“Kamu bicara dengan siapa? Kenapa ada suara wanita?” tanya Ayana saat Azlan masuk kamar. Dia mendengar samar-samar suara wanita karena pintu kamarnya tidak ditutup rapat. “Oh … itu Hyuna, aku yang mengajaknya ke sini karena ….” Belum juga Azlan menyelesaikan apa yang sedang dijelaskan, Ayana tiba-tiba turun dari ranjang meski wajahnya masih sangat pucat. Ayana buru-buru berjalan ke pintu untuk melihat apa yang dilakukan Hyuna di apartemennya. “Kamu mau ke mana?” tanya Azlan panik. “Kenapa kamu membawa Hyuna ke sini? Kamu tidak tahu kalau dia selalu ingin mempengaruhi pikiran Deon dan ingin merebutnya dariku.” Pikiran Ayana saat ini sedang tidak stabil, membuatnya selalu berpikiran negatif akan hal-hal yang dianggapnya memiliki potensi buruk. Azlan melongo mendengar ucapan sang kakak. Ternyata Ayana memang sudah menjadi budak cinta tingkat akut ke Deon. Ayana berjalan keluar kamar, Azlan pun menyusul hingga keduanya mendengar kalimat terakhir yang sedang dikatakan Hyuna, membuat A
Azlan masuk apartemen sambil berjalan dengan cepat menuju ke kamar. Deon dan Ayana yang melihat itu pun keheranan. Keduanya sampai melongok ke kamar Azlan. “Kenapa dia?” tanya Ayana bingung. Dia memasukkan potongan semangka ke mulut. “Mungkin bertengkar dengan Hyuna lagi, mereka kalau bertemu memang seperti Tom and Jerry,” jawab Deon menebak. Ayana menoleh Deon, lantas menelan semangka yang sudah dikunyah. “Katanya Azlan suka sama Hyuna.” Ayana malah bingung, suka tapi sering bertengkar, lalu bagaimana konsep rasa sukanya itu. “Kenyataannya begitu, entah karena gengsi dan tidak mau saling mengakui, jadi mereka begitu,” ujar Deon menjelaskan. “Tunggu! Tidak mau saling mengakui? Memangnya Hyuna juga suka sama Azlan?” tanya Ayana mencoba meresapi apa yang sebenarnya terjadi. Deon malah berpikir mendengar pertanyaan Ayana, seperti menimbang apakah benar atau tidak. “Kalau kulihat begitu. Karena saat Hyuna di kafe, kulihat dia sesekali melirik ke Azlan,” ujar Deon mengingat. Ayana
“Kamu akan resign lagi? Kamu pikir sedang main-main, sehingga bisa keluar-masuk sesukamu?” Gery sangat terkejut mendengar ucapan Deon.“Bukan begitu, kali ini aku benar-benar harus resign. Ayana memberiku kafe, dia ingin aku mengembangkan usaha sendiri sesuai dengan kemampuanku,” ujar Deon menjelaskan.“Diberi kafe?” Gery sangat syok mendengar hal itu.“Istrimu itu The Real Sultan, sempurna, kaya, cantik, perhatian juga. Aku mau satu seperti istrimu,” ujar Gery memuji Ayana.“Kalau begitu banyaklah doa,” ucap Deon menanggapi keinginan Gery.Saat keduanya berbincang, Deon menoleh ke Azlan yang sejak tadi hanya melamun. Dia pun memutuskan untuk mendekat dan mengajak bicara adik iparnya itu.“Aku akan resign, kamu mau kerja di sini menggantikanku atau mau ikut di kafe baruku. Ya, meski mungkin aku tidak akan bisa membayarmu banyak karena kafe itu juga baru akan mulai,” ujar Deon memberi tawaran.Azlan menoleh Deon, hingga kemudian menghela napas kasar.“Aku tidak bersemangat kerja, sebel
Hari berikutnya, Ayana, Kyle, komisi penyidik, dan beberapa staff berkumpul di ruang rapat. Mereka di sana atas perintah Ayana untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. “Seperti yang kalian ketahui. Proposal kita sama dengan proposal AG Group, di mana penemuan ini sungguh membuatku kecewa. Kenapa kalian bisa mencuri ide mereka?” Ayana membuka rapat dengan sebuah pertanyaan sebagai jebakan. “Demi Tuhan, Bu. Saya selaku manager divisi yang menyetujui proposal itu pertama kali, tidak pernah merasa jika proposal yang dibuat anak buah saya adalah hasil curian,” ujar manager itu melindungi anak buahnya yang dianggap sudah jujur. “Saya ketua proyek ini. Semua ide dan desain dikumpulkan berdasarkan dari pemikiran semua tim. Kami menggabungkan menjadi satu, menyusunnya menjadi proposal yang matang sebelum diajukan. Kami benar-benar tidak pernah mencuri atau mengambil ide orang lain. Semisal ada kemiripan, tentu tidak mungkin 99 persen. Saya harap, Bu Ayana melakukan investigasi, kami benar-b
Ayana berlari secepat dia bisa, lantas menggapai tangan Shirly dan menariknya dengan cepat, sampai keduanya jatuh di lantai rooftop.Kyle pun berlari mendekat, terkejut karena Ayana dan Shirly jatuh bersamaan.“Ay!” Tentu saja Kyle lebih mencemaskan Ayana yang baru saja sembuh.“Ay, kamu tidak apa-apa?” tanya Kyle sambil membantu Ayana duduk.Siku Ayana terluka, membuat wanita itu meringis tapi ditahan.“Tidak apa, aku baik-baik saja,” jawab Ayana.Ayana dan Kyle menoleh ke Shirly, melihat wanita itu kesakitan sambil memegangi perut.“Shirly, kamu baik-baik saja?” tanya Ayana.Meski dia marah karena Shirly mengkhianati perusahaan, tapi Ayana juga tidak terlalu kejam untuk membiarkan wanita itu bunuh diri.Shirly tidak menjawab pertanyaan Ayana, dua tangannya memegangi perut hingga membuat Ayana dan Kyle bingung.“Kita bawa ke klinik, Kyle.”Ayana meminta Kyle membantunya membawa Shirly ke klinik perusahaan agar bisa diperiksa dokter klinik mereka.Kyle dan Ayana yang memapah Shirly me
“Kenapa tanganmu?” tanya Deon yang panik ketika melihat siku Ayana tertutup plester.Deon datang ke kantor Ayana siang itu, seperti biasa membawakan makan siang untuk istrinya itu. Dia belum membuka kafe karena masih memesan nama untuk dipasang di depan bangunan kafe.“Oh … tadi ada insiden kecil,” jawab Ayana sambil melebarkan senyum.“Kamu baru saja sembuh, Ay. Kenapa ceroboh?” tanya Deon penuh perhatian, paling tidak bisa melihat istrinya terluka.Ayana mengulas senyum kemudian mengatakan kalau baik-baik saja. Dia pun akhirnya menceritakan apa yang tadi terjadi di rooftop, juga masalah tentang Shirly.“Jadi begitu. Lalu, apa tindakanmu sekarang?” tanya Deon mencari tahu.“Aku sudah membuat keputusan. Bagaimanapun aku tidak bisa mengabaikan sesutu yang bertentangan dengan hatiku,” jawab Ayana lantas memasukkan suapan ke mulutnya.“Hm … aku yakin kamu bisa membuat keputusan yang benar,” balas Deon.Ayana mengunyah makanan sambil menatap suaminya, hingga kemudian mengatakan sesuatu.“
“Jadi, Pak Rey. Apa Anda ingin membuat pembelaan? Di sini sudah jelas Anda menyabotase serta telah melakukan penipuan.”Staff memberikan salinan bukti-bukti yang diberikan Ayana ke Rey.Rey tentu saja tidak bisa mengelak. Semua kejahatannya terbongkar dan kini harus menanggung malu.“Kami selalu melakukan pelelangan dengan cara yang sehat, serta menjunjung tinggi kejujuran. Kami sangat kecewa karena Anda sudah berani melakukan penipuan seperti ini,” ungkap staff pelelangan.Ayana duduk dengan santai mendengarkan Rey dihakimi.“Saya tidak tahu jika proposal yang diajukan adalah hasil mencuri. Saya menerima proposal yang sudah matang dari tim perencana, sebelum diserahkan untuk pelelangan. Jika memang ada kesalahan seperti ini, berarti semua adalah tanggung jawab tim perencana,” ujar Rey membela diri dengan mengambinghitamkan anak buahnya.“Jika salah, mengaku saja agar sanksi yang kamu dapat tidak bertambah berat,” cibir Ayana karena Rey masih saja mengelak.Rey dan Abigail langsung me
“Makan yang banyak, bukankah sekarang sudah tidak ada yang kamu cemaskan lagi. Apa yang seharusnya menjadi milikmu, kini kembali untukmu.”Deon sangat senang mengetahui Ayana mendapatkan proyek yang diinginkan. Ayana pulang malam karena harus mengurus persiapan kontrak dan proyek yang baru saja diterima.“Kamu benar-benar ingin membuatku gemuk, hm ….” Ayana tertawa kecil setelah melontarkan kalimat candaan itu.“Aku senang melihatmu makan dengan lahap, tidak seperti awal ketika kita baru menikah. Dari setengah piring nasi, hanya beberapa sendok yang kamu makan,” ujar Deon mengingat betapa sedikitnya makanan yang masuk ke lambung istrinya.Ayana tertawa lagi, tidak menyangka jika Deon ternyata mengingat hal-hal kecil seperti.“Dulu aku tidak tahu kalau masakanmu sangat enak, beda dengan sekarang,” balas Ayana sambil memasukkan suapan ke mulut.Deon pun senang Ayana menyukai masakannya, meski bukan menu restoran bintang lima, tapi Ayana tetap menyukainya.“Oh ya, bagaimana Shirly?” tany