ayana lebih memperhatikan Azlan.Ayana berjalan menuju kamar Azlan, dia pun mengetuk pintu kamar karena terkunci.“Lan, ini aku. Bukalah!” perintah Ayana.Tak ada balasan dari Azlan, membuat Ayana kembali mengetuk pintu lagi.“Lan! Kalau ada masalah itu dibicarakan, bukan malah diam dan mengurung diri seperti ini!” teriak Ayana lagi karena Azlan tak juga membalas panggilannya.Masih tak ada balasan dari Azlan, membuat Ayana begitu geram.“Kalau kamu tidak membuka pintunya, aku akan meminta Pak Jaka buat bongkar pintu kamarmu!” anca
“Kamu baik-baik saja?” tanya Suci saat akan sarapan bersama Azlan.Suci sudah mendengar cerita dari Firman. Dia dan suaminya itu memang sepakat untuk tidak mencampuri apa pun keputusan anak-anak mereka selama ini yang terbaik.Azlan memandang Suci yang sudah menatapnya, dia terlihat santai meski tidak tahu bagaimana hatinya sekarang.“Aku baik-baik saja, memangnya kenapa?” tanya Azlan lantas memasukkan suapan ke mulut.Suci menoleh Firman, suaminya itu juga sudah memandang dirinya. Dia mendadak cemas karena sikap Azlan terlihat aneh untuknya.Suci ingin bertanya soal Hyuna, tapi melihat Firman yang menggelengkan kepala agar tidak ikut campur, membuat wanita itu akhirnya urung bicara.Mereka pun sarapan seperti biasa, tapi sesekali Suci menoleh Azlan karena cemas. Dia melihat putranya itu makan dengan lahap, tapi tetap saja itu tak menjadi jaminan jika Azlan dalam kondisi baik-baik saja.Di rumah Jonathan. Ayana sedang sarapan dengan yang lain, hingga ponselnya yang ada di atas meja be
[Mau makan siang bersama?]Azlan membaca pesan dari Ayana. Dia tahu jika Ayana pasti mencemaskan dirinya.[Ya, mau makan di mana?]Azlan pun membalas pesan dari Ayana dengan cepat.[Kafe Deon saja, nanti siang aku tunggu di sana.]Azlan tak membalas lagi pesan dari sang kakak. Dia memilih meletakkan ponselnya, lantas kembali bekerja. Saat dia sedang memilah berkas yang bertumpuk di meja, suara ketukan membuat Azlan menoleh ke pintu. Dia melihat Firman masuk menemuinya.“Pa.” Azlan langsung berdiri menyambut sang papa.“Kamu sibuk?” tanya Firman.“Lumayan,” jawab Azlan singkat.Firman melihat meja Azlan yang penuh dengan tumpukan berkas. Dia lantas pergi ke sofa diikuti Azlan.“Apa yang membuat Papa ke sini?” tanya Azlan, “jika ada hal penting soal pekerjaan, aku bisa datang ke ruangan Papa,” ujar Azlan lagi.Firman tersenyum mendengar ucapan Azlan. Dia meminta agar putranya itu duduk di sampingnya.“Papa kebetulan dari luar untuk mengurus pekerjaan, jadi sekalian mampir sebelum kembal
“Aku tahu kamu sangat marah kepadaku. Aku ke sini karena ingin menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi,” ucap Hyuna mulai bicara setelah Azlan bersedia mendengarkan penjelasannya. Azlan sendiri hanya diam tak merespon sama sekali ucapan Hyuna. Dia bahkan memalingkan wajah seolah tak ingin melihat gadis itu. “Pria kemarin itu klien hotel. Dia dari luar kota ke sini karena ingin membahas bisnis dengan hotel Papa. Karena itu aku menemaninya selama beberapa hari ini sebab dia sedang melakukan peninjauan,” ujar Hyuna menjelaskan. Azlan menatap Hyuna setelah mendengar penjelasan itu, hingga kemudian bicara dengan sedikit nada sindiran. “Iya menemani karena bisnis, sampai melepas cincin untuk menunjukkan kalau kamu masih single,” balas Azlan. Hyuna tak terkejut Azlan membahas hal itu. Dia pun mencoba kembali bicara. “Aku lupa memakainya karena setiap mandi pasti aku lepas. Aku benar-benar tidak pernah berniat secara sengaja melepasnya, Lan.” Azlan tersenyum getir mendengar penjelasan
Azlan mengemudikan mobil di jalanan yang lenggang, hingga tiba-tiba membanting stir agar mobilnya menepi. Saat mobil sudah berhenti sempurna, Azlan mencengkram erat stir, lantas menjatuhkan kening di atas benda berbentuk lingkaran itu. Kedua pundaknya pun bergetar, Azlan tak mampu menahan air mata. Dia tak ingin kejadian seperti ini terulang, membuatnya mengambil keputusan berat untuk saling memikirkan ulang apa yang sebenarnya mereka inginkan. Cukup lama Azlan berada di sana, meratapi keputusan yang sebenarnya sulit untuk diambilnya. Dia mencoba menenangkan diri, hingga akhirnya sedikit tenang setelah bisa menangis. “Ini yang terbaik untuk kita saat ini, Hyuna. Kita memang seharusnya menenangkan diri agar tidak saling menyakiti.” Azlan menarik napas panjang, lantas mengembuskan perlahan sebelum akhirnya kembali melajukan mobil untuk kembali ke perusahaan. ** “Bagaimana kabar Azlan?” tanya Alex saat duduk bersama Ayana dan Deon di ruang keluarga. “Buruk,” jawab Ayana sambil memb