“Kamu lihat sendiri ‘kan tadi? Lihat betapa sombongnya dia yang menganggapku bersama Papa hanya untuk harta. Meski dia tidak mau jadi saudaraku, aku juga tak peduli.”Ayana mengamuk-amuk tak jelas begitu kembali ke unit apartemennya bersama Deon.“Temperamennya sangat buruk. Senakal-nakalnya Azlan, ternyata Alex lebih menyebalkan,” gerutu Ayana lagi.Deon hanya bisa menatap istrinya mondar-mandir sambil marah. Padahal tadi saat di tempat Jonathan, istrinya itu berkata tidak akan memasukkan ucapan Alex ke dalam hati, tapi nyatanya sekarang marah-marah karena ucapan Alex.“Sudah, Ay. Ingat, kamu tidak boleh marah-marah terus. Ga baik untuk kesehatanmu,” ujar Deon mencoba menenangkan Ayana.Ayana menoleh Deon sambil menghentikan langkah, lantas duduk di samping suaminya sambil memasang wajah kesal.“Aku benar-benar kesal punya adik macam dia. Sombong, arogan, juga temperamen!” gerutu Ayana tak henti-hentinya mengumpat.“Iya, iya. Dia seperti yang kamu sebutkan tadi, tapi sudah tidak usah
Ponsel Alex berdering saat fajar baru saja menyapa. Dia sangat terganggu dengan suara benda pipih itu yang terus berbunyi di pagi hari, sampai-sampai Alex menutup kepala dengan bantal.Namun, tentunya itu bukan solusi menghentikan dering ponsel. Benda itu terus berdering berulang tanpa jeda.“Sialan! Siapa yang menghubungi sepagi ini?”Alex melempar bantal karena kesal. Dia lantas bangun dan mengambil ponselnya.“Apa?” Alex menjawab tanpa melihat siapa yang menghubungi.Hingga kelopak mata yang tadinya mash terpejam, kini terbuka lebar ketika mendengar suara dari seberang panggilan.“Jangan bercanda!” bentak Alex tak percaya dengan apa yang didengar.Alex kembali mendengar ucapan dari seberang panggilan, hingga kemudian melompat dari ranjang.“Aku akan segera ke sana.”Setelah mengatakan itu, Alex mengakhiri panggilan. Dia juga berlari ke lemari menyambar pakaian sedapatnya, sebelum akhirnya pergi meninggalkan hotel.Di sisi lain. Ayana masih tidur ketika ponselnya berdering. Dia engg
“Tidak! Tidak, jangan pernah berkata kalau Papa mau nyari istri baru!” Alex langsung menolak mentah-mentah pilihan yang disebutkan Andre. “Lihat, Anda tidak mau, kan? Pak Jonathan sebenarnya kurang baik apa sama Anda, Tuan. Beliau itu selalu mementingkan perasaan Anda. Jika beliau egois, mungkin waktu ini beliau merealisasikan keinginan untuk memiliki istri baru. Beliau sangat menyayangi Anda, apa tidak bisa Anda mewujudkan keinginan kecilnya untuk mendapatkan rumah yang berisi anak-anaknya? Pikirkan ini dulu, kalau sudah berpikir, baru saya izinkan masuk,” ujar Andre mencoba mengubah pemikiran Alex akan keputusan tak mau menerima Ayana. Alex hanya diam tak berkutik mendengar semua ucapan Andre. Tentu saja asisten sang papa itu tahu banyak tentang bagaimana keluarganya, sebab Andre sudah hampir 30 tahun ikut Jonathan. Ayana sendiri hanya diam. Dia merasa bersalah karena sudah bersikap keras ke Alex. Meski Andre tak menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dengan Jonathan, tapi tet
“Kesabaranku sedang setipis tisu dibagi sepuluh, jangan sampai membuatku semakin marah lagi!” geram Ayana sudah tidak bisa bersabar ke Alex. Harus Alex akui, meski dirinya laki-laki, serta anak pertama meski dari rahim yang berbeda, tapi dia memang takut ke Ayana saat marah. “Aku setuju untuk bersandiwara, hanya bersandiwara menerimamu. Jangan pernah berpikir aku benar-benar setuju mengakuinya!” Alex setuju bekerjasama, dia bicara dengan nada penakanan. Ayana memutar bola mata malas mendengar ucapan Alex, hingga kemudian membalas, “Memangnya siapa yang berpikir mengakuimu adikku? Aku sudah punya adik yang manis dan penurut, tidak sepertimu. Jadi tidak usah besar kepala. Aku mengakuimu sebagai adik pun demi Papa.” Ayana membalas ucapan Alex tak kalah ketus untuk memberi pelajaran ke pria itu serta memperlihatkan jika dirinya berkuasa Deon hanya banyak-banyak bersabar ketika melihat Ayana dan Alex yang sangat mustahil bisa akur. Ini lebih buruk dari menghadapi Azlan, jika Azlan lebi
Setelah 3 hari pura-pura dirawat, akhirnya Jonathan pun kembali ke apartemen tapi ke unit milik Ayana atas permintaan putrinya itu.“Kenapa tidak kembali ke apartemen Papa?” Alex menggerutu mengetahui mereka akan pergi ke unit milik Ayana.Ayana langsung melirik tajam ke Alex mendengar ucapan pria itu.“Karena bersamaku, kesehatan Papa akan lebih terjamin,” balas Ayana dengan nada ketus.“Cih … seperti kamu ini segalanya,” gerutu Alex meski dengan suara tak terlalu keras.“Aku memang segalanya, nyatanya Papa mencariku,” balas Ayana tak kalah sengit. Dia melirik tajam ke Alex untuk memberikan isyarat siapa ratunya di sana.Alex ingin membalas ucapan Ayana, tapi Andre sudah berdeham lebih dulu membuat Alex berhenti dan tak jadi membalas ucapan Ayana.Jonathan mendengar perdebatan keduanya, tapi dia pura-pura tak mendengar. Dia hanya ingin tahu sejauh mana kedua anaknya itu mampu bertahan berpura-pura baikan.Deon hanya bisa geleng-geleng kepala. Kakak-adik ini memang sangat membuat pusi
“Sudahlah, jangan bahas dia lagi. Nanti moodku buruk lagi bahas bocah ingusan itu.”Ayana tak mau mengakui perasaan yang sebenarnya meski kepada suaminya.Deon hanya mengedikkan bahu mendengar ucapan Ayana, tak ingin memaksa juga jika memang istrinya tak mau cerita.Di sisi lain, Alex pun merasa kecewa karena tak mendengar pengakuan Ayana.Hingga tanpa Alex sadar, Andre ternyata ada di belakang Alex, ikut memandang ke arah pria itu menatap.“Anda lihat kakak dan ipar Anda sedang masak?”Suara Andre mengejutkan Alex. Dia begitu terkejut sampai menabrak dinding di hadapannya, sebelum akhirnya jatuh ke lantai.“Tuan!” Andre panik melihat Alex jatuh ke lantai.Suara gaduh itu tentunya membuat Deon dan Ayana menoleh, mereka melihat Alex tersungkur di lantai.Alex menunduk menahan malu karena tersungkur di lantai. Andre sendiri mengulum senyum menahan tawa.Ayana dan Deon pun menahan tawa, keduanya lantas kembali ke kegiatan mereka.“Anda baik-baik saja, Tuan?” tanya Andre sambil menahan ta
“Bagaimana kabar papamu?” tanya Azlan saat bertemu dengan Ayana dan Deon di kafe. Mereka bertemu di kafe untuk makan siang bersama saat jam makan siang. Hyuna juga ikut serta di sana. “Sudah keluar dari rumah sakit kemarin. Sekarang aku minta Papa untuk tinggal di apartemenku sampai kami pindah,” jawab Ayana. Ayana memasukkan makanan ke mulut, mengobrol dengan Azlan sambil menikmati makan siang. “Mau tambah lagi? Biar Gery membuatkan lagi.” Deon menyela perbincangan Ayana dan Azlan karena melihat istrinya makan dengan lahap hingga makanan di piring hampir habis. “Tidak usah, ini saja cukup,” jawab Ayana sambil melebarkan senyum. “Syukurlah kalau sudah keluar rumah sakit. Semoga tidak ada masalah kesehatan lagi,” ujar Azlan kemudian. Ayana mengangguk-angguk mendengar ucapan Azlan. “Lalu, apa anak papamu itu sudah menerimamu? Bukankah dia sangat tidak menyukaimu?” tanya Hyuna ikut bicara. “Oh, bocah ingusan itu. Tenang saja, meski berulah dia tidak akan bisa melawanku,” jawab Ay
“Makan yang banyak, De. Mumpung ada yang sedang baik hati menyiapkan makan malam untuk kita,” ujar Ayana sedang meledek Alex.Deon dan Jonathan yang tak tahu menahu tentang makanan di meja pun bingung karena ucapan Ayana.Alex sendiri terus menggerutu dalam hati karena ledekan Ayana, sebab gengsinya yang sangat tinggi.Alex tadi mengelak jika membeli itu. Dia tetap kekeh mengatakan jika Andre yang membeli, meski asisten papanya itu sudah berkata jika tidak melakukan itu.“Kalian mau makan atau hanya mau menatap makanan di meja? Tenang saja, makanan di meja tidak beracun.” Alex bicara dengan nada tinggi seolah marah, padahal sebenarnya sedang menutup rasa malunya.Ayana langsung melipat bibir menahan tawa mendengar ucapan Alex. Dia pun lantas menyantap sup yang tersaji di mangkuk.Deon dan Jonathan pun memakan apa yang tersedia, hingga Deon merasa ada sesuatu di sup yang membuatnya merasa tak asing, hingga bola matanya membulat sempurna ketika menyadari apa itu.“Udang.” Deon syok meng